Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Jemparingan, Olahraga Panahan Tradisional ala Kerajaan Mataram

Ekspresi seorang anak saat mengikuti lomba panahan tradisional di Alun-alun selatan, Yogyakarta, 30 April 2017. Lomba panahan ini untuk memperingati ulang tahun komunitas panahan tradisional Jemparingan Langenastran yang kelima. TEMPO/Pius Erlangga
Ekspresi seorang anak saat mengikuti lomba panahan tradisional di Alun-alun selatan, Yogyakarta, 30 April 2017. Lomba panahan ini untuk memperingati ulang tahun komunitas panahan tradisional Jemparingan Langenastran yang kelima. TEMPO/Pius Erlangga
Iklan

TEMPO.CO, JakartaJemparingan adalah olahraga panahan khas Kerajaan Mataram yang berawal dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atai Yogyakarta. Jemparingan juga disebut dengan nama jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta.

Jemparingan berasal dari kata jemparing yang memiliki arti anak panah. Permainan jemparingan ini pun mempunyai nama sendiri untuk perlengkapan yang digunakannya, di antaranya jemparing atau anak panah terdiri atas deder (batang anak panah), bedor (mata panah), wulu (bulu pada pangkal panah), dan nyenyep (bagian pangkal jemparing pada tali busur ketika memanah).

Merujuk indonesia.go.id, eksistensi jemparingan dapat dilacak sejak awal keberadaan Kesultanan Yogyakarta. Berangkat dari Sri Sultan Hamengku Buwono I, raja pertama Yogyakarta yang mendorong antek-anteknya untuk mempelajari bagaimana cara sebagai sarana membentuk watak ksatria. Watak ini adalah empat nilai yang diperintahkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I untuk dijadikan pedoman oleh rakyat Yogyakarta, yaitu sawiji (konsentrasi), gereget (semangat), sengguh (percaya diri), dan ora mingkuh (tanggung jawab).

Kadipaten Puro Pakualaman kembali menggelar kompetisi panahan tradisional atau jemparingan di Yogyakarta pada Minggu, 26 Juni 2022. Dok. Istimewa

Awalnya, panahan tradisional ini hanya dilakukan oleh kalangan keluarga Kerajaan Mataram dan dijadikan perlombaan bagi kalangan prajurit kerajaan. Namun, lambat laun, olahraga ini kian mendapat perhatian bagi semua kalangan sehingga rakyat biasa banyak memainkannya. 

“Biasanya, jemparingan rutin dilaksanakan dalam waktu 35 hari sekali (Selapan) pada hari Sabtu kliwon menurut kalender Jawa dan setahun sekali ketika ‘Hadeging Kadipaten Pakualaman’ atau peringatan ulang tahun berdirinya Kadipaten Puro Pakualaman,” kata Pak Agung Susila pengurus Jemparingan Puro Pakualaman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan, jemparingan kini sudah memiliki organisasinya yang berpusat di Kadipaten Puro Pakualaman, baik secara daerah maupun nasional. Adapun, harga peralatan jemparingan tidak memiliki ketetapan harga, biasanya, mulai dijual dari Rp 700.000 sampai Rp 1.500.000 untuk setiap satu set yang berisi gandewo (busur) dan anak panah. Semua alat untuk jemparingan berbahan dasar kayu dan bambu dengan bentuk menyesuaikan dari minimal tinggi badan dan postur tubuh pemanah. Sementara itu, usia terbaik untuk memulai belajar jemparingan adalah ketika sudah duduk di bangku sekolah dasar, seperti dilansir pariwisata.jogjakota.go.id

Tidak hanya sekadar olahraga untuk menjaga kesehatan tubuh, tetapi jemparingan juga memiliki nilai filosofis yang mendalam. Jika olahraga panahan umumnya dilakukan dengan posisi tubuh berdiri, berbeda dengan jemparingan yang dilakukan dalam posisi duduk sila. Seseorang yang memegang busur dan anak panah akan duduk menyamping dengan busur ditarik ke arah kepala sebelum akhirnya ditembakkan ke arah wong-wongan (sasaran). Pemanah harus berusaha mengenai sasaran dengan tepat agar mendapatkan nilai yang banyak.

Pemanah jemparingan pun tidak membidik dengan mata, tetapi memosisikan busur di depan perut sehingga bidikan akan sesuai pada perasaan pemanah. Gaya panahan ini sama dengan filosofi jemparingan gaya Mataram, yaitu pamenthanging gandewa pamanthening cipta. Arti dari filosofi tersebut adalah membentangnya busur sejalan dengan konsentrasi yang ditujukan pada sasarannya. Pada kehidupan sehari-hari, pamenthanging gandewa pamanthening cipta juga memiliki makna bahwa manusia yang mempunyai cita-cita sebaiknya berkonsentrasi penuh pada cita-cita tersebut sehingga dapat tercapai dengan benar.

