TEMPO.CO, Jakarta - Tragedi Kanjuruhan berlangsung pada Sabtu, 1 Oktober 2022 malam hari. Tragedi ini terjadi saat Laga BRI Liga 1 antara Arema FC dan Persebaya Surabaya. Tuan rumah, Arema FC, harus takluk dari Persebaya dengan skor 2 - 3.
Hingga berita ini dituliskan, jumlah korban tewas dari Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan belum dapat dikonfirmasi secara pasti. Akan tetapi, merujuk laporan Kapolri Listyo Sigit Prabowo pada Ahad, 2 Oktober 2022, jumlah tewas mencapai 125 orang, bukan 127, 129, atau 130 orang sebagaimana pemberitaan sejauh ini.
Kapolri Jenderal Sigit Sulistyo memberikan update terbaru soal jumlah korban Tragedi Kanjuruhan. Penyebab umum korban tewas juga disampaikan Kepala Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan Kepanjen Bobi Prabowo secara terpisah. Seperti diketahui, kerusuhan terjadi seusai laga Liga 1 Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu malam, 1 Oktober 2022.
Kapolri Jenderal Sigit Sulistyo menyebutkan korban meninggal akibat kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang sebanyak 125 jiwa. Sebelumnya, jumlah korban meninggal disebutkan 130 orang. “Hasil verifikasi 125, ada yang tercatat ganda,” katanya di Stadion Kanjuruhan, Ahad 2 Oktober 2022.
Penyebab Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
Perlu diketahui, Tragedi Sepak Bola di Kanjuruhan yang menewaskan hingga 125 orang ini bukan merupakan aksi bentrok antarsuporter. Hal ini disampaikan langsung oleh Menkopolhukam Mahfud MD.
“Perlu saya tegaskan bahwa Tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antara suporter Persebaya dengan Arema. Sebab, pada pertandingan itu, suporter Persebaya tidak boleh ikut menonton,” kata Mahfud ketika dikonfirmasi oleh Antara pada 2 Oktober 2022.
Mahfud MD menambahkan bahwa kematian ratusan suporter tersebut lebih disebabkan kejadian desak-desakan, terinjak-injak, saling himpit, dan sesak nafas. “Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antarsuporter,” tambahnya.
Merujuk kronologi peristiwa versi polisi yang diterima oleh Tempo, kerusuhan ini terjadi usai beberapa suporter Arema FC, Aremania, memasuki lapangan guna mengungkapkan kekecewaan atas kekalahan tim favoritnya.
Merespons aksi tersebut, aparat keamanan mulanya memberikan peringatan, tetapi tidak diindahkan. Alhasil, polisi mulai menembakan gas air mata ke arah tengah lapangan dan beberapa tribun. Penembakan ini justru membuat para penonton panik dan berebut serta berdesak-desakan untuk keluar stadion.
Tragedi Kanjuruhan dan Bencana Hillsborough
Apabila mengutip situs Priceonomics, Tragedi Kanjuruhan menempati peringkat ketiga dalam sejarah paling mematikan dalam sepak bola di dunia.
Dengan korban jiwa sebanyak 125 orang, Tragedi Kanjuruhan berada di bawah Tragedi Estadio Nacional di Peru yang menelan korban jiwa hingga 328 orang dan Tragedi Accra di Ghana dengan korban jiwa sebanyak 126 orang.
Jumlah korban Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan ini masih di atas dari Bencana Hillsborough atau Hillsborough Disaster di Inggris pada tahun 1989. Bencana ini terjadi saat pertandingan antara Liverpool dan Nottingham Forest dengan jumlah korban jiwa sebanyak 96 orang. Namun, sumber lain menyebut bahwa korban jiwanya mencapai 97 orang.
Dikutip dari Britannica, Bencana Hillsborough sebagian besar disebabkan oleh kesalahan polisi. Kepala Inspektur Polisi Yorkshire, David Duckenfield, diketahui menutup gerbang utama dan membuka gerbang samping stadion dengan tujuan untuk mengurai antrean penonton di luar stadion.
Akan tetapi, tindakan tersebut justru membuat penonton saling berebut masuk dan berdesakan hingga terinjak-injak. Alhasil, laga Liverpool melawan Nottingham Forest dihentikan secara total setelah pertandingan berlangsung sekitar lima menit.
Dalam bencana ini, polisi dituding bersalah karena tidak segera memberlakukan Prosedur Penanganan Insiden Besar secara penuh dan segera. Kendati demikian, pada persidangan tahun 2019, Duckenfield tidak dapat diberi vonis dan dinyatakan tidak bersalah.
Satu-satunya orang yang dihukum adalah Graham Mackrell, petugas keamanan stadion, yang dinyatakan bersalah karena gagal dalam menyediakan jumlah pintu masuk stadion yang memadai.
Lima Tragedi Kelam dalam Sejarah Sepak Bola Dunia
- 328 orang tewas dalam Tragedi Estadio Nacional di Peru pada 24 Mei 1964
- 126 orang tewas dalam Tragedi Stadion Accra di Ghana, pada 9 Mei 2001
- 125 orang tewas dalam Tragedi Kanjuruhan di Malang pada 1 Oktober 2022
- 96 orang tewas dalam Tragedi Hillsborough di Inggris pada 15 April 1989
- 93 orang tewas akibat hujan es mendadak di Stadion Dasharath, Nepal pada 12 Maret 1988
ACHMAD HANIF IMADUDDIN
Baca: Profil Stadion Kanjuruhan, Saksi Bisu Kerusuhan 1 Oktober Sebabkan Ratusan Orang Meninggal
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.