TEMPO.CO, Jakarta - Novak Djokovic mengatakan lima hari berada di puncak gunung bersama istrinya telah mengubah kiprahnya dalam semusim kompetisi tenis, yaitu bisa memenangi dua seri Grand Slam secara beruntun.
Baca: Del Potro Yakin Novak Djokovic Lewati Federer dan Nadal
Petenis tunggal putra Serbia itu baru saja memenangi Amerika Serikat Terbuka di Flushing Meadows, New York, Senin 10 September 2018, dengan mengalahkan Juan Martin del Potro 6-3, 7-6 (7-4), 6-3. Juli lalu, Djokovic menjuarai Wimbledon.
Baca: Menangi AS Terbuka, Novak Djokovic Samai Rekor Sampras
Setelah mengalami kekalahan yang mengejutkan melawan pemain nomor 72 dunia, Marco Cecchinato, pada perempat final Prancis Terbuka, Juni lalu, Djokovic melakukan perjalanan naik gunung dan menetap beberapa saat di puncak. “Kami duduk dan kami hanya melihat dunia dari perspektif itu,” katanya.
"Saya menghirup inspirasi baru, motivasi baru. Saya memikirkan tenis, memikirkan emosi yang dimainkan tenis dalam diri saya,” Djokovic melanjutkan.
“Itu semua positif. Saya hanya merasa seperti memiliki napas baru untuk olahraga,” kata atlet yang sudah beberapa kali menjadi petenis nomor satu dunia ini.
"Yang tersisa adalah sejarah dalam hal hasil. Saya bermain pada final Queen, memenangi Wimbledon, menjuarai Cincinnati, dan sukses di AS Terbuka. Saya pikir kami akan segera lebih banyak mendaki lagi,” katanya lagi.
Djokovic mendaki Mont Sainte-Victoire di kawasan selatan Prancis bersama istrinya, Jelena. “Saya sangat menyarankan anda untuk mendaki gunung. Sejumlah hal hebat akan terjadi dalam hidup anda.”
Djokovic, 31, sudah menyamai prestasi petenis Amerika Serikat pada masa lalu, Pete Sampras, untuk mengoleksi 14 gelar juara Grand Slam.
Baca: Tenis Cincinnati: Novak Djokovic Raih Golden Masters
Kini, Djokovic tinggal mengejar rekor dua petenis kawakan dunia yang masih terus bertanding, Roger Federer, 37, dan Rafael Nadal, 32, yang masing-masing memenangi 20 dan 17 gelar Grand Slam.
BBC | ESPN