TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Rionny Mainaky, menyampaikan hasil evaluasi dari turnamen BWF World Tour Finals 2022. Pada kejuaraan yang berjalan 7-11 Desember itu, Indonesia gagal membawa pulang gelar juara.
Skuad Merah Putih hanya meraih runner up melalui penampilan tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting dan ganda putra, Hendra Setiawan / Mohammad Ahsan.
Di laga final Hendra / Ahsan dikalahkan wakil dari Cina, Liu Yu Chen/Ou Xiuan Yi, 17-21, 21-19 dan 12-21. Sedangkan Ginting menyerah dari wakil Denmark Viktor Axelsen dengan skor 13-21 dan 14-21.
"Secara keseluruhan kalau dilihat perjuangan anak-anak sudah maksimal, sudah bagus. Apalagi melihat yang baru bermain di sini seperti Gregoria Mariska Tunjung dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari. Semua semangatnya luar biasa, tidak mudah menyerah dan kemauan untuk menangnya besar," kata Rionny dalam rilis PBSI, Senin, 12 Desember 2022.
Meski demikian, ia punya catatan untuk ganda putra Hendra / Ahsan. "Ada penurunan fokus terutama di gim ketiga, tapi memang dengan usia dan kondisi dari babak awal sudah main habis-habisan hasil ini maksimal buat mereka," ujarnya.
Lalu untuk Fajar / Rian, Rionny menilai secara permainan sudah bagus, tapi masih kurang fokus di poin-poin penting. "Kadang belum konsisten, bagaimana mereka harus lebih sabar lagi," kata Rionny.
Sedangkan di tunggal putra, kekuatan para pemain terbilang sudah merata. Rionny menyatakan Jonatan Christie dan Anthony Ginting sudah selevel dengan lawan-lawannya. Faktor penentu pada pertandingan ialah sejauh mana kesiapan para pemain.
"Untuk Jojo dan Ginting secara pengalaman, kematangan, dan pola permainn sudah cukup. Lawan-Lawannya semua sudah satu level bisa dikatakan begitu, jadi siapa yang siap dia yang menang," ujarnya.
Rionny menyatakan strategi dan pola Anthony Ginting saat menghadapi Axelsen di final sudah benar. Namun, ada catatan dalam hal keyakinan dan kesabaran. "Dia berhasil mengatur pola permainan, tapi finishing-nya masih kurang masih buru-buru dan banyak mati sendiri. Ini yang harus diperbaiki," katanya.
Ganda Putri, Tunggal Putri, dan Campuran
Lebih lanjut, Rionny menyatakan untuk ganda putri Apriyani Rahayu / Siti Fadia diminta untuk menciptakan variasi serangan. Pasalnya, permainan mereka disebut sudah terbaca lawan.
"Pola permainan Apriyani / Fadia sudah mulai terbaca lawan, jadi harus dicari variasi-variasi lain agar tidak menonton. Defence-nya juga diperkuat," kata Rionny.
"Terutama Fadia harus memiliki daya tahan untuk main lama, main reli-reli. Dulu Apriyani bisa mengimbangi Greysia Polii main seperti itu. Sekarang Fadia harus imbangi Apriyani," katanya.
Sementara penampilan Gregoria dan Rinov / Pitha pada turnamen tersebut dinilai cukup bagus padahal berstatus sebagai debutan. Rionny mengapresiasi penampilan Gregoria yang berhasil mengalahkan peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2022, Chen Yu Fei dari Cina.
Meski demikian, langkah Gregoria terhenti di babak penyisihan grup. Sedangkan perjalanan Rinov / Pitha bisa sampai babak semifinal.
"Gregoria sudah merepotkan An Se Young (Korea) dan Akane Yamaguchi (Jepang). Sesuatu yang cukup luar biasa. Kepercayaan diri dan mentalnya sudah mulai kembali, ini yang penting. Tapi PR-nya adalah ketahanan di otot dan sedikit fokusnya. Kami harus tingkatkan," ujar dia.
Lalu untuk Pitha, kata Rionny, permainan di depan sudah baik namun harus ditingkatkan kekuatannya. "Rinov sudah cukup matang, dari skill, power, mengatur bola pintar tapi masih kurang sabar," tuturnya.
Ke depan, Rionny berharap para pemain bisa memperbaiki permainan. Ia menyatakan PBSI pada tahun depan akan fokus membenahi dan meningkatkan faktor non teknis.
"Saya sudah sampaikan ke anak-anak untuk mengevaluasi permainan secara mendetail lewat video analisis. Kekurangan-kekurangan lanjut diperbaiki di latihan bersama pelatih. Yang terpenting bagaimana mereka ada kemauan dulu untuk memperbaiki, untuk meningkatkan kemampuan," kata Rionny Mainaky.
Baca: Kata Anthony Ginting Usai Gagal Menjuarai BWF World Tour Finals 2022