Selanjutnya, setelah tampil di PON 2024, kejuaraan apa yang selanjutnya akan Anda ikuti?
Kalau target saya, di jarak dekat, mungkin pada tahun depan. Pada Juli, ada Kejuaraan Dunia di Singapura. Untuk target besarnya akan ada SEA Games di Thailand, itu Desember 2025. Saya menargetkan bisa meraih medali di nomor individu.
Sebelum tampil di PON, Anda sempat bertanding di Olimpiade Paris 2024...
Iya itu saya bermain di nomor 100 meter gaya kupu-kupu putra dan berhenti di babak penyisihan. Memang Olimpiade itu kualifikasinya sangat ketat. Setiap negara itu hanya boleh diwakilkan oleh masing-masing dua representatif yang melalui tahap seleksi yang tak main-main juga. Lagi pula ranking Indonesia sendiri di level dunia masih di tahap yang belum bisa untuk bersaing memperebutkan medali. Saya juga menargetkan diri saya itu lebih ke target pribadi. Supaya saya bisa memecahkan atau memperbaiki rekor pribadi saya di situ, di Olimpiade. Jadi memang tak ada tekanan, tak ada ekspektasi mendapatkan medali.
Setelah debut di Olimpiade, ingin bisa berlaga lagi di Olimpiade 2028?
Iya. Saya juga punya target pribadi, punya cita-cita untuk bisa ikut lagi di Olimpiade. Walaupun memang sampai detik ini ya masih sulit untuk bisa mendapatkan medali. Tapi akan jadi suatu kehormatan bisa mewakili Indonesia di Olimpiade di bidang renang.
Atlet Renang Indonesia Joe Aditya berpose mengenakan salah satu jersey pada pameran fotografi dalam rangka "Reveal Jersey Merah Putih" di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis, 4 Juli 2024. ANTARA /Dhemas Reviyanto
Apakah ada perbedaan dalam persiapannya, misalnya dibandingkan dengan menjelang PON lalu?
Pola persiapan, saya biasanya mengikuti pelatih. Saya selalu bersama pelatih saya ya, coach Albert Sutanto, memang sudah punya visi dan misi yang sejalan dengan saya. Jadi untuk persiapan, memang tidak terlalu signifikan perbedaannya, hanya kami menyesuaikan waktu yang telah ditentukan saja.
Jadi kalau persiapannya agak panjang mungkin programnya dibuat yang agak lebih panjang, gitu. Kalau waktunya mepet, kami menyesuaikan supaya bisa efektif di jangka waktu yang singkat itu. Tapi, walaupun saya bersama coach Albert, waktu kemarin try out atau training camp di luar, saya juga dilatih oleh pelatih asing. Jadi ada variasi.
Bagaimana dengan penyesuaian diri dengan pelatih yang berbeda?
Kalau untuk penyesuaian, memang tiap program yang beda itu akan ada fokusnya tersendiri. Tiap pelatih juga beda-beda fokusnya. Penyesuaian di awal itu pasti ada tahapannya. Ada waktu untuk kami sebagai atlet menyesuaikan. Bukan hanya ke program, tapi ke pelatihnya juga, cara dia melatih ataupun nilai-nilai yang dia bawa. Karena, tiap pelatih itu, di satu sisi ada yang fokus ke disiplin, satu sisi ada yang fokus ke teknik, macam-macam, jadi pasti ada. Untuk saya sendiri sih belum menemui kendala soal penyesuaian.
Sudah terbayang, apa pencapaian yang bisa diraih di Kejuaraan Dunia di Singapura?
Kalau di Kejuaraan Dunia sendiri memang untuk meraih medali itu masih sangat kompetitif ya, masih sangat tinggi sekali levelnya. Tapi, ada perenang Indonesia tertinggi itu berhasil lolos ke tahap semifinal. Itu senior saya, Siman Sudartawa pernah mencapai level semifinal di kejuaraan tingkat dunia. Target saya mungkin insya Allah bisa sama dengan beliau atau melebihi.
Untuk di SEA Games, bagaimana peta persaingannya?
Kalau bicara SEA Games, pasti yang menjadi saingan terberat kami itu tim Singapura karena memang perkembangan dunia renangnya itu sangat pesat. Dulu tahun 2000 awal, kami masih bisa juara umum, Indonesia masih bisa bersaing dengan yang lain di perolehan medali renang SEA Games. Tapi, begitu Singapura mengubah atau merevolusi sistem pembinaan mereka, langsung naik pesat sekali.
Pada tahun 2010-an, Indonesia sudah mulai tertinggal dari Singapura di level SEA Games. Bahkan, kemarin di SEA Games terakhir perolehan medali terpaut jauh sekali. Singapura dapat sekitar 22 medali, sementara Indonesia cuma bisa meraih tiga medali emas.
Kalau negara lain, Thailand, Vietnam, dan mungkin satu lagi, Malaysia, Indonesia masih 11-12 lah levelnya, masih bisa bersaing, masih bisa saling kompetisi, kesempatan saling memperebutkan medali masih terbuka lebar.
Ngomong-ngomong, kapan Anda mulai menekuni renang?
Saya mulai memfokuskan diri di renang itu pada SMP kelas 1 ke kelas 2 karena saat itu saya baru saja pindah ke Jakarta dari kampung saya di Jawa Tengah. Dan, di sini saya melihat lingkungan renang itu sangat mendorong diri saya untuk terus berkembang sebagai pribadi, juga sebagai seorang atlet. Jadi lingkungannya mendukung. Dari situ saya menikmati renang dan terus mendorong diri saya untuk terus bisa berkembang.
Adakah atlet renang yang Anda idolakan dan menjadi inspirasi?
Pastinya ada. Saya beranggapan renang ini karier yang bisa dikejar. Jadi ada figur-figur yang menjadi patron. Kalau saya lihat, saya dulu terinspirasi sama Triadi Fauzi sama Adlan Awira untuk perenang nasional, karena mereka juga berangkat dari keadaan yang sama dengan saya dulu. Mungkin berjuang secara ekonomi, juga punya masalah di internal keluarga atau mungkin ada suatu tantangan yang besar lah di dalam hidup mereka untuk bisa sukses di dunia renang. Dari mereka, saya bisa merasa bisa terhubung karena keadaannya mirip. Tapi, yang saya lihat, mereka bisa berhasil meraih prestasi dan membanggakan.
Kalau untuk idola dari luar negeri, pastinya kalau renang sudah enggak asing lagi sama Michael Phelps (perenang Amerika). Dia punya dedikasi, kedisiplinannya, komitmennya, itu sangat perlu dicontoh. Karena untuk mencapai suatu pencapaian yang besar memang butuh pengorbanan dan disiplin yang besar juga. Di situ, memang saya melihat, kalau prestasi itu enggak datang dengan gratis. Ada suatu hal yang harus kita bayar.
Berikutnya, pandangan Joe Aditya soal karier sebagai atlet renang.