6 Petenis Indonesia yang Pernah Lolos ke Perempat Final Turnamen Grand Slam Wimbledon
Reporter
Skor.id
Editor
Nurdin Saleh
Sabtu, 1 Juli 2023 10:44 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Jadwal babak utama turnamen tenis Grand Slam Wimbledon 2023 akan berlangsung pekan depan, 3-16 Juli. Petenis Indonesia pernah memiliki jejak bagus dalam kejuaraan lapangan rumput ini.
Sejak era terbuka (Open) kompetisi tenis dimulai pada 1968, sejumlah wakil Merah Putih pernah ikut Wimbledon. Beberapa di antaranya mampu menembus perempat final turnamen bergengsi ini.
Inilah para atlet Indonesia tersebut:
1. Lanny Kaligis/Lita Liem
Prestasi signifikan pertama delegasi Indonesia dalam ajang Wimbledon terjadi pada 1971 lewat pasangan ganda putri, Lanny Kaligis/Lita Liem. Kala itu, keduanya mampu menembus perempat final nomor ganda putri Wimbledon 1971 sebelum dihentikan Rosie Casals/Billie Jean King (Amerika Serikat).
Kekalahan mereka tak mengejutkan. Rosie Casals/Billie Jean King bukan lawan sembarangan karena berstatus sebagai unggulan pertama dan akhirnya mampu memenuhi proyeksi jadi juara.
Setelah Lanny Kaligis/Lita Liem menembus perempat final ganda putri Wimbledon 1971, Indonesia menunggu lama untuk menorehkan prestasi signifikan di ajang tersebut.
2. Yayuk Basuki
Pada 1987, tenis Indonesia kembali dapat sorotan usai Yayuk Basuki menembus perempat final tunggal putri junior Wimbledon. Meski tersingkir di delapan besar usai dikalahkan Natasha Zvereva (Uni Soviet), kehadiran Yayuk Basuki saat itu jadi sinyal positif tersendiri bagi tenis Indonesia.
Usai kemunculan menjanjikan pada 1987, ia mampu meneruskan di level senior dengan menembus perempat final Wimbledon 1996 nomor ganda putri. Berpasangan dengan Caroline Vis (Belanda) langkah Yayuk Basuki terhenti usai kalah 1-6, 4-6 dari unggulan kedua, Gigi Fernandez (Amerika Serikat)/Natasha Zvereva (Belarus).
Setahun berselang, Yayuk Basuki kembali menorehkan tinta sejarah untuk Indonesia dengan menembus perempat final Wimbledon di dua nomor sekaligus. Ia menembus perempat final Wimbledon 1997 untuk nomor ganda campuran saat berpasangan dengan Tom Nijssen (Belanda).
Langkah mereka terhenti usai dikalahkan pasangan Republik Ceko, Cyril Suk/Helena Sukova, yang pada akhirnya tampil sebagai juara.
Pada edisi penyelenggaran yang sama, prestasi lebih mentereng diukir Yayuk Basuki karena mampu menembus babak delapan besar nomor tunggal putri. Meski juga terhenti di perempat final, pencapaian individu Yayuk Basuki pada nomor tunggal dianggap (oleh mayoritas insan tenis) lebih bergengsi ketimbang ganda.
Perjuangan Yayuk Basuki pada nomor tunggal putri Wimbledon 1997 sendiri terhenti di perempat final usai kalah 3-6, 3-6 saat bersua Jana Novotna (Republik Ceko). Novotna yang berstatus unggulan ketiga mampu melaju hingga final sebelum kalah 6-2, 3-6, 3-6 di tangan favorit juara, Martina Hingis (Swiss).
Bagi Yayuk Basuki, menembus perempat final tunggal putri Wimbledon 1997 tentu jadi salah satu highlight dalam karier tenis profesionalnya sebelum pensiun pada 2013.
3. Wynne Prakusya
Sebelum era Yayuk Basuki benar-benar berakhir, proses regenerasi tenis Indonesia berhasil melahirkan sejumlah petenis muda potensial terutama di sektor putri. Romana Tedjakusuma salah satunya. Ia sempat mencicipi semifinal ganda putri junior Wimbledon 1993 bersama Park Sung-hee (Korea Selatan)
Kemudian ada dua nama nama yang mencuri perhatian dan mencuat ke permukaan: Wynne Prakusya dan Angelique Widjaja.
Wynne Prakusya lebih dulu muncul ke permukaan saat berhasil menembus perempat final Wimbledon 1998 di dua nomor kategori junior. Petenis kelahiran Solo itu menembus perempat final nomor tunggal putri junior sebelum dikalahkan Tina Hergold (Slovenia).
Di nomor ganda putri, Wynne Prakusya yang berpasangan dengan Eric Krauth (Argentina) dikalahkan Eva Dyberg (Denmark)/Jelena Kostanic (Kroasia).
Selanjutnya: Angelique Widjaja....
<!--more-->
4. Angelique Widjaja
Tiga tahun berselang, pada 2001, giliran Angelique Widjaja yang mencuat bahkan sempat menorehkan sejarah di Wimbledon dengan menjuarai nomor tunggal putri junior.
Kala itu, Angelique Widjaja yang belum genap berusia 17 tahun berhasil menembus partai final nomor tunggal putri junior Wimbledon 2001. Angelique Widjaja pun sukses menutup petualangan dengan gelar juara usai mengalahkan Dinara Safina (Rusia) dengan skor 6-4, 0-6, 7-5.
Sayang, kecemerlangan mantan petenis asal Bandung itu tak berlanjut ke Wimbledon edisi-edisi berikutnya kala sudah bermain di level senior. Angelique Widjaja "hanya" mampu menembus perempat final Wimbledon 2003 dan 2004 saat turun di nomor ganda putri bersama pemain Venezuela, Maria Vento-Kabchi.
Setelah era Wynne Prakusya dan Angelique Widjaja berakhir, Indonesia bisa dibilang cukup kesulitan melahirkan petenis potensial yang bisa berbicara di ajang Wimbledon.
5. Tami Grande
Akhirnya muncul sosok Tami Grende yang mampu jadi juara ganda putri junior Wimbledon 2014 berpasangan dengan Ye Qiu Yu (Cina). Sayang, karier Tami Grende di dunia tenis tak berlangsung lama. Perempuan kelahiran Bali berdarah Italia itu memutuskan pensiun dini pada 2016 saat masih berusia 19 tahun.
6. Priska Madelyn Nugroho
Jejak wakil Indonesia yang mampu tampil apik dengan mimimal masuk ke perempat final Wimbledon pun diikuti oleh Priska Madelyn Nugroho. Ia menembus perempat final nomor ganda putri junior Wimbledon 2019 saat berpasangan dengan Alexa Noel (Amerika Serikat).
Harapan Baru: Aldila Sutjiadi
Pada Wimbledon 2023, Indonesia akan kembali diwakili Aldila Sutjiadi. Pada 2022, ia kandas di babak pertama. Kali ini, ia akan kembali tampil di nomor ganda putri, berpasangan dengan Miyu Kato.
Pada grand slam sebelumnya, di French Open 2023, kedua pasangan ini berhasil lolos hingga babak ketiga. Di sektor ganda campuran, Aldila yang berpasangan dengan Matwe Middelkoop (Belanda) bahkan lolos hingga babak semifinal.
Pilihan Editor: Prediksi Persis Solo vs Persebaya Surabaya di Hari Pertama Liga 1 2023-2024