TEMPO.CO, Jakarta - Hasil evaluasi Kejuaraan Angkat Besi Remaja dan Junior Indonesia 2019 yang digelar di Semarang pada 30 Agustus-1 September, menunjukkan adanya 60 persen kesalahan yang dilakukan para lifter.
Data itu diungkapkan dalam sharing hasil kejuaraan antara PB PABBSI dengan pelatih yang terlibat dalam ajang tersebut.
Evaluasi hasil Kejuaraan Angkat Besi Remaja dan Junior Indonesia 2019 selain dilakulan PB PABBSI dan para pelatih, juga melibatkan ahli kepelatihan International Weightlifting Federation (IWF), Aveenash Pandoo dari Afrika Selatan.
“Data menunjukkan bahwa ada kesalahan sampai 60 persen yang dilakukan lifter di ajang ini. Itu angka yang sangat tinggi, dan perlu dievaluasi penyebab kesalahan tersebut,” ujar Alamsyah Wijaya, Kabid Binpres PB PABBSI.
“Kesalahan tersebut bukan melulu soal teknis, namun bisa karena psikologis atlet bahkan ambisi pelatih mereka. Sebab itu kita lakukan tukar pikiran, supaya para pelatih juga bisa melakukan koreksi tanpa merasa digurui,” ujar Alamsyah lagi.
Menurut Alamsyah, Indonesia punya bibit bagus dan berprestasi dunia di level remaja maupun junior, namun sangat jarang yang tetap hebat hingga level elite di senior.
“Satu contoh dari pembinaan yang benar adalah Eko Yuli Irawan. Dia bagus sejak tingkat remaja hingga mencapai elite dunia. Namun, apakah kita cukup puas dengan Eko saja?” ujar Alamsyah bertanya.
Alamsyah khawatir jika kesalahan pembinaan tetap terjadi, maka Indonesia tak akan pernah lagi memiliki lifter angkat besi hebat yang berprestasi dunia.