TEMPO.CO, Jakarta - Petenis putri nomor dua dunia, Caroline Wozniacki, menyatakan ia dan keluarganya mengalami pelecehan lisan dari penonton, termasuk ancaman kematian, saat bertanding melawan petenis dari Pueto Riko, Monica Puig, di turnamen Miami Open, Amerika Serikat, Jumat 23 Maret 2018.
Pada pertandingan babak kedua itu, Wozniacki kalah 6-0, 4-6, 4-6 melawan Puig, peraih medali emas Olimpiade 2016. Puig, peringkat 82 dunia, tinggal di Miami dan lebih banyak mendapat dukungan dari penonton dalam pertandingan di Key Biscayne itu.
Baca: Wozniacki Tumbang, Peluang ke Puncak Peringkat Lepas
Melalui jaringan media sosial, twitter, miliknya pada Sabtu 24 Maret, Wozniacki mengklaim pihak keamanan turnamen Miami Open tidak berusaha menghentikan pelecehan tersebut.
“Semalam saya kalah dalam pertandingan yang ketat menghadapi lawan yang hebat dan teman, Monica Puig, di Miami Open. Saya sangat memahami dalam permainan tenis, ada yang menang dan yang kalah,” kata Wozniacki.
“Tapi, selama pertandingan semalam, orang-orang di antara kerumunan penonton mengancam keluarga saya. Mereka menyampaikan ancaman kematian kepada ayah dan ibuku,” petenis Denmark keturunan Polandia itu melanjutkan.
“Mereka memanggil saya dengan nama-nama yang tidak dapat saya ulangi di sini. Mereka menyuruh keponakan tunangan saya dan keponakanku (yang berusia 10 tahun) untuk duduk dan tutup mulut. Adapun pihak keamanan dan staf panitia tidak melakukan apapun untuk melindungi dan bahkan membiarkan hal itu terjadi,” juara Grand Slam Australia Terbuka 2018 ini menambahkan.
Wozniacki mengharapkan panitia turnamen internasional yang bergengsi ini bersikap lebih serius menghadapi tindakan-tindakan anarkis semacam itu pada masa mendatang.
Direktur Turnamen Miami Open, James Blake, mengatakan keamanan para petenis yang mengikuti kejuaraan ini adalah prioritas nomor satu buat mereka. “Pertandingan antara Caroline dan Monica berlangsung di hadapan penonton yang antusias dan bergemuruh,” kata Blake.
“Secara pribadi, saya merasa tidak ada orang yang mengeluarkan ucapan pelecehan di lapangan. Kami berusaha yang terbaik untuk mewujudkan lingkungan yang aman dan adil di pertandingan,” Blake melanjutkan.
Selama pertandingan Wozniacki dan Puig, Blake menambahkan, juga ada perwakilan Asosiasi Tenis Wanita (WTA) dan petugas keamanan di seputar lapangan.
Ancaman seperti yang diklaim Wozniacki ini bukan hal yang baru di pertandingan tenis. Pada turnamen dunia seri WTA di Hamburg, Jerman, periode Oktober 1993, seorang suporter petenis putri Steffi Graf yang fanatik, yaitu Gunther Parche, berhasil menerobos masuk ke lapangan dan menusuk punggung petenis Monica Seles yang sedang duduk setelah pergantian antar-game.
Baca juga: Miami Open: Serena Williams Disingkirkan Naomi Osaka
Seles kemudian harus dibawa ke rumah sakit. Adapun Parche dihukum penjara dua tahun. Saat itu, Graff dari Jerman dan Seles –petenis Serbia yang kemudian menjadi warga negara Amerika Serikat- sedang bersaing ketat di puncak peringkat dunia WTA.
BBC | INDEPENDENT