TEMPO.CO, Jakarta - Optimisme untuk merebut medali emas dalam setiap kejuaraan silat selalu membara dalam ambisi Hanifan Yudani Kusumah, 19 tahun. Pesilat Jawa Barat dari perguruan Tadjimalela itu berhasil meraih medali emas dalam Kejuaraan Pencak Silat for The World: The 17th World Championship and Festival di Denpasar, Bali, yang berlangsung pada 3-8 Desember 2016.
Lahir dalam keluarga atlet silat membuat minatnya tumbuh untuk mengikuti jejak dua orang tuanya. "Saya menekuni silat waktu umur 6 tahun," katanya saat ditemui Tempo di Hotel Inna Grand Bali Beach Sanur, Denpasar, Jum'at, 9 Desember 2016. "Orang tua selalu ada saat saya bertanding. Mereka mengorbankan pekerjaan demi mendukung anaknya."
Tak hanya silat, ia juga mempunyai hobi olahraga lainnya, yaitu sepak bola. "Semua olahraga saya coba membangun basic, setelah itu kembali ke silat. Saya ingin jadi pesilat tangguh di mata dunia." ujarnya.
Pada 2010, adalah kali pertama ia menjajal arena pertandingan kejuaraan. Saat itu ia mengikuti pertandingan antar cabang Tadjimalela daerah se-Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. "Saya dapat perak awal mula pertandingan itu."
Saat menapaki kelas junior, Hanifan pertama kali merebut medali emas dalam ajang Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) 2014. Dari sana ambisinya tumbuh untuk terus mempertahankan medali emas di setiap kejuaraan. Pada 2015 dalam ajang Penang Open, adalah kali pertama Hanifan berhasil mendapatkan medali emas di taraf Internasional Open.
"Sampai sekarang kira-kira ada 20 medali emas yang berhasil saya dapatkan dari kejuaraan tingkat provinsi, nasional, internasional open, dan internasional resmi," tuturnya.
Selama mengikuti pertandingan di tingkat junior ia pernah mengalami tiga kali kalah. Sedangkan di tingkat senior baru kalah satu kali. "Kalau kalah sangat malu dengan orang tua, pelatih, dan perguruan," kata mahasiswa semester satu Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Pasundan, Bandung itu.
Menjaga kesehatan fisik menjadi utama bagi Hanifan. Ketika bertanding atau latihan ia selalu berusaha untuk meminimalisir cedera. "Saya cuma pernah keseleo engkel saja. Kalau luka yang serius tidak pernah," katanya.
Menurut dia ketika meladeni lawan-lawannya dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke-17 Vietnam adalah lawan yang paling tangguh. Hanifan menganggap bahwa pesilat-pesilat Vietnam kaya pengalaman dalam setiap kejuaraan. "Saya harus bisa mengalahkan rasa ragu, dan berupaya agar dia kalah, jadi saya bermain agresif. Saya menang tipis 3-2 di semifinal," tutur penggemar film action itu.
Rasa kecintaannya yang tinggi terhadap perguruan silat yang ia tekuni membuatnya ingin berkontribusi demi perkembangan Tadjimalela. "Cita-cita saya ingin mendirikan gedung atau padepokan silat Tadjimalela yang punya fasilitas lengkap. Saya juga ingin jadi pengusaha, bisnis restoran."
BRAM SETIAWAN