Vaksin Covid-19 buat Atlet, Apakah Aman dari Zat Doping?
Reporter
Antara
Editor
Nurdin Saleh
Sabtu, 19 Desember 2020 13:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Lifter Indonesia Eko Yuli Irawan berharap agar vaksin Covid-19 aman dari obat-obatan atau zat-zat terlarang yang nantinya berpotensi melanggar aturan anti-doping dunia.
Hal tersebut disampaikan Eko Yuli menanggapi rencana Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali yang akan mengusulkan atlet dan pelatih masuk dalam prioritas penerima vaksin Covid-19.
“Kalau vaksinnya aman untuk atlet dan tak mengandung doping serta aman untuk kesehatan, ya tidak apa-apa,” ungkap Eko Yuli Irawan kepada Antara, Sabtu