TEMPO.CO, Jakarta - Peraih medali perak Olimpiade Brasil untuk Ethiopia, Feyisa Lilesa, kembali ke negaranya setelah hidup di pengasingan Amerika Serikat selama dua tahun. Penyumbang medali untuk lari marathon ini sengaja tinggal di AS ketika dia menentang kekerasan pemerintah terhadap para pemrotesnya. "Dia memberanikan diri pulang kampung menyusul reformasi di negara Afrika Timur itu."
Pada aksi selebritas, Lilesa tampak menyilangkan kedua tangannya di atas kepala usai meraih posisi kedua lomba lari marathon di Olimpiade Rio de Janerio, Brasil. Gerakan tubuh Lilesa itu merupakan simbol perlawanan pengunjuk rasa pada 2015 dan 2017 terhadap penguasa Addis Ababa.
Baca: Mandiri Jakarta City Marathon Mendadak Dibatalkan, Peserta Kecewa
Feyisa Lelisa. [Reuters]
Kantor berita Reuters dalam laporannya mengatakan, Menteri Luar Negeri Workneh Gebeyehu menerima Feyisa di lapangan terbang interasional Addis Ababa, Ahad 21 Oktober 2018. "Kedatangan dia disambut juga oleh keluarga dan penggemarnya."
"Saya yakin, pasti akan kembali. Sebab darah yang ditumpahkan masyarakat tidak akan sia-sia," ucapnya seperti dikutip Reuters.
Menurut pengakuannya kepada media seperti dilansir Al Jazeera, pria ini mencoba mencari suaka ke Amerika Serikat menyusul "gerakan tangan" menentang pemerintah. Dia mengaku takut dijebloskan ke penjara atau tewas dibunuh. "Saya berterimah kasih kepada pemerintahan yang baru, buah dari perjuangan rakyat," ujarnya.
Baca: Pelari Ethiopia Lakukan Protes Politik di Olimpiade
Protes Lilesa itu dipicu keprihatinannya terhadap sikap pemerintah Ethiopia yang menangkapi para pengritiknya. Ratusan orang, menurut laporan Al Jazeera, tewas dibedil pasukan keamanan karena mereka memprotes eksplorasi lahan pertanian di kawasan Oromia. "Tanah ini milik etnis Oromos." Sejak itu, dia turut ambil bagian dalam aksi menentang pemerintah.