TEMPO.CO, Jakarta - CEO Komite Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020, Toshiro Muto, mengatakan pihaknya tidak mengesampingkan opsi pembatalan Olimpiade pada menit-menit terakhir. Opsi itu masih diperhitungkan menyusul semakin banyak atlet yang dinyatakan positif Covid-19.
Selain itu, sponsor utama membatalkan rencana untuk menghadiri upacara pembukaan yang akan berlangsung Jumat, 23 Juli 2021. Muto mengatakan pihaknya akan mengawasi jumlah kasus dan berkoordinasi dengan otoritas lain dalam penyelenggaraan.
"Kami tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi dengan jumlah kasus virus corona. Jadi kami akan melanjutkan diskusi jika ada lonjakan kasus," kata Muto, dikutip dari Reuters, Selasa, 20 Juli 2021.
"Kami telah sepakat bahwa berdasarkan situasi virus corona, kami akan mengadakan pembicaraan lima pihak lagi. Pada titik ini, kasus virus corona dapat naik atau turun, jadi kami akan memikirkan apa yang harus kami lakukan ketika situasi itu muncul."
Kasus Covid-19 meningkat di Tokyo dan Olimpiade, yang ditunda tahun lalu karena pandemi, membuat acara akan digelar tanpa penonton. Jepang memutuskan bahwa peserta akan bersaing di tempat kosong untuk meminimalisasi risiko kesehatan. Namun, kebijakan itu juga tak menutup potensi penularan Covid-19 di kalangan atlet dan ofisial.
Jepang, yang program vaksinasinya tertinggal dibandingkan kebanyakan negara maju lainnya, telah mencatatkan lebih dari 840 ribu kasus dan 15.055 kematian. Tokyo, kota tuan rumah Olimpiade mengalami lonjakan baru kasus Covid-19, dengan 1.387 kasus tercatat pada hari ini.
Penyelenggara telah berjanji untuk membuat Olimpiade tetap aman dan terjamin. Sementara, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach beberapa bulan lalu mengatakan bahwa membatalkan acara tidak pernah menjadi opsi. Namun, para ahli melihat celah dalam gelembung Olimpiade yang telah menjalankan tes COVID-19 harian dan telah membatasi pergerakan peserta.
Ketua Panitia Penyelenggara, Seiko Hashimoto, mengatakan bahwa langkah-langkah keamanan yang diperkenalkan untuk meyakinkan publik Jepang belum tentu dilakukan. Ia menyadari dukungan masyarakat untuk Olimpiade menurun. "Saya benar-benar ingin meminta maaf dari hati saya atas akumulasi rasa frustasi dan kekhawatiran yang dirasakan masyarakat terhadap Olimpiade," kata Hashimoto.
Baca juga : Olimpiade Tokyo: Atlet Angkat Besi Uganda yang Hilang Akhirnya Ditemukan