TEMPO.CO, Jakarta - Olimpiade Tokyo 2020 dijuluki sebagai olimpiade yang paling menyedihkan karena jauh dari ingar binger akibat pandemi virus corona yang belum usai. Otoritas di Tokyo pun memutuskan olimpiade kali ini tanpa penonton, pelukan antaratlet, dan para atlet mengalungkan medali mereka sendiri.
Olimpiade ini bagi sebagian orang berlangsung dalam suasana hati yang bertentangan antara kegembiraan dan kesedihan serta kebanggaan dan kekhawatiran.
Meski berlangsung dalam kondisi yang tidak seperti biasa, Paus Fransiskus, pemimpin umat katolik, mengatakan bahwa olimpiade tetap bisa menjadi ajang yang mempererat persahabatan dan persaudaraan para atlet.
“(Olahraga) Bahasa universal yang dapat mengatasi perbedaan budaya, sosial, agama dan fisik, dan dapat menyatukan orang-orang,” kata Paus dalam wawancaranya dengan Gazzetta dello Sport seperti dikutip dari Vatican News, Jumat, 23 Juli 2021.
Menurut Paus Fransiskus, kemenangan memberikan sebuah sensasi yang sulit dijelaskan, tetapi kekalahan juga akan memberikan suatu yang luar biasa. Dari sinilah muncul nilai-nilai sportifitas menyangkut persahabatan.
Paus Fransiskus berpesan bahwa medali yang paling utama bukanlah emas, perak, maupun perunggu, tetapi persahabatan dan persaudaraan melebihi itu semua. Di samping itu, Paus Fransiskus juga mendoakan gelaran olimpiade akan berjalan dengan baik dan tetap dapat memberikan kegembiraan meskipun di tengah berbagai keterbatasan.
EIBEN HEIZIER
Baca juga:
Begini Tampilan Kontingen Indonesia dalam Upacara Pembukaan Olimpiade Tokyo