TEMPO.CO, Jakarta - Pemain tunggal putra dan putri bulu tangkis Indonesia masih menjadi dua sektor terlemah dibanding nomor-nomor lainnya. Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti meminta para pemain yang terkesan stagnan untuk berjuang lebih keras.
"Usaha beberapa pemain memang harus lebih banyak dibanding yang lain, jika sama saja, mereka tidak akan meningkat di situ-situ saja," kata Susy Susanti di Jakarta, Kamis.
Saat ini ada sejumlah pemain dua sektor itu yang terkesan stagnan. Di tunggal putri ada Dinar Dyah Ayustine (24 tahun) dan Hanna Ramadini (23). Keduanya bisa disebut sebagai dua nama paling senior nomor tunggal putri. Tetapi mereka seperti tak mampu bangkit dari daftar pemain papan tengah dunia dengan berkutat pada peringkat 30-an hingga saat ini.
Baca: Aturan Baru Servis Bulu Tangkis, Apa Kata Marcus / Kevin
Padahal juniornya, Fitriani (19), pernah menembus peringkat 20 besar dunia, lebih stabil dan akhirnya menjadi andalan Indonesia untuk ajang internasional.
Pada nomor tunggal putra juga ada Firman Abdul Kholik. Ia mulai meniti karier sebagai pemain pelatnas sejak 2013 usai menjuarai Badminton Asia Youth U-17. Tetapi, seiring waktu, sinar pemain kelahiran 11 Agustus 1997 tidak seterang rekan sebayanya seperti Anthony Sinisuka Ginting (21), Jonatan Christie (20), dan Ihsan Maulana Mustofa (22).
Firman memang sempat membuktikan diri dengan menjadi penentu kemenangan Indonesia atas Korea Selatan 3-2 di semifinal Kejuaraan Beregu Asia 2018 yang juga merupakan kualifikasi Piala Thomas 2018. Namun hal itu dirasakan belum mencukupi untuk memberikan gelar atlet berprestasi bagi Firman.
Baca: Bulu Tangkis: Aturan Servis Baru Bisa Untungkan Pemain Indonesia
Susy menilai, para tersebut sebenarnya memiliki keunggulan masing-masing dan bisa dimanfaatkan. "Tapi balik lagi ke pemainnya, jika mereka masih belum mencapai titik tinggi hingga saat ini, berarti ada yang kurang dari fisik, kemauan, daya juang, juga kematangan mental, mereka harus kerja keras untuk itu," ujar mantan pemain tunggal putri ini.
Perjuangan untuk mencapai hal tersebut, kata Susy, harus diperbanyak jika para pemain tersebut ingin mengejar prestasi dalam bulu tangkis dan agar tidak tersalip oleh pemain di bawahnya.
"Yang harus diingat setiap pemain itu, juara hanya ada satu, jika kita berada terus di bawah level elit, otomatis harus berjuang lebih dari yang lain untuk mengejar, misal orang lain berlatih empat jam, kita harus lima hingga tujuh jam," kata dia.
Baca: Bulu Tangkis: Christian Hadinata Analisis Peran Hendra Setiawan
Susy melanjutkan, "Kita sudah diberi kesempatan, harusnya pergunakan sebaiknya, karena pelatnas itu bukan tempatnya zona nyaman. Di sini segala proses ditentukan oleh seleksi kualitas dan prestasi dari pemain itu sendiri."
Penghuni pelatnas bulu tangkis pBSI saat ini adalah hasil promosi dan degradasi pada akhir tahun lalu. Bila tak juga membaik performanya, para pemain yang cenderung stagnan itu bukan tak mungkin akan terdepak dari Cipayung.