TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan Fan Zone Euro 2008 di Zurich, Swiss, pada suatu siang pada awal musim panas Juli itu mendadak senyap. Para pengunjung taman Piala Eropa itu sejenak melupakan sepak bola, demi menyaksikan pertandingan petenis Roger Federer.
Petenis itulah yang pada Minggu, 28 Januari 2018, di Australia Terbuka mencetak sejarah dengan merebut trofi Grand Slam ke-20 kalinya dalam usia 36 tahun.
Hanya sedikit orang yang lalu-lalang dari stasiun pusat Zurich menuju Fan Zone Euro 2008 melalui tepian sebuah sungai yang mengalir tenang dan bernuansa indah. Ke mana yang lainnya?
Mereka sedang terpaku menonton tayangan sebuah layar lebar di kawasan tersebut. Roger Federer sedang bertarung melawan Rafael Nadal pada final tunggal putra Grand Slam Wimbledon di London, Inggris.
Sebagian besar penonton tayangan layar raksasa di Zurich saat itu, sebagaimana yang disaksikan penulis, menangis ketika Federer akhirnya kalah melawan Nadal dalam partai tenis epik di Wimbledon.
Hanya segelintir orang yang bisa mencuri perhatian dari ingar-bingar pesta Euro 2008 di Swiss dan Austria saat itu dan orang tersebut adalah Federer.
Petenis putra itu adalah salah satu atlet olahraga yang paling dibanggakan rakyat Swiss dan menjadi tokoh legendaris di sana.
Tahun 2008 itu menjadi salah satu masa terburuknya karena “hanya” memenangi sebuah Grand Slam, yaitu Prancis Terbuka di lapangan tanah liat Roland Garros, Paris. Tapi, ia sudah tumbuh besar menjadi pahlawan Swiss setelah pertama kali menjadi petenis nomor satu dunia pada 2 Februari 2004.
Adapun pada Minggu, 28 Januari 2018, Federer kembali mengangkat nama Swiss dengan menjuarai Australia Terbuka keenam kali dan memenangi trofi Grand Slam tunggal putra paling banyak sepanjang sejarah.
Setelah mengalahkan Marin Cilic dari Kroasia pada final Australia Terbuka 2018 dengan skor Cilic 6-2, 6-7 (5-7), 6-3, 3-6, 6-1, Federer mengatakan usia bukan masalah buatnya untuk terus berkompetisi.
Ken Rosewall menjuarai tunggal putra Australia Terbuka 1972 pada usia 37tahun. Rosewall hanya satu-satunya petenis pria lebih tua dibandingkan Federer yang memenangi sebuah seri Grand Slam dalam era tenis terbuka.
“Saya memenangi tiga Grand Slam sekarang dalam 12 bulan. Saya tidak bisa percaya kepada diriku sendiri,” kata Federer yang melakukan pukulan forehand dengan tangan kanan.
“Saya hanya berusaha mempertahankan jadwal pertandingan yang bagus, terus lapar gelar, dan kemudian mungkin hal-hal bagus bisa terjadi. Jadi, saya tidak memikirkan usia. Itu hanya sebuah nomor,” kata Federer.
"Tapi, saya harus sangat berhati-hati dalam perencanaanku. Saya mesti benar-benar memutuskan sebelumnya apa tujuan saya, apa priorita saya? Saya pikir itulah yang akan menentukan seberapa besar sukses saya nantinya,” Federer melanjutkan.
“Membuat waktu yang menyenangkan di depan. Itulah sebagai profesional yang kami lakukan. Tapi, saya senang dengan posisiku sekarang,” ia menambahkan setelah tampil di Australia Terbuka 2018.
BBC | GUARDIAN | HARI PRASETYO