Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari berpose di kantornya di Senayan, Jakarta, Kamis 16 Juli 2020. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari, tak mempermasalahkan kehadiran Qatar yang berminat menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Menurut dia, keinginan Qatar melecut Indonesia untuk bersaing dan bekerja keras dalam bidding acara olahraga terbesar empat tahunan tersebut.
"Enggak apa-apa. Itu semakin memotivasi kita untuk berusaha lebih keras lagi untuk bisa menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Ini masalah nation pride," kata Ketua Umun KOI Raja Sapta Oktohari di Jakarta, Selasa, 28 Juli 2020.
Sebelumnya, melalui Komite Olimpiade Teluk Arab, Qatar mengutarakan keinginannya untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Qatar akan menjajaki proses pembicaraan dengan pihak terkait dalam hal ini Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Dengan munculnya Qatar, pesaing Indonesia untuk menjadi tuan rumah kejuaraan multi event terbesar di dunia itu bertambah. Australia, India, Jerman dan Korea Bersatu sudah mengungkapkan minat yang sama.
Okto menjelaskan pihaknya terus bersiap diri dengan melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan demi tercapainya Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. "Banyaknya negara yang berminat jadi tuah rumah Olimpiade 2032 akan kami pakai buat mendorong pemerintah," kata Okto yang juga Ketua Umum PB ISSI itu.
Sebagai persiapan Indonesia dalam bidding tuan rumah Olimpiade 2032, KOI telah mempunyai program yang cukup matang termasuk melakukan kampanye di sela-sela pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020. Rencana tersebut harus tertunda karena Olimpiade Tokyo diundur tahun depan. Di sana, KOI sebenarnya berencana membuat Rumah Indonesia di Tokyo dengan anggaran yang cukup besar. KOI pun merancang ulang rencana untuk tampil pada Olimpiade Tokyo 2021.
Di dalam negeri, KOI juga sudah berkoordinasi dengan Pemerintah DKI Jakarta yang kemungkinan akan menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Salah satu fokusnya adalah pendataan aset dan legacy venue yang sebelumnya digunakan untuk Asian Games 2018.
"Hal ini menjadi penting, mengingat banyak negara berinvestasi membangun venue-venue baru untuk menjadi tuan rumah, sementara Indonesia lebih fokus untuk mengoptimalkan aset dan venue yang sudah ada sebagai bentuk legacy. Legacy adalah poin terpenting dalam proses bidding tuan rumah Olimpiade 2032," kata Raja Sapta Oktohari.