TEMPO.CO, Jakarta - Film The Last Dance Episode 5 dan 6, yang akan diputar Minggu besok, 3 Met 2020, didedikasikan pada Kobe Bryant. Bagian ini juga akan menguliti borok Michael Jordan.
Berikut adalah bagian dari Episode 5 dan 6 dari film dokumenter ESPN The Last Dance tentang biografi Jordan, seperti diwartakan NBC Sports, 1 Mei 2020.
Penampilan Kobe Bryant, yang cukup kuat, menambah pukulan ekstra emosional dari film ini.
Semua orang tahu bintang Lakers ini awalnya banyak terinspirasi oleh Michael Jordan. Tetapi melihat pernyataan Bryant tentang pengaruh Jordan terhadapnya, bisa menyayat hati apalagi jika kita sadar bahwa Bryant tewas secara tragis dalam kecelakaan helikopter Januari lalu.
Bahwa ada juga pernyataan buruk Jordan tentang Bryant muda di ruang loker All-Star Wilayah Timur di Madison Square Garden pada tahun 1998 menjadikan dinamika episode ini lebih segar.
Pidato Jordan yang berlinang air mata di upacara peringatan Bryant di Staples Center terlintas dalam pikiran ketika adegan-adegan ini dimainkan.
Sepatu Air Jordan
David Falk, agen lama Jordan, mengungkapkan strategi pemasarannya di belakang pria yang menjadi atlet paling laku sepanjang masa. Bagian penting dari itu, jelas, adalah pembuatan sepatu Air Jordan.
"Harapan Nike ketika kami menandatangani kesepakatan adalah bahwa pada akhir tahun ke-4, mereka berharap bisa menjual Air Jordans senilai $ 3 juta," kata Falk. "Di tahun pertama, kami menjual $ 126 juta."
Dampak budaya dari Air Jordans dieksplorasi dengan beberapa penampilan tokoh-tokoh musik.
Soal The Dream Team yang Dahsyat
Bagian ini bicara tak hanya tentang kumpulan pemain berbakat di tim Olimpiade. Tersingkirnya Bad Boy Pistons Isiah Thomas dari tim Olimpiade Barcelona 1992 karena ada atau tidak peran Jordan dieksplorasi.
Film dokumenter ini mengingatkan semua orang bagaimana Jordan dan Scottie Pippen marah luar biasa pada pelatih Jerry Krause yang mengontrak Toni Kukoc dari Kroasia. Apalagi bayaran Kukoc di atas Pippen.
Di final Olimpiade, terbukti Kukoc banyak berperan menghambat laju AS meskipun akhirnya Kroasia kalah. Ini menunjukkan statusnya sebagai penggerak kritis Bulls.
Citra Jordan
Dari rilis buku Sam Smith "The Jordan Rules" hingga dugaan masalah perjudian yang paling spektakuler terjadi dalam kehadirannya di kasino Atlantic City pada malam Game 2 final Wilayah Timur 1993.
Jordan harus mempertahankan citranya di mata publik untuk pertama kalinya.
Sangat menarik untuk menonton wawancara tentang masalah ini. Tak terbayangkan jika hal itu terjadi saat ini dengan media sosial yang begitu ganasnya.
Sebuah wawancara, pembawa acara kawakan Connie Chung mengulik apakah Jordan memiliki masalah judi. “Tidak. Karena saya bisa berhenti berjudi. Saya memiliki masalah kompetitif," kata Jordan.
Dalam salah satu wawancara yang paling lancar dari film dokumenter tersebut, adalah dari kepala hubungan publik dan media Tim Hallam, yang merinci bagaimana Michael Jordan bertahan di puncak begitu lama.
"Aku tidak ingin seperti Mike," Hallam menyimpulkan deskripsi panjangnya. "Itu tugas yang mustahil."
NBC Sports