TEMPO.CO, Jakarta - Novak Djokovic sedang besiap menghadapi turnamen Australia Open 2023. Petenis peringkat lima dunia itu mengaku tidak menyimpan rasa sakit hati karena deportasi yang dialaminya Januari lalu, menjelang penampilannya ke kesembilan di Grand Slam favoritnya itu.
Petenis Serbia itu batal tampil di Australia Open tahun lalu karena visanya dibatalkan sebagai dampak keputusannya tidak mau divaksinasi Covid-19. Dia sempat berupaya mengajukan banding tetapi gagal.
Djokovic akhirnya pergi meninggalkan Australia setelah sepuluh hari berada di negara itu. Kejadian tersebut menjadi pengalaman yang tak akan pernah dia lupakan. Meski begitu, dia kembali ke Australia dengan perasaan yang positif.
Negara tersebut menghapis larangan perjalanan tiga tahun Djokovic pada November lalu dan membuka pintu baginya untuk kembali. Peraih gelar juara Australia Open sembilan kali itu pun bertekad meraih gelar kesepuluhnya di turnamen ini.
"Apa yang terjadi 12 bulan lalu tidak mudah dicerna untuk beberapa waktu, tetapi pada saat yang sama, saya harus melanjutkan," kata Djokovic, Kamis, 29 Desember 2022, dalam konferensi pers pertamanya sejak tiba di Australia pada Selasa lalu, seperti dikutip dari Reuters.
Petenis Serbia, Novak Djokovic (kanan), berjalan di Bandara Melbourne sebelum naik pesawat, setelah Pengadilan Federal menguatkan keputusan pemerintah untuk membatalkan visanya untuk bermain di Australia Terbuka, di Melbourne, Australia, 16 Januari 2022. Pembatalan visa Djokovic mengakhiri drama atas dugaan pelanggaran aturan masuk COVID-19 negara itu dan statusnya yang belum divaksinasi. REUTERS/Loren Elliott
"Situasi saat itu tidak akan menggantikan apa yang telah saya lakukan di Melbourne dan Australia sepanjang karier saya. Jadi, saya datang dengan perasaan positif dan saya sangat menantikan untuk bermain di sana. Itu adalah Grand Slam favorit saya, hasilnya membuktikan itu."
Australia Open 2023 akan dimulai 15 Januari mendatang. Djokovic yang tertinggal satu gelar Grand Slam dari rekor koleksi petenis Spanyol, Rafael Nadal, ingin meraih gelar untuk mengejar ketertinggalan itu di Melbourne Park.
Djokovic memiliki catatan gemilang di Australia Open. Dari 21 gelar Grand Slam yang diraih, paling banyak didapat di Melbourne, dengan sembilan trofi. Dia memenangi ajang ini tiga kali beruntun sebelum dilarang tampil pada tahun lalu.
Sebelum tampil di Australia Open, petenis berusia 35 tahun itu menjalani turnamen pemanasan dengan bertanding di Adelaide International yang berlangsung pada 1-8 Januari 2023. Ini akan menjadi langkah awal untuk membantunya mematangkan persiapan.
"Peristiwa itu tidak bisa dilupakan, itu salah satu hal yang melekat," kata Djokovic mengenai situasi deportasi yang dialaminya pada Januari lalu.
"Itu akan selalu melekat selama sisa hidup. Ini adalah sesuatu yang belum pernah saya alami sebelumnya dan mudah-mudahan tidak pernah lagi, tetapi itu adalah pengalaman hidup yang berharga bagi saya."
"Tapi, saya harus terus maju dan kembali ke Australia, berbicara mengenai apa yang saya rasakan tentang negara ini dan bagaimana perasaan saya tentang bermain di sini."
Djokovic mengatakan dia siap menghadapi ujian di lapangan keras di Adelaide. Namun, tujuan utamanya adalah gelar juara Australia Open 2023.
"Tujuannya adalah mencapai puncak di Melbourne. Di situlah saya ingin menampilkan yang terbaik," ujarnya. "Saya kira pada tahap karier saya ini, dengan semua prestasi, setiap kemenangan turnamen besar adalah kemungkinan untuk membuat lebih banyak sejarah. Tentu saja, itu sangat merendahkan saya. Itu juga merupakan tantangan besar, tetapi itu adalah motivasi yang sangat besar. Saya tidak kekurangan inspirasi dan motivasi untuk memainkan yang terbaik."
Novak Djokovic akan menyamai rekor Grand Slam yang kini dipegang Rafael Nadal jika mampu memenangi Australia Open 2023 ini.
REUTERS
Baca Juga: Rekor Baru, Total Hadiah Australia Terbuka 2023 Mencapai Rp 897,4 Miliar