TEMPO.CO, Jakarta - Wimbledon telah mencabut larangan terhadap pemain Rusia dan Belarusia. Keputusan ini memungkinkan para petenis dari kedua negara tersebut untuk berkompetisi di Grand Slam lapangan rumput tahun ini sebagai atlet netral.
Pemain yang berasal dari Rusia dan Belarusia akan berlaga pada turnamen yang akan berlangsung pada 3-16 Juli 2023 jika memenuhi persyaratan tertentu. Ini termasuk menahan diri dari menyatakan dukungan untuk invasi dan tidak menerima dana pemerintah negara masing-masing.
Pesaing juga tidak bisa mendapatkan sponsor dari perusahaan yang dioperasikan atau dikontrol negara. All England Lawn Tennis Club (AELTC), operator yang menjalankan turnamen Wimbledon, mengatakan hal tersebut dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, 31 Maret 2023.
Ketentuan yang sama akan berlaku untuk turnamen Inggris lainnya. "Kami terus mengutuk invasi Rusia, dan dukungan sepenuh hati kami tetap bersama rakyat Ukraina," kata Ketua Klub Ian Hewitt dikutip dari Al Jazeera pada Jumat, 31 Maret 2023.
“Ini adalah keputusan yang sangat sulit, tidak dianggap enteng atau tanpa banyak pertimbangan bagi mereka yang akan terkena dampaknya. Menurut pandangan kami, dengan mempertimbangkan semua faktor, ini adalah pengaturan yang paling tepat untuk kejuaraan tahun ini,” kata Ian.
Tahun 2022, Wimbledon melarang pemain dari Rusia dan Belarus yang bersekutu dengan Moskow setelah invasi ke Ukraina. Wimbledon dan Lawn Tennis Association (LTA), badan pengatur pertandingan di Inggris, dihukum berat setelah menjatuhkan sanksi keras tahun lalu. Kedua badan itu didenda dan poin peringkat Wimbledon dicabut.
Kondisi pada Wimbledon 2023 berkembang melalui dialog dengan pemerintah. Sekretaris Kebudayaan Inggris Lucy Frazer mengatakan pemerintah mempertahankan posisinya bahwa atlet Rusia dan Belarusia yang mewakili negara mereka tidak boleh diizinkan dalam kompetisi olahraga domestik dan internasional.
Namun, Frazer mendukung pendekatan All England Club. “Atlet Rusia dan Belarusia yang datang dengan biaya sendiri oleh individu dapat berkompetisi di Inggris Raya, asalkan mengikuti panduan kami tentang netralitas,” kata dia.
“AELTC dan LTA seharusnya tidak pernah didenda oleh tur tenis internasional karena mengambil sikap berprinsip melawan agresi Rusia,” ujar Frazer menambahkan.
Asosiasi Tenis Profesional (ATP) dan Asosiasi Tenis Wanita (WTA) menyambut baik keputusan tersebut. Badan pengatur mengatakan butuh upaya kolaboratif di seluruh olahraga untuk sampai pada terciptanya solusi yang melindungi asas keadilan.
“Kami senang bahwa semua pemain akan memiliki kesempatan untuk bersaing di acara Wimbledon dan LTA musim panas ini. Ini tetap merupakan situasi yang sangat sulit dan kami ingin berterima kasih kepada Wimbledon dan LTA atas upaya mereka mencapai hasil ini, sambil mengulangi kecaman tegas kami atas perang Rusia di Ukraina," kata ATP dan WTA.
Wimbledon adalah satu-satunya Grand Slam yang melarang pesaing dari Rusia dan Belarusia. Pemain berkompetisi dalam tur sebagai atlet individu tanpa afiliasi negara. Dua petenis Rusia di peringkat 10 besar putra, Daniil Medvedev (5) dan Andrey Rublev (7), kini bisa tampil.
Petenis Belarusia Aryna Sabalenka, yang kini berada di urutan kedua di dunia, juga bisa turun di arena Wimbledon 2023. Dia memenangkan Australian Open 2023 pada Januari untuk menjadi juara Grand Slam netral pertama. Daria Kasatkina dari Rusia, yang kini berada di peringkat kedelapan di dunia, juga bisa ikut bernapas lega.
REUTERS | AL JAZEERA