TEMPO.CO, Rio de Janeiro - Sekitar dua miliar penonton televisi diprediksi menonton pertandingan final Olimpiade cabang lari 100 meter pada Ahad kemarin. Padahal, hingga beberapa jam sebelum laga dimulai, panitia Olimpiade Rio kesulitan menjual tiket.
Mirror.co.uk melansir pada Ahad, 14 Agustus 2014, banyak kursi kosong di barisan depan stadion dalam pertandingan cabang atletik yang berlangsung pada Sabtu lalu. Dari total 56 ribu kursi, arena tersebut hanya diisi sekitar 30 persen saat atlet lempar lembing, Jessica Ennis, berjuang mempertahankan gelar juara.
Dalam pembukaan pertandingan cabang tolak peluru pada malam hari, atlet asal Amerika Serikat, Mihelle Carter, merebut medali emas tanpa sorakan penonton. Keberhasilan pelari Inggris Raya, Matthew Hudson-Smith, lolos ke final lari 400 meter juga berlangsung tanpa kerumunan suporter.
Tiket final cabang lari 100 meter masih dijual dinihari kemarin. Pihak penyelenggara menjualnya dengan harga murah. Kondisi ini tampak berbeda dengan Olimpiade London 2012 yang selalu terjual habis untuk cabang atletik.
Di Rio, sebagian besar wilayah arena stadion hampir tanpa penonton, terutama di bagian tribun dengan harga tiket yang terbilang cukup murah.
Manajer Komunikasi Asosiasi Internasional Federasi Atletik Yannis Nikolaou mengatakan ada perbedaan budaya antara Rio de Janeiro dan London. Brasil adalah sebuah negara yang sangat mencintai olahraga sepak bola dan basket ketimbang atletik.
"Tidak adil membandingkannya dengan London. Di Inggris, ada trek dan tradisi di lapangan yang begitu kuat," ucapnya. "Namun kita tidak bisa terus menggelar Olimpiade sepanjang waktu. Kita harus bawa gelaran ini ke negara-negara berbeda."
Tiket final cabang lari 100 meter yang menampilkan ikon Jamaika, Usain Bolt, dijual secara online untuk kategori A, B, C, dan D. Harganya berkisar Rp 1,5-5 juta.
MIRROR | FRISKI RIANA