TEMPO.CO, Jakarta- Anggota Sektariat Negara Runners, Angga Dwi Cahyanto, berharap setiap kejuaraan lari di Jakarta untuk mengutamakan keamanan jalur yang digunakan. Menurut dia, ajang seperti Electric Jakarta Marathon biasanya beririsan dengan jalur yang dilalui kendaraan bermotor.
"Apalagi di Jakara, kita akan berhadapan dengan pengendara motor dan mobil, rawan kena klakson," kata dia usai mengikuti kategori Lari 10 K Electric Jakarta Marathon, Stadion Gelora Bung Karno, Ahad, 27 Oktober 2019.
Pada Electric Jakarta Marathon 2019, Angga menyebutkan terdapat 15 orang anggota Setneg Runners yang berpatisipasi. Mereka turun dalam beberapa nomor yakni 5 K, 10 K, Half Marathon, dan Full Marathon. "Tadi saya ambil 10 K, catatan waktunya 45 menit," kata Angga menjelaskan waktu yang ditorehkannya.
Menurut Angga, anggota Setneg Runners rutin berlari setiap Selasa dan Jumat karena kementerian yang dinakhodai oleh Praktikno itu menetapkan kedua hari itu hari olahraga. Mereka mendapatkan kesempatan untuk berolahraga pada kedua hari itu sampai pukul 9 pagi. "Kalau saya seminggu bisa lari sampai 65 kilometer," kata Angga menjelaskan rutinitasnya dalam berlari.
Sebelumnya, belasan ribu pelari mengikuti Electric Jakarta Marathon edisi ketujuh berlangsung pada hari ini, Ahad, 27 Oktober 2019. Kompetisi ini melibatkan 16.500 peserta. Dari jumlah tersebut, 1.421 orang di antaranya berasal dari luar negeri. Pelari internasional itu berasal dari Malaysia, India, Amerika Serikat, Perancis, Belanda, Italia, Korea Selatan, Singapura, dan Jepang.
Ketua Jakarta Marathon, Sapta Nirwandar, mengatakan bahwa acara ini sudah terdaftar di Federasi Atletik Internasional (International Association of Athletics Federations/IAAF) dan diselenggarakan pada pelan terakhir bulan Oktober setiap tahunnya. Electric Jakarta Marathon memperlombakan lima kategori nomor lari yakni Full Marathon (42,195 kilometer/km), Half Marathon (21 km), 10K (10 km), 5K (5 km), dan Maratoonz (1 km) untuk anak-anak usia 5 hingga 10 tahun.
IRSYAN HASYIM