TEMPO.CO, Jakarta - Pihak penyelenggara Perancis Terbuka atau French Open memperkirakan jumlah penonton yang hadir mencapai hingga 60 persen dari kapasitas. Penyelenggara masih berupaya agar pemerintah mengizinkan jumlah kuota penonton yang datang secara langsung lebih banyak ketika turnamen Roland Garros ini bergulir pada September mendatang.
Perancis Terbuka ditunda dari Mei-Juni karena pandemi Covid-19. Presiden Federasi Tenis Perancis, Bernard Giudicelli, memperkirakan sekitar 20 ribu penonton diharapkan kehadirannya selama tahap awal Grand Slam yang berlangsung selama dua minggu. Ia juga memperkirakan sebanyak 10 ribu penggemar akan menghadiri partai final. "Angka-angka itu masih bisa berubah jika pemerintah merevisi aturan sosial jaraknya saat ini," kata dia, dikutip dari BBC, Jumat 3 Juli 2020.
Selama Perancis Terbuka, kapasitas Stadion Philippe-Chatrier selama pertandingan mencapai 15.500 penonton. Dengan kapasitas yang mencapai 60 persen, pihak penyelenggara menilai setidaknya ada 9.000 penonton yang datang secara langsung. Adapun Stadion Suzanne-Lenglen bisa menampung 10.068, dan Stadion Simonne-Mathieu menampung hingga 5.000 pada kondisi normal.
Giudicelli menambahkan bahwa setiap penonton harus mematuhi protokol kesehatan seperti mengenakan masker pelindung. Selain itu, hanya akan ada beberapa orang yang mendapat rekomendasi untuk duduk di tepi lapangan. "Kami pergi dengan pilihan alternatif yang bertanggung jawab. Jika situasinya berkembang ke arah yang benar, tiket baru akan tersedia pada bulan September," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Perancis, Roxana Maracineanu, mengatakan tetap membaasi jumalh orang yang diperbolehkan menonton Grand Slam secara langsung, yaitu 5.000 orang. Jumlah itu ditetapkan untuk berbagai acara yang mengharuskan berkumpulnya banyak orang hingga September. Meski begitu, pemerintah akan mengevaluasi seluruh kebijakan dengan melihat perkembangan kurva penyebaran virus pada 11 Juli untuk menentukan kapasitas penonton.
French Open, yang akan bergulir pada 27 September, memiliki kebijakan yang berbeda dengan sejumlah agenda tenis dunia. US Open misalnya akan digelar tanpa penonton di New York dari 31 Agustus hingga 13 September. Adapun Tenis-Wimbledon dibatalkan tahun ini untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia Kedua karena pandemi virus corona.