Pengaturan Skor: 3 Fakta Penting dari Pengakuan Vigit Waluyo
Reporter
Nur Hadi (Kontributor)
Editor
Nurdin Saleh
Jumat, 25 Januari 2019 13:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tersangka kasus pengaturan skor sepak bola, Vigit Waluyo, blak-blakan soal sepak terjangnya selama ini. Ia menyampaikan hal itu diperiksa Satuan Tugas Antimafia Sepak Bola di Marpolda Jawa Timur, juga kepada wartawan setelah pemerikasaan itu, Kamis, 24 Januari 2019.
Vigit menyatakan hanya terlibat pengaturan pertandingan (match setting) di Liga 2. Beberapa klub yang berkompetisi di kasta kedua tersebut diakuinya pernah meminta bantuannya.
"Klub yang dengan saya hanya (PSMP) Mojokerto Putra dengan (PSS) Sleman dengan Kalteng Putra juga," kata Vigit saat konferensi pers.
Vigit menegaskan pihaknya tidak bermain selain untuk ketiga klub itu. "Karena kami nggak pernah di Liga 1, kami hanya di Liga 2. Di liga 2 ini kami untuk kepentingan (klub) kami sendiri, nggak bermain dengan kepentingan klub lain," katanya.
Untuk PSS Sleman, pria yang kini mendekam di Lapas Sidoarjo karena korupsi dana pinjaman PDAM Sidoarjo itu, mengakui ada beberapa oknum PSSI yang mengamankan. "Karena kondisi tim PSS Sleman sendiri itu memang bagus."
Namun begitu, kata dia, pihaknya pada akhirnya tetap menitipkan PSS Sleman kepada komite wasit agar tetap dilindungi dari kontaminasi dari pihak lain. Dan akhirnya, PSS Sleman promosi ke Liga 1 dengan status juara Liga 2.
Keterlibatan Vigit Waluyo di PSS Sleman sebelumnya bisa dilihat sejak merapatnya Danilo Fernando di jajaran pelatih. Asisten pelatih yang pernah bermain untuk Persik Kediri dan Persebaya Surabaya tersebut tak lain adalah menantu Vigit Waluyo.
Selain itu, ada skandal "offside dua kilometer" saat PSS Sleman mengalahkan Madura FC 1-0 di Stadion Maguwoharjo. Wasit pengganti tetap mensahkan gol bunuh diri pemain Madura meski sebelumnya pemain PSS Sleman dalam posisi offside.
Selanjutnya: Seperti apa praktik pengaturan skor itu?
<!--more-->
Seperti apa praktik pengaturan skor itu? "Kami tidak pernah mengatur skor, hanya mencari menang kalah saja," kata Vigit.
Dia membantah praktek curang itu ia lakukan atas perintah bandar judi. "Saya tidak pernah punya bandar di Thailand atau di mana pun saya tidak pernah. Saya hanya memainkan uang saya sendiri untuk kepentingan klub saya sendiri yang saya bina."
Vigit berkilah hal tersebut terpaksa ia lakukan karena Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), selaku federasi yang mengelola kompetisi, tidak peduli dan tidak mau tahu soal pendaan klub, terutama klub-klub yang bermain di Liga 2.
"Seharusnya dia (PSSI) menyadari klub ini butuh dana karena tidak ada APBD. Intinya harus memberikan solusi tentang pendanaan. Kalau dana yg diberikan kecil mana mungkin klub itu bisa ikut kompetisi," kata mantan manajer Deltras tersebut.
Menurut dia, uang hasil pengaturan pertandingan yang ia lakukan nilainya tidak begitu besar. Hasilnya pun, kata dia, digunakan kembali untuk kepentingan klub, yani untuk membiaya kebutuhan klub.
Dia mengatakan salah satu cara mengatur pertandingan adalah dengan menyuap pengadil pertandingan. Itu dilakukan agar klub binaannya tidak dikerjain. "Jadi uang itu hanya untuk menjamin kita tidak dikerjai saja oleh orang itu," katanya.
Baca: Berapa banyak uang untuk pengaturan skor?
<!--more-->
Berapa banyak uang untuk pengaturan skor? Vigit Waluyo mengaku memberi uang puluhan juta kepada komite wasit dan wasit agar membantu klub binaannya meraih kemenangan saat bermain di kandang. Nilanya pun bervariasi.
Vigit memberi duit Rp 25-50 juta untuk komite wasit, sedangkan wasit Rp 25-30 juta. "Pembagiannya mereka bagi sendiri terserah," kata dia saat konferensi pers setelah diperiksa Satgas Antimafia Bola di Polda Jatim, Kamis, 24 Januari 2019.
Dia mengatakan menyuap pengadil pertandingan adalah salah satu cara mengatur pertandingan. Itu terpaksa dilakukan agar klub binaannya tak dikerjain. "Jadi uang itu hanya untuk menjamin kita tidak dikerjai saja oleh orang itu."
Dia bercerita, saat kompetisi Liga 2 2017, salah satu klub binaannya, PMSP Mojokerto Putera, dikerjain wasit. Sejak itu, musim depannya ia mencari solusi bagaimana timnya tidak dikerjain, yakni dengan menjalin komunikasi dengan komite wasit.
Melalui anggota komdis PSSI, Mbah Putih alias Dwi Irianto, Vigit dipertemukan dengan Nasrul Koto, salah satu anggota komite wasit. Setelah bertemu dengan Koto, "Pertandingan kami aman-aman saja," kata mantan manajer Deltras tersebut.
Dari tiga klub binaan Vigit yang bermain di Liga 2, dua di antaranya musim ini promisi ke Liga 1. Mereka adalah PSS Sleman dan Kalteng Putera. Sedangkan PSMP Mojokerto Putera gagal promosi setelah sengaja gagal mengeksekusi penalti.
Sebelumnya Vigit ditetapkan tersangka setelah Satgas menyidik Mbah Puti, yang lebih dulu ditetapkan tersangka. Dari hasil penyidikan itu, Vigit diduga terlibat pengaturan pertandingan PSMP Mojokerto vs Aceh United di Liga 2 2018.
Kepada Mbah Putih, mertua dari Danilo Fernando itu meminta bantuan agar PSMP Mojokerto bisa lolos ke Liga 1. Sebagai imbalan, Vigit Waluyo memberi uang tunai 50 juta sebagai uang muka, transfer 25 juta, dan 30 juta via ATM Mandiri.
NUR HADI