TEMPO Interaktif, Jakarta: Padepokan Voli Sentul diguyur hujan deras pada Jumat sore lalu. Pertarungan penentuan di babak final four Sampoerna Hijau Proliga 2009 sedang terjadi antara dua tim putri, Surabaya Bank Jatim dan Jakarta BNI Taplus.
Gemuruh air deras yang jatuh di atap lapangan tertutup padepokan tampaknya tidak mengganggu performa apik tim Surabaya Bank Jatim saat menghadapi Jakarta BNI Taplus. Meski tim lawan sempat mencuri beberapa poin, Surabaya Bank Jatim mampu kembali memimpin.
Kapten tim Surabaya Bank Jatim, Rianita Panirwan, mampu menunjukkan diri sebagai spiker terbaik Tanah Air. Beberapa pukulan smes Rian--sapaan akrab Rianita--mampu mengantar timnya kembali meraup angka meski sempat disusul tim lawan.
Bank Jatim pun mampu lolos ke babak final dan akan bertemu dengan Jakarta Elektrik PLN di Stadiun Tenis Tertutup, Senayan, hari ini. "Kami pun akan mencoba mengikuti instruksi pelatih karena bagaimanapun dia yang paling memahami apa yang dibutuhkan untuk menang," katanya.
Bagi Rian, permainan timnya kali ini memang benar-benar maksimal. "Kami bisa bermain lepas tadi," katanya. Menjadi kapten tim memang bukan pengalaman pertama untuk Rian. Sejak bergabung dengan Bank Jatim pada 2007, ia langsung dipercaya memimpin rekan-rekannya, yang kala itu lebih tua darinya. "Saya sempat menolak saat itu. Tapi ketika pelatih dan manajer meminta, saya lakukan saja," kata atlet yang baru saja melepas masa lajang pada akhir tahun lalu itu.
Rian mengaku menjadi kapten dalam tim bukanlah perkara mudah. "Dibutuhkan kesabaran yang sangat besar untuk bisa menangani tim, terutama saat dalam posisi sulit," katanya.
Dengan tuntutan seperti itu, Rian merasa perlu mengenal karakteristik semua teman satu timnya. "Agar kita tahu bagaimana bisa tetap berkoordinasi dengan baik di lapangan," katanya. Dengan modal seperti itulah, Surabaya Bank Jatim mampu keluar sebagai juara dua musim berturut-turut, pada 2007 dan 2008.
Dunia bola voli memang dunia yang sangat tidak asing bagi anak kedua, satu-satunya putri, dari tiga bersaudara itu. Sang ibu, Rita Latukolan--yang juga merupakan atlet voli pada masanya--menjadi pendorong terkuat Rian menggeluti olahraga ini. "Waktu itu Mama yang sering kali memaksa aku untuk latihan," katanya.
Rian pun mengaku sampai saat ini sang ibu terus menyempatkan diri untuk menonton aksinya ketika berlaga di lapangan. "Sebenarnya Mama mau datang ke sini (Sentul), tapi saya memintanya untuk datang pada hari Minggu saja," kata Rian.
Dorongan sang ibu memang berbuah manis. Dalam usia belia, 17 tahun, Rian telah mampu masuk tim nasional untuk membela Indonesia pada SEA Games Vietnam. Indonesia hampir saja meraih perunggu kala itu.
Dua tahun setelahnya, Rian kembali membela Indonesia untuk SEA Games di Thailand. Tahun ini Rian mengaku tidak ingin lagi masuk tim nasional untuk berlaga di SEA Games Laos. "Saya sudah mempunyai keluarga sekarang, jadi sepertinya itu dulu yang akan saya utamakan," katanya.
Kini Rian pun akan mencoba memfokuskan diri pada keluarga, yang mulai dibinanya bersama sang suami, Johan Rochmadi. "Saya pun sudah berencana untuk mempunyai anak," katanya. Rian mengaku tidak akan menunda-nundanya lagi.
"Kalau dari cerita teman-teman yang lebih senior, memang lebih baik punya anak dulu. Jadi, kalau masih mau, bisa kembali bermain voli lagi," kata pegawai kantor pusat Bank Jatim itu.
EZTHER LASTANIA