TEMPO.CO, Jakarta - Tim bulu tangkis Indonesia menjalani rehat dua hari setelah mengalahkan Inggris 4-1 dalam laga perdana Piala Sudirman 2019. Berikutnya, dalam kejuaraan yang digelar di Nanning, Cina, mereka akan melawan Denmark pada 22 Mei.
Manajer Tim Indonesia, Susy Susanti, menyatakan, para pemain memanfaatkan jeda pertandingan untuk menjaga kondisi. Tetap ada latihan, latihan itu pasti ada tiap hari. Yang pasti jaga kondisi," kata dia, seperti dikutip laman resmi PBSI.
Tim mewaspadai kondisi cuaca di Cina. "Karena udara di sini terik sekali, jangan sampai ada yang sakit, dari luar ke dalam ruangan perbedaannya jauh banget, di hotel dingin sekali. Mungkin karena sangat panas, maunya minum es, jangan sampai radang tenggorokan atau dehidrasi," kata mantan ratu tunggal putri Indonesia itu.
Menjelang laga melawan Denmark, Susy menyatakan sudah bisa membaca peluang yang ada. "Kami selalu siapkan dan ingatkan atlet-atlet untuk latihan, adaptasi dan akurasi pukulan disiapkan saja. Ini kan bukan pertama kalinya kami ketemu dengan Denmark. Sudah beberapa kali, kami akan lihat siapa yang akan turun dari kondisi pemainnya, head to head dan peluangnya seperti apa," kata dia.
Saat melawan Inggris, Indonesia kehilangan satu nomor, yakni di sektor ganda campuran. Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti saat itu dikalahkan Chris Adcock/Gabrielle Adcock dengan skor 17-21, 18-21.
Susy menyatakan hasil itu sudah sesuai prediksi. "Sesuai prediksi kami, kekuatan Inggris memang ada di ganda campuran," kata dia. "Bukannya takabur, kalau empat nomor lainnya, bisa dibilang peluang kami 51-49, kami menurunkan tim terbaik lihat dari head to head dan peluang. Kami perkirakan memang akan ramai di ganda campuran, kami berharap bisa sapu bersih, tapi hasil di lapangan berbicara lain."
Susy juga berharap lembaga bulu tangkis dunia (BWF) lebih tegas di ajang Piala Sudirman ini. "Tim Indonesia sedikit kecewa dengan sikap lawan yang kurang sportif dan merugikan pemain kami, misalnya minta break pada saat akan servis atau mengulur waktu. Kami berharap BWF bisa lebih fair dan tegas dalam hal ini."
BADMINTON INDONESIA