TEMPO.CO, Jakarta - Eni Nuraini, pelatih sprint nasional, sibuk mengatur peralatan yang akan digunakan atlet asuhannya berlatih. Perempuan 72 tahun itu melakukannya sendiri.
"Ambil gawang dan bola," kata Eni memberikan arahan kepada asistennya untuk melengkapi peralatan yang dibutuhkan.
Senin sore, 12 Agustus 2019, Tempo menyaksikan latihan atlet lari di Stadion Madya, Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Eni menata peralatan sembari menunggu para atlet asuhannya melakukan pemanasan. Terlihat beberapa kali, pelatih terbaik Asia 2019 versi Asosiasi Atletik Asia (AAA) ini mengangkat sendiri matras buat keperluan atlet.
"Ayo suit, suit yang mau duluan," kata Eni memberikan aba-aba untuk atlet yang ingin melakukan latihan duluan.
Sejumlah atlet lahir dari kerja kerasnya melatih. Salah satunya, Lalu Muhammad Zohri. Di bawah arahan Eni, spinter asal Lombok, Nusa Tenggara barat menyabet sejumlah gelar juara. Di antaranya, Juara Dunia U-29 lari 100 meter pada 2018, Juara Asia Junior 100 meter 2018, peraih medali perak nomor 4 x 100 meter di Asian Games 2018 dan meraih perak nomor 100 meter di Kejuaraan Asia 2019.
Selama latihan berlangsung, Eni tak banyak bicara. Yang lebih banyak memberikan instruksi adalah asisten pelatih, salah satunya Farel.
"Lari menghadap ke depan, kepala jangan terlalu mendongak. Ingat hadap ke depan," teriak Farel memberikan instruksi kepada atlet yang sedang berlatih. Itu dia sampaikan agar para atlet memperbaiki teknik berlarinya.
Ketika itu sebanyak 15 orang atlet pelatnas berlari mengitari lapangan rumput. Itu mereka lakukan sebelum latihan berakhir.
Sambil mengamati proses latihan, sesekali Eni juga memberikan intruksi. "Tunggu dulu, tekniknya yang bagus ya. Tekniknya perhatikan," ucapnya.
Eni mengatakan, sore itu program latihan fokus pada daya tahan atlet secara umum. Sebab, sebelumnya mereka bergabung dengan tim daerah asalnya bertanding di Kejuaraan Nasional Atletik yang dihelat pada 1-7 Agustus lalu. Setelah kejuaraan itu, mereka baru kembali berlatih lagi di Pelatnas.
“Kita siapkan lagi fisiknya untuk menghadapi latihan yang akan datang,” katanya.
Eni menyebutkan latihan permulaan ini terdiri dari shit-up untuk menjaga kekuataan otot. Lompat-lompat itu untuk melatih kekuataan kaki dan yang merangkak ke belakang untuk melatih kekuataan tangan.
Ia menuturkan, atlet yang ikut latihan sore itu mayoritas junior dan remaja. Mereka dipersiapkan untuk mengikuti Asean School, Kejuaraan Atletik Asia Junior, dan Sea Youth Athletics Championships 2019. “Apalagi nanti Jakarta bakal jadi tuan rumah Sea Youth,” ujarnya.
Menyinggung soal komposisi atlet pelatnas, Eni menjelaskan, setelah Kejurnas Atletik 2019 awal bulan lalu, bakal ada perombakan. Ke depan, kata dia, Pelatnas bakal didominasi atlet junior usia remaja. “Senior paling 30-40 persen nanti,” ucapnya.