Wawancara Perenang Joe Aditya Kurniawan: Cita-cita Saya Ingin Ikut Lagi di Olimpiade

Reporter

Bagus Pribadi

Selasa, 22 Oktober 2024 12:40 WIB

Perenang Joe Aditya Wijaya Kurniawan saat diwawancara Tempo di Kolam Renang Pertamina Millennium Aquatic Center, Jakarta, Senin, 14 Oktober 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean

TEMPO.CO, Jakarta - Perenang Joe Aditya Wijaya Kurniawan menyedot perhatian publik dengan keberhasilannya menyabet delapan medali emas di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 yang berlangsung di Aceh dan Sumatera Utara pada September lalu.

Kesuksesan itu diraihnya tak lama setelah tampil di Olimpiade Paris 2024. Dia bisa lolos ke Olimpiade setelah mengantongi tiket yang didapat melalui jalur Universality Places, dengan catatan 53,17 detik dalam nomor 100 meter gaya kupu-kupu putra.

Meski sempat ada polemik menjelang PON 2024, dia jadi rebutan provinsi DKI Jakarta dan Sulawesi Tenggara memperebutkannya, penampilannya tidak terganggu. Ia berhasil mencatat prestasi melebihi pencapaiannya di PON Papua 2021 yang kala itu meraih tiga medali emas dan satu perunggu.

Joe yang akhirnya tampil mewakil DKI Jakarta di PON Aceh-Sumut pada September lalu, meraih delapan medali emas dari individu dan beregu. Selain itu, dia berhasil memecahkan rekor nasional di nomor 200 meter gaya bebas putra, dengan catatan waktu 1 menit 50,35 detik. Hasil itu memecahkan rekor yang dibuat Triady Fauzi Sidiq di SEA Games 2023 Myanmar dengan 1 menit 50,46 detik.

Keberhasilannya memecahkan rekor nasional di PON itu bisa menjadi penebusannya setelah gagal mewujudkan ambisinya memecahkan rekor di Olimpiade Paris pada Agustus lalu. Saat itu, dia yang turun di nomor 100 meter gaya kupu-kupu putra, berambisi memecahkan rekor nasional atas namanya sendiri 52,75 detik. Catatan itu dibuatnya ketika bertanding di 5th Indonesia Open Aquatic Championship atau IOAC 2023 pada Desember tahun lalu.

Advertising
Advertising

Saat tampil di Paris La Defense Arena pada 2 Agustus lalu, dia mencatat waktu 53,95 detik. Dengan catatan itu, di finis di urutan ketiga Heat sehingga gagal maju ke semifinal karena hanya 16 perenang dari lima heat yang dapat lolos ke babak selanjutnya. Dia di urutan ke-33 dari 40 atlet renang yang berlomba pada nomor itu.

Setelah debutnya di Olimpiade Paris 2024 lalu mencatat prestasi gemilang di PON 2024, Joe berharap bisa kembali tampil di Olimpiade 2028 mendatang. Kepada Tempo, dia mengungkapkan apa saja yang ingin dia raih dalam kariernya sebagai perenang, dan juga menjelasakan mengenai polemik menjelang PON Aceh-Sumut dalam wawancara sekitar sejam di kolam renang Pertamina Millenium Aquatic Center, Jakarta Selatan, Senin, 14 Oktober 2024.

Perenang Joe Aditya Wijaya Kurniawan saat diwawancara Tempo di Kolam Renang Pertamina Millennium Aquatic Center, Jakarta, Senin, 14 Oktober 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean


Bisa diceritakan bagaimana persiapan menjelang PON, sehingga hasilnya bisa luar biasa?

Kalau untuk PON Aceh-Sumut, memang saya sudah persiapkan itu sekitar tiga tahun. Jadi setelah PON Papua 2021, memang sudah rencana bisa tampil lebih lagi di PON 2024 ini. Dan memang persiapan paling intensif itu di tahun ini.