Pilihan Editor: Lomba Jemparingan di Solo Semarakkan HUT ke-77, Peserta Harus Pakai Baju Tradisional

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Kirab Boyongan, Cara Sleman Pindahkan Sementara 1.800 Pedagang Pasar Tradisional Godean

8 jam lalu

Pedagang Pasar Godean Sleman mengikuti Kirab Boyongan untuk pindah ke pasar relokasi Sabtu 10 Juni 2023. Dok.istimewa
Kirab Boyongan, Cara Sleman Pindahkan Sementara 1.800 Pedagang Pasar Tradisional Godean

Kirab Boyongan para pedagang itu membawa sepuluh gunungan berisi komoditas pasar, yang diarak menggunakan kendaraan lalu diperebutkan masyarakat.


Target Kunjungan Wisata Yogyakarta Tercapai Lebih Cepat Hingga Pertengahan Tahun

1 hari lalu

Wisatawan berkunjung di kawasan Taman Sari, Yogyakarta, Minggu 25 Desember 2022. Kawasan Taman Sari yang dulunya sebagai tempat peristirahatan bagi Raja Keraton Yogyakarta tersebut ramai dikunjungi wisatawan saat libur Natal 2022. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyasyah
Target Kunjungan Wisata Yogyakarta Tercapai Lebih Cepat Hingga Pertengahan Tahun

Perhitungan tingkat kunjungan wisatandi Yogyakarta ini tak hanya dari destinasi, tapi juga okupansi perhotelan.


Ribuan Orang Hadiri Pembukaan Muslim Life Fair di Yogyakarta, Pameran Produk Halal UMKM

1 hari lalu

Event Muslim Life Fair 2023 berlangsung 9-11 Juni di Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Ribuan Orang Hadiri Pembukaan Muslim Life Fair di Yogyakarta, Pameran Produk Halal UMKM

Ratusan brand baik lokal maupun nasional hadir dalam gelaran Muslim Life Fair Yogyakarta.


Jadi Favorit Jemaah Berbagai Daerah, Masjid UGM Gencarkan Literasi dan Fasilitas Beribadah Bagi Difabel

1 hari lalu

Masjid Kampus UGM. Dok. Istimewa
Jadi Favorit Jemaah Berbagai Daerah, Masjid UGM Gencarkan Literasi dan Fasilitas Beribadah Bagi Difabel

Antusiasme kalangan penyandang disabilitas untuk datang dan beribadah ke masjid kampus itu begitu besar dari waktu ke waktu.


Restoran Bilik Kayu Heritage di Yogyakarta Milik Rafael Alun Trisambodo Tak Lagi Beroperasi

2 hari lalu

Bilik Kayu Heritage, restoran mewah di Kota Yogya milik Rafael Alun Trisambodo tak beroperasi alias tutup mulai awal Juni 2023 ini. Tempo/Pribadi Wicaksono
Restoran Bilik Kayu Heritage di Yogyakarta Milik Rafael Alun Trisambodo Tak Lagi Beroperasi

Pemilik restoran itu, sepengetahuan karyawan, bukan atas nama Rafael Alun, melainkan istrinya, Ernie Meike Torondek.


Prangko Seri Malioboro Diluncurkan, Kisah Sejarah Jalan yang Dilukiskan

2 hari lalu

Lukisan lukisan dalam Prangko seri Malioboro. Dok. Istimewa
Prangko Seri Malioboro Diluncurkan, Kisah Sejarah Jalan yang Dilukiskan

Prangko Malioboro yang dilukispelukis Astuti Kusumo itu terdiri dari tiga jenis.


Info Gempa Terkini BMKG: dari Padanglawas sampai Maluku Tenggara Barat, Nihil Guncangan

2 hari lalu

Ilustrasi gempa. abcnews.com
Info Gempa Terkini BMKG: dari Padanglawas sampai Maluku Tenggara Barat, Nihil Guncangan

Selain di Yogya, sederet gempa juga terekam di wilayah lain sepanjang dinihari hingga pagi hari ini.


Cerita Warga Yogya Terimbas Gempa, Berhamburan ke Jalan di Tengah Malam

2 hari lalu

Ilustrasi gempa. abcnews.com
Cerita Warga Yogya Terimbas Gempa, Berhamburan ke Jalan di Tengah Malam

Warga di Kota Yogya berhamburan ke jalan saat terjadi gempa bumi. Pintu, jendela dan lantai rumah ikut bergetar.


Gempa Jogja Dinihari dari Zona Megathrust, Pacitan Tak Terguncang

2 hari lalu

Ilustrasi gempa. shutterstock.com
Gempa Jogja Dinihari dari Zona Megathrust, Pacitan Tak Terguncang

Gempa terukur hingga skala V MMI namun terasa lebih kencang karena tengah malam. Berikut sejumlah kesaksian warga yang terekam di Twitter.


Gempa Tengah Malam, Warga Yogya: Dinding, Pintu, Jendela Goyang Semua

3 hari lalu

Ilustrasi gempa bumi
Gempa Tengah Malam, Warga Yogya: Dinding, Pintu, Jendela Goyang Semua

Warga di Kota Yogyakarta berhamburan keluar saat terjadi gempa bumi Kamis dini hari 8 Juni 2023.