TEMPO.CO, YOGYAKARTA - Keluarga besar Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) ikut berduka menyusul tiga anggotanya yang ikut menjadi korban bencana gempa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah yang terjadi akhir pekan lalu.
“Ada tiga orang keluarga besar FPTI ikut menjadi korban bencana itu, 2 meninggal dunia dan 1 orang masih hilang,” ujar Juru Bicara FPTI Teguh Supriyadi kepada Tempo Kamis 4 Oktober 2018.
Ketiga keluarga besar FPTI itu yakni Roiman, salah satu atlet panjat tebing asal asal Kabupaten Parigimoutong Sulawesi Tengah, yang ditemukan meninggal dunia. Roiman merupakan salah satu atlet muda panjat tebing yang kerap berlaga di level nasional.
Korban kedua dari keluarga FPTI yang meninggal dunia yakni Franky Kowaas . Frangky dalam keluarga FPTI dikenal sebagai tokoh senior panjat tebing sekaligus Penasehat FPTI Pengurus Provinsi Sulawesi Utara. Franky juga aktif di olahraga aerosports.
“Saat bencana terjadi Frangky dikabarkan sedang menghadiri acara Palu Nomoni,” ujarnya. Teguh menuturkan, Frangky semasa hidup merupakan pelatih dari mantan atlet sekaligus panjat tebing Judistiro kala muda. Judistiro sendiri pelatih tim combined saat Asian Games 2018 lalu.
Sedangkan satu keluarga FPTI lain yang jadi korban bencana dan masih hilang atau belum ditemukan yakni Sekretaris FPTI Pengurus Kota (Pengkot) Palu, Fadhil.
“Fadhil belum ditemukan sejak bencana itu terjadi,” ujarnya.
Teguh menuturkan, selain ketiga orang itu, duka juga dirasakan atlet panjat tebing Asian Games, Aspar Jaeololo yang juga suami dari atlet panjat tebing Mudji Mulyani.
“Kedua orang tua Aspar dan Mudji selamat, namun paman dan tantenya menjadi korban bencana itu,” ujarnya.
Menghadapi bencana gempa Palu –Donggala itu, Pengurus Pusat FPTI telah ikut mengirimkan tim untuk membantu Tim SAR dan pemerintah memberikan bantuan darurat.
PRIBADI WICAKSONO