Mulai awal tahun, saya juga sudah bersama dengan timnas (tim nasional). Februari saya berangkat ke kejuaraan dunia di Doha. Terus, saya juga ada training camp di Amerika selama kurang lebih tiga bulan dan setelah itu berangkat ke Olimpiade. Setelah Olimpiade, langsung kembali latihan lagi. Saya (training) camp di Australia selama dua bulan.

Dari situ, memang tahun 2024 ini jadi persiapan PON yang paling intensif, paling padat. Jadi, ya, alhamdulillah hasilnya juga bisa maksimal, bisa sesuai, bahkan melebihi target saya pribadi. Pelatih saya pun merasa latihannya itu cukup efektif dan berhasil untuk saya.

Menyinggung soal PON, bagaimana ceritanya Anda bisa jadi rebutan DKI Jakarta dan Sulawesi Tenggara?

Dari sisi saya, pada awalnya setelah PON Papua 2021, saya punya harapan bahwa saya bisa meraih prestasi yang baik lah di PON Aceh-Sumut 2024. Para pelatih dan pengamat juga melihat saya ada potensi untuk bisa meraih lebih banyak medali daripada yang saya raih di Papua.

Dari situ, saya jadi punya modal istilahnya untuk mempromosikan diri saya. Saya punya potensi, saya punya kesempatan untuk menyumbangkan medali. Dari situ memang yang saya lihat di DKI Jakarta kan daerah yang saya wakili di Papua itu sangat minim di segi pembinaannya. Sedangkan, saya juga punya beban, punya beban finansial, punya beban prestasi. Sehingga untuk mendukung diri saya yang punya target di PON Aceh-Sumut itu pembinaan di DKI, itu sangat kurang yang saya rasakan.

Dari situ saya mencari kesempatan atau daerah yang punya penawaran atau bisa mengakomodir target saya ini. Saya ketemu dengan Provinsi Sulteng ini karena mereka punya program Sulteng Emas untuk bisa meraih medali emas yang lebih banyak di PON. Dengan program Sulteng Emas ini saya terbantu sekali karena pertama pembinaannya jauh lebih layak dari yang diterima dari DKI Jakarta dan kedua memang mereka mengakomodasi kebutuhan saya sebagai atlet dan juga pribadi.

Saya sudah melakukan proses pemindahan dari DKI Jakarta, mulai dari surat perpindahan dari klub, surat pengunduran diri dari klub. Itu proses birokrasinya sudah saya penuhi dari pribadi saya. Namun, kan perpindahan daerah dari satu ke yang lain itu ada proses dari pihak KONI juga. Di bagian ini, KONI Sulteng punya kekurangan dokumen di salah satu surat. Yang itu memang peraturan yang baru diterapkan di tahun menjelang PON Aceh-Sumut. Jadi ada perkembangan peraturan.

Waktu itu aturannya diterapkan kalau perpindahan atlet ke daerah lain harus ada surat mutasi yang diajukan oleh daerah yang baru ke daerah yang lama. Nah, di situ KONI Sulteng kekurangan waktu untuk mensubmit surat mutasi itu.

Saya lihat DKI Jakarta juga berstrategi ya, karena menggugat KONI Sulteng di waktu-waktu injury time. Jadi waktunya sudah menjelang PON, baru DKI mempermasalahkan hal ini. Di situ kan kalau ada proses gugatan lagi akan memakan waktu. Sedangkan, PON sudah mau dimulai.

Saya juga tak diam saja, saya berjuang untuk mewakili Sulteng. Jadi ada tarik-menarik di situ. Tapi saya hanya bisa mengikuti arahan pelatih saya dan fokus ke renangnya saja. Karena dari Aquating Indonesia Federasi itu saya sudah resmi pindah ke Sulteng.

Memang pihak Sulteng ingin saya tetap mewakili mereka, karena ya mereka yang berhak menerima hasil dari prestasi yang saya dapatkan nantinya, karena mereka juga yang membina saya dan sudah dua tahun. Namun, DKI Jakarta juga punya target tersendiri karena mereka mengejar perolehan medali supaya bisa juara umum. Jadi ya itu tadi saling tarik-menarik. Bahkan sampai hari pertama pertandingan, masalah ini masih nyangkut gitu, belum selesai. Masih saling bertubrukan antara KONI DKI Jakarta dan KONI Sulteng.

Tapi saya berterima kasih ke Sulteng karena berbesar hati sudah membina saya, sudah mendidik saya sampai bisa berprestasi, sampai kemarin bisa salah satu target hidup saya di dunia renang juga bisa tercapai. Namun, pada saat PON, saya malah dipaksa untuk mewakili daerah lain. Memang karena ada aturan yang berlaku seperti itu dan ada keputusan Dewan Hakim PBPON itu. Saya akhirnya harus mewakili provinsi DKI Jakarta.

Saat itu, ketika diputuskan mewakili DKI Jakarta, apa yang Anda rasakan?

Saya kecewa. Selama ini, sejak kepindahan itu, saya sudah punya rencana untuk mewakili Sulteng. Dengan adanya keputusan bahwa saya harus mewakili DKI Jakarta, ini berarti kan ada masalah baru yang timbul, yang juga berpotensi akan mengganggu persiapan saya. Waktu diumumkan itu posisi saya lagi di Australia. Jadi memang istilahnya saya enggak bisa berbuat apa-apa juga.

Keputusannya itu sebelum PON, ya?

Iya, sebelum PON. Karena posisi saya kan di luar negeri, jadi untuk mengurus proses perpindahan itu, saya enggak bisa datang langsung.

Saya juga merasa enggak dihargai saja, karena DKI Jakarta, istilahnya hanya mengklaim hasil prestasi saya. Sedangkan, mereka, di sisi lain tidak melalui proses pembinaan, tidak melaksanakan proses pembinaan agar saya bisa berprestasi. Di situ memang ada kekecewaan dan rasa dicurangi lah.

Dampaknya saat PON seperti apa?

Pastinya ada satu dua hal yang akhirnya enggak sesuai rencana. Tapi, saya sendiri sebagai atlet fokusnya saat PON, ya untuk perform. Dan alhamdulillah memang mental saya bisa berfokus untuk pertandingan. Jadi masalah-masalah yang terjadi antara KONI DKI dan KONI Sulteng bisa dipasrahkan lah ke pelatih-pelatih dan orang-orang yang terlibat.

Namun, memang ada satu dua sikap yang harus saya ambil karena memang keputusan ini di luar keinginan saya.

Sebenarnya seberapa signifikan perbedaan kedua daerah itu dalam pembinaan?

Perbedaan signifikan dari biaya pembinaan. Karena, di DKI Jakarta bisa dikatakan kurang. Saya sendiri harus menanggung adik saya, ada ibu saya, ada nenek saya. Sementara, saya juga harus mengeluarkan biaya untuk berprestasi di bidang renang dan itu sangat berat. Di Sulteng, semua itu ditanggung mereka. Jadi saya punya pikiran yang tenang untuk bisa terus latihan tanpa mikir hal-hal itu lagi.

Kabarnya KONI Sulteng akan melaporkan kasus ini ke pihak penegak hukum, bagaimana kelanjutannya?

Memang kontingen Sulteng juga sudah ada pengacara untuk menggugat kembali DKI Jakarta. Mungkin permasalahannya yang saya paham adalah pengambilan atlet secara paksa, begitu mungkin ya.

Dan untuk proses hukum, saya belum ada kabar terbaru lagi dari Sulteng ataupun dari DKI Jakarta, juga dari pelatih. Jadi, saya enggak tahu prosesnya sampai mana sekarang. Tapi memang waktu di Medan saya juga sudah berbicara sama pengacara. Untuk proses selanjutnya, ya mungkin akan dilanjutkan oleh tim hukumnya Sulteng.

Kabarnya keputusan Anda mewakili daerah mana diambil saat technical meeting di sebuah hotel di Medan. Apakah Anda dilipatkan?

Kalau saya enggak bisa ikut technical meeting karena peraturan technical meeting itu maksimal per daerah hanya dua representatif. Saat itu yang mewakili provinsi pelatih saya satu sama manajer tim Sulteng

Poses technical meetingnya, saya kurang tahu seperti apa detailnya. Tapi saat technical meeting itu selesai hasilnya itu saya masih abu-abu, saya masih belum tahu mewakili daerah mana karena dari tim Sulteng informasinya berbeda dari tim DKI Jakarta. Jadi ada ketidakcocokan informasi yang disampaikan dua daerah itu.

Jadi saya masih abu-abu saat technical meeting-nya selesai, makanya ketika hari pertama pertandingan itu saya belum ada nomor. Di situ masih dirapatkan lagi.

Joe Aditya. (pon2024.id/Binsar Bakkara/PB PON)

Anda beberapa kali terlihat mengenakan jaket bertuliskan Indonesia saat PON, apa alasannya?

Ya, itu memang salah satu sikap saya. Karena di satu sisi saya kecewa pada DKI Jakarta tidak melepaskan saya untuk bisa bersama tim Sulteng yang sudah membina saya. Kedua DKI tidak pernah membina saya selama (dalam jangka) PON Papua selesai sampai PON Medan ini. Saya merasa tidak pantas kalau DKI itu terangkat namanya oleh saya, tidak berhak gitu.

Ke depan, apa yang akan Anda lakukan untuk mengantipasi kejadian serupa terjadi?

Untuk antisipasi, selanjutnya, yang pasti harus lebih mengetahui tentang peraturan. Karena, walaupun dari saya sendiri, saya sudah melalui semua tahapan proses perpindahannya, namun ada pihak luar yang juga harus berproses di luar diri saya begitu. Ada birokrasinya.

Jadi mungkin untuk selanjutnya jadi pelajaran bahwa memang harus mengetahui tentang segala aturannya dan selalu update untuk peraturan yang berlaku. Dan, lebih hati-hati dengan waktu karena kalau waktunya mepet jadi penghalang mengurus birokrasi.

Terkait dengan delapan medali emas yang Anda raih di PON 2024, apakah benar itu dipersembahkan untuk Sulteng meski mewakili DKI Jakarta?

Iya. Memang yang saya rasakan adalah daerah yang sudah membina saya yang pantas untuk mengambil hasil prestasi saya. Adilnya akan seperti itu.

Selanjutnya, soal rencana Joe Aditya setelah PON 2024.

<!--more-->

Selanjutnya, setelah tampil di PON 2024, kejuaraan apa yang selanjutnya akan Anda ikuti?

Kalau target saya, di jarak dekat, mungkin pada tahun depan. Pada Juli, ada Kejuaraan Dunia di Singapura. Untuk target besarnya akan ada SEA Games di Thailand, itu Desember 2025. Saya menargetkan bisa meraih medali di nomor individu.

Sebelum tampil di PON, Anda sempat bertanding di Olimpiade Paris 2024...

Iya itu saya bermain di nomor 100 meter gaya kupu-kupu putra dan berhenti di babak penyisihan. Memang Olimpiade itu kualifikasinya sangat ketat. Setiap negara itu hanya boleh diwakilkan oleh masing-masing dua representatif yang melalui tahap seleksi yang tak main-main juga. Lagi pula ranking Indonesia sendiri di level dunia masih di tahap yang belum bisa untuk bersaing memperebutkan medali. Saya juga menargetkan diri saya itu lebih ke target pribadi. Supaya saya bisa memecahkan atau memperbaiki rekor pribadi saya di situ, di Olimpiade. Jadi memang tak ada tekanan, tak ada ekspektasi mendapatkan medali.

Setelah debut di Olimpiade, ingin bisa berlaga lagi di Olimpiade 2028?

Iya. Saya juga punya target pribadi, punya cita-cita untuk bisa ikut lagi di Olimpiade. Walaupun memang sampai detik ini ya masih sulit untuk bisa mendapatkan medali. Tapi akan jadi suatu kehormatan bisa mewakili Indonesia di Olimpiade di bidang renang.

Atlet Renang Indonesia Joe Aditya berpose mengenakan salah satu jersey pada pameran fotografi dalam rangka "Reveal Jersey Merah Putih" di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis, 4 Juli 2024. ANTARA /Dhemas Reviyanto

Apakah ada perbedaan dalam persiapannya, misalnya dibandingkan dengan menjelang PON lalu?

Pola persiapan, saya biasanya mengikuti pelatih. Saya selalu bersama pelatih saya ya, coach Albert Sutanto, memang sudah punya visi dan misi yang sejalan dengan saya. Jadi untuk persiapan, memang tidak terlalu signifikan perbedaannya, hanya kami menyesuaikan waktu yang telah ditentukan saja.

Jadi kalau persiapannya agak panjang mungkin programnya dibuat yang agak lebih panjang, gitu. Kalau waktunya mepet, kami menyesuaikan supaya bisa efektif di jangka waktu yang singkat itu. Tapi, walaupun saya bersama coach Albert, waktu kemarin try out atau training camp di luar, saya juga dilatih oleh pelatih asing. Jadi ada variasi.

Bagaimana dengan penyesuaian diri dengan pelatih yang berbeda?

Kalau untuk penyesuaian, memang tiap program yang beda itu akan ada fokusnya tersendiri. Tiap pelatih juga beda-beda fokusnya. Penyesuaian di awal itu pasti ada tahapannya. Ada waktu untuk kami sebagai atlet menyesuaikan. Bukan hanya ke program, tapi ke pelatihnya juga, cara dia melatih ataupun nilai-nilai yang dia bawa. Karena, tiap pelatih itu, di satu sisi ada yang fokus ke disiplin, satu sisi ada yang fokus ke teknik, macam-macam, jadi pasti ada. Untuk saya sendiri sih belum menemui kendala soal penyesuaian.

Sudah terbayang, apa pencapaian yang bisa diraih di Kejuaraan Dunia di Singapura?

Kalau di Kejuaraan Dunia sendiri memang untuk meraih medali itu masih sangat kompetitif ya, masih sangat tinggi sekali levelnya. Tapi, ada perenang Indonesia tertinggi itu berhasil lolos ke tahap semifinal. Itu senior saya, Siman Sudartawa pernah mencapai level semifinal di kejuaraan tingkat dunia. Target saya mungkin insya Allah bisa sama dengan beliau atau melebihi.

Untuk di SEA Games, bagaimana peta persaingannya?

Kalau bicara SEA Games, pasti yang menjadi saingan terberat kami itu tim Singapura karena memang perkembangan dunia renangnya itu sangat pesat. Dulu tahun 2000 awal, kami masih bisa juara umum, Indonesia masih bisa bersaing dengan yang lain di perolehan medali renang SEA Games. Tapi, begitu Singapura mengubah atau merevolusi sistem pembinaan mereka, langsung naik pesat sekali.

Pada tahun 2010-an, Indonesia sudah mulai tertinggal dari Singapura di level SEA Games. Bahkan, kemarin di SEA Games terakhir perolehan medali terpaut jauh sekali. Singapura dapat sekitar 22 medali, sementara Indonesia cuma bisa meraih tiga medali emas.

Kalau negara lain, Thailand, Vietnam, dan mungkin satu lagi, Malaysia, Indonesia masih 11-12 lah levelnya, masih bisa bersaing, masih bisa saling kompetisi, kesempatan saling memperebutkan medali masih terbuka lebar.

Ngomong-ngomong, kapan Anda mulai menekuni renang?

Saya mulai memfokuskan diri di renang itu pada SMP kelas 1 ke kelas 2 karena saat itu saya baru saja pindah ke Jakarta dari kampung saya di Jawa Tengah. Dan, di sini saya melihat lingkungan renang itu sangat mendorong diri saya untuk terus berkembang sebagai pribadi, juga sebagai seorang atlet. Jadi lingkungannya mendukung. Dari situ saya menikmati renang dan terus mendorong diri saya untuk terus bisa berkembang.

Adakah atlet renang yang Anda idolakan dan menjadi inspirasi?

Pastinya ada. Saya beranggapan renang ini karier yang bisa dikejar. Jadi ada figur-figur yang menjadi patron. Kalau saya lihat, saya dulu terinspirasi sama Triadi Fauzi sama Adlan Awira untuk perenang nasional, karena mereka juga berangkat dari keadaan yang sama dengan saya dulu. Mungkin berjuang secara ekonomi, juga punya masalah di internal keluarga atau mungkin ada suatu tantangan yang besar lah di dalam hidup mereka untuk bisa sukses di dunia renang. Dari mereka, saya bisa merasa bisa terhubung karena keadaannya mirip. Tapi, yang saya lihat, mereka bisa berhasil meraih prestasi dan membanggakan.

Kalau untuk idola dari luar negeri, pastinya kalau renang sudah enggak asing lagi sama Michael Phelps (perenang Amerika). Dia punya dedikasi, kedisiplinannya, komitmennya, itu sangat perlu dicontoh. Karena untuk mencapai suatu pencapaian yang besar memang butuh pengorbanan dan disiplin yang besar juga. Di situ, memang saya melihat, kalau prestasi itu enggak datang dengan gratis. Ada suatu hal yang harus kita bayar.

Berikutnya, pandangan Joe Aditya soal karier sebagai atlet renang.
<!--more-->

Sebenarnya kapan tepatnya Anda memutuskan bertekad menjadi atlet renang?

Saya sudah berenang dari kecil. Saya diantarkan ibu saya. Kemudian lama-kelamaan pelatih menyarankan saya bergabung dengan klub renang. Saat itu saya belum kepikiran akan menjadi seorang atlet. Komitmen untuk jadi atlet renang itu sewaktu SMP itu, karena di situ saya kali pertama mengikuti Pelatda (Pemusatan Latihan Daerah).

Untuk Pelatda sendiri memang seleksinya berdasarkan ranking. Kalau kita ranking 1 di daerah atau ranking minimal 4 di nasional itu kita akan terseleksi otomatis karena sudah dari database dan akan ada panggilan untuk masuk ke pelatihan daerah. Nah, di situ kebetulan memang prestasi saya belum yang bisa di top level yang nasionalnya. Tapi saya sudah mulai ke arah sana. Jadi, panggilan ke Pelatda itu ya merupakan pemantik bagi saya di dunia renang.

Tekanan apa saja yang dirasakan sebagai atlet renang?

Pasti ada lah. Jadi perenang juga punya pengorbanan, sama seperti karier yang lain. Pasti ada plus sama minusnya juga.

Kalau tekanan sendiri, pasti tiap perenang, ya pasti punya beban atau punya ekspektasi bahwa dia harus tampil lebih. Dia harus terus berkembang terus melampaui rekor dirinya. Rekor yang sudah ada yang sudah dicetak begitu.

Jadi tekanan sendiri datang dari bagaimana kami bisa terus mendorong diri. Kalau selain itu, ya pasti ada banyak pihak yang punya target pada diri saya juga kan sebagai atlet. Wajar menurut saya atlet diharapkan untuk memperoleh medali karena bisnis saya di sini sebagai atlet.

Soal menjaga tubuh, ada kontrol makan atau ada latihan khusus?

Menurut saya, atlet yang badannya paling bagus itu atlet renang ya. Dia tubuhnya proporsional, ideal lah bentuknya. Bukan yang terlalu berotot tapi tak kurus juga. Seimbang tampaknya.

Kalau saya sendiri enggak ada program untuk diet khusus begitu untuk membentuk badan, karena, ya dengan saya latihan, dengan saya memenuhi kebutuhan tubuh, kebutuhan nutrisi tubuh, ya itu secara natural akan terbentuk sendiri. Dan, soal makan, yang penting saya menjaga keseimbangan nutrisi, seimbangkan protein yang harus 50 persen porsinya, karbohidrat 20 persen dan 30 persennya serat.

Itu rutin Anda lakukan?

Rutin, memang jadi keseharian.

Dukungan dari keluarga bagaimana?

Pasti selalu membantu saya dalam hal apa pun. Dari mulai hal-hal kecil seperti dukungan doa dan hingga membantu saya agar bisa fokus ke renang.

Di luar aktivitas sebagai atlet, ada hal lain yang ingin Anda kejar?

Sebenarnya, kalau bahas keinginan, memang saya kan besar di dunia renang ini, memang dari kecil sampai sekarang berputarnya di dunia ini terus, keinginan mungkin melanjutkan pendidikan dan mendapatkan gelar yang lebih tinggi lagi.

Terus keinginannya, ya punya finansial yang stabil, punya finansial yang merdeka istilahnya. Tapi kalau keinginan cita-cita, saya itu masih berputarnya di dunia renang. Karena saya sudah cinta sama olahraga ini, sudah terjun lama di dunia ini, ya kenapa enggak saya maksimalkan saja di dunia ini.

Anda melihat berkarier sebagai atlet renang menjanjikan?

Menjanjikan… mungkin prospeknya itu bukan yang se-wah di aspek lain ya. Tapi renang itu saya bilang ada masa depan lah. Kalau kita bisa mendedikasikan diri, bisa mendorong terus untuk dunia renang ini, kita bisa berkembang. Ya, saya harap renang ini punya masa depan yang besar juga. Apalagi, di Indonesia kan kita punya SDM (sumber daya manusia) yang banyak, yang kaya kan. Sebenarnya juga di situ ada bibit-bibit yang pasti unggul juga di antara orang-orang Indonesia.

Apakah sudah memiliki gambaran soal masa depan?

Kalau saya berpandangan ke depan itu, saya ingin terus ada di lingkungan renang ini. Ya, mungkin saya bisa jadi pelatih atau mungkin saya bisa yang sesuai background pendidikan saya, yaitu jurusan sistem informasi. Saya bisa mengatur di bidang sistemnya di dunia renang. Karena saya sudah lanjut menyemplung di dunia renang ini, saya inginnya ada di lingkup renang. Walaupun sudah tidak jadi atlet tetap berada di lingkup renang.

Anda masih kuliah?

Iya, jurusan sistem informasi di Binus (Bina Nusantara). Kalau ilmu yang saya pelajari bisa bermanfaat di dunia renang, di dunia yang saya suka begitu kan, saya sangat bangga bisa bermanfaat. Bisa ada timbal balik dari saya ke dunia renang lagi.

Pilihan Editor: Cerita di Balik Kesuksesan Perenang Joe Aditya Raih 8 Medali Emas dalam Ajang PON Aceh-Sumut 2024

Berita terkait

Profil Dito Ariotedjo, Menteri Pemuda dan Olahraga Pilihan Presiden Prabowo Subianto

1 hari lalu

Profil Dito Ariotedjo, Menteri Pemuda dan Olahraga Pilihan Presiden Prabowo Subianto

Dito Ariotedjo resmi menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga dalam Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto. Ia menjabat sejak era Joko Widodo.

Baca Selengkapnya

Perenang Joe Aditya Beberkan Target ke Depan Usai Meraih 8 Medali Emas di PON 2024

4 hari lalu

Perenang Joe Aditya Beberkan Target ke Depan Usai Meraih 8 Medali Emas di PON 2024

Perenang Joe Aditya menuturkan rencana dan target dalam waktu dekat setelah berhasil meraih delapan medali emas di 2024.

Baca Selengkapnya

Cerita di Balik Kesuksesan Perenang Joe Aditya Raih 8 Medali Emas dalam Ajang PON Aceh-Sumut 2024

5 hari lalu

Cerita di Balik Kesuksesan Perenang Joe Aditya Raih 8 Medali Emas dalam Ajang PON Aceh-Sumut 2024

Perenang Joe Aditya menceritakan bagaimana persiapan yang dijalaninya selama tiga tahun untuk tampil di PON 2024.

Baca Selengkapnya

Atlet Tembak Olimpiade Paris Kim Ye-ji Raih Debut dalam Peran Akting Sebagai Pembunuh

11 hari lalu

Atlet Tembak Olimpiade Paris Kim Ye-ji Raih Debut dalam Peran Akting Sebagai Pembunuh

Kim Ye-ji sebelumnya dikenal sebagai atlet yang berhasil meraih medali perak pada nomor pistol udara 10 meter putri di Olimpiade Paris Juli lalu.

Baca Selengkapnya

Berikan Bonus buat Atlet Peraih Medali PON 2024, Jateng Kucurkan Rp 60,6 Miliar

17 hari lalu

Berikan Bonus buat Atlet Peraih Medali PON 2024, Jateng Kucurkan Rp 60,6 Miliar

Jateng kucurkan Rp 60,6 miliar untuk bonus atlet dan kontingen Jateng peraih medali pada PON 2024.

Baca Selengkapnya

Sulawesi Tengah Berikan Bonus buat Atlet PON 2024, Peraih Medali Emas Dapat Rp 500 Juta

19 hari lalu

Sulawesi Tengah Berikan Bonus buat Atlet PON 2024, Peraih Medali Emas Dapat Rp 500 Juta

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menyerahkan bonus kepada atlet peraih medali di PON 2024 Aceh - Sumut.

Baca Selengkapnya

Menpora Pertimbangkan 4 Daerah Jadi Alternatif dalam Penawaran Tuan Rumah Olimpiade 2036

20 hari lalu

Menpora Pertimbangkan 4 Daerah Jadi Alternatif dalam Penawaran Tuan Rumah Olimpiade 2036

Menpora Dito Ariotedjo klaim Indonesia ditawarkan menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 atau 2036 dan Youth Olympic Games oleh Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach.

Baca Selengkapnya

Menpora Dito Ariotedjo: Indonesia Berpeluang Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2032 atau 2036, Opsi Lokasi di Jakarta dan Bali

20 hari lalu

Menpora Dito Ariotedjo: Indonesia Berpeluang Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2032 atau 2036, Opsi Lokasi di Jakarta dan Bali

Menpora Dito Ariotedjo menyebutkan Indonesia berpeluang menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 atau 2036 dengan opsi lokasi di Jakarta dan Bali.

Baca Selengkapnya

Kenapa Ada Honor Panitia Pelaksana Pertandingan PON 2024 yang Belum Dibayar?

22 hari lalu

Kenapa Ada Honor Panitia Pelaksana Pertandingan PON 2024 yang Belum Dibayar?

Ketua Bidang Pertandingan Panitia Besar PON 2024 Wilayah Sumatera Utara Budi Syahputra menjelaskan soal pembayaran honorarium untuk panitia pelaksana.

Baca Selengkapnya

Atlet Muda Berjaya di PON XXI Aceh-Sumut

23 hari lalu

Atlet Muda Berjaya di PON XXI Aceh-Sumut

Sejumlah atlet muda menjadi bintang di Pekan Olahraga Nasional atau PON XXI Aceh-Sumut (Sumatera Utara). Mereka membawa pulang banyak medali emas.

Baca Selengkapnya