Persiapan Indonesia
Jauh sebelum akhirnya mendapat kesempatan berdialog dengan IOC, Indonesia pertama kali menyampaikan keinginannya menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 pada 1 September 2018 atau satu hari sebelum penutupan Asian Games 2018.
Namun itu baru sebatas lisan yang disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo kepada Presiden IOC Thomas Bach yang pada saat itu sedang berkunjung ke Indonesia.
Pemerintah Indonesia pada 11 Februari menyurati IOC yang langsung direspons positif oleh Bach, terlebih setelah kesuksesan Indonesia dalam perhelatan Asian Games dan Asian Para Games 2018.
Untuk menegaskan keseriusannya, Presiden Joko Widodo pun langsung memerintahkan membentuk komite khusus persiapan menghadapi proses bidding tuan rumah Olimpiade yang akan digelar 11 tahun lagi itu.
Komite khusus yang terdiri atas berbagai kementerian/lembaga serta para stakeholder itu akan bertanggung jawab mempersiapkan tetek bengek persiapan pencalonan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade, termasuk menyusun rencana anggaran dan materi bidding.
Komite khusus ini hingga saat ini belum dibentuk, namun pembentukannya nanti akan ditetapkan melalui surat keputusan (SK) presiden.
Demi memuluskan langkah tersebut, Komite Olimpiade Indonesia juga sudah melakukan proses prabidding kepada IOC.
Pada 3 Februari lalu, KOI mempresentasikan kelayakan Jakarta sebagai kandidat tuan rumah Olimpiade 2032 kepada Komisi Future Host IOC— komisi yang bertanggung jawab untuk calon tuan rumah Olimpiade.
Dalam pertemuan virtual tersebut, Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari memaparkan Jakarta layak menjadi tuan rumah karena memiliki kawasan penunjang di sekitarnya yang sudah terbukti sebagai bagian penting kesuksesan Asian Games dan Asian Para Games 2018.
Kehadiran venue Asian Games dan Asian Para Games 2018 menjadi nilai plus karena itu berarti Indonesia tak perlu banyak membangun area baru untuk Olimpiade. KOI yakin dibanding negara lain, biaya Indonesia akan lebih efisien dan efektif, mengingat efisiensi biaya menjadi syarat wajib dari IOC jika ingin maju dalam pencalonan tuan rumah pesta empat tahunan itu.
Dalam presentasi prabidding tersebut, KOI menawarkan tiga pilar utama, yakni lingkungan, warisan, dan teknologi sebagai fokus rencana penyelenggaraan.
KOI menjanjikan Olimpiade 2032 Indonesia yang mengusung tema "Gravity of Asia" akan menjadi gelaran dengan emisi nol karena akan memanfaatkan kemajuan teknologi, seperti pemakaian kendaraan listrik untuk sistem transportasi, baik publik maupun pribadi di Jakarta, yang diyakini dapat menjadi warisan atau legacy dari penyelenggaraan Olimpiade.
Okto, sapaan akrabnya, menyebut pemaparannya itu berhasil meyakinkan IOC. Dia semakin yakin Indonesia punya peluang besar terpilih menjadi tuan rumah dan mencatatkan sejarah karena untuk pertama kalinya Olimpiade diselenggarakan di kawasan Asia Tenggara.
Pemerintah Indonesia juga tak tinggal diam melakukan berbagai upaya penguatan langkah sebelum melakukan proses bidding.
Pada Oktober 2020, Menteri BUMN Erick Thohir menyambangi markas IOC di Swiss di sela perjalanan diplomatiknya demi menegaskan keseriusan Indonesia dalam bidding tuan rumah Olimpiade 2032. Presiden Joko Widodo bahkan juga dijadwalkan menemui langsung Presiden Thomas Bach di Lausanne.
Terlepas dari seberapa banyak dukungan yang diberikan pemerintah dan masyarakat, Indonesia dihadapkan pada tantangan berat untuk mendapat status tuan rumah Olimpiade karena para pesaing datang dari negara-negara besar dan maju.
Perjalanan masih panjang. Namun apakah Indonesia mampu mengungguli negara-negara seperti Australia, Korea Selatan-Korea Utara dan Qatar dalam bidding tuan rumah Olimpiade 2032 nanti? Itu belum termasuk Jerman dan Cina yang juga sangat berminat menggelar pesta olahraga terakbar sejagad itu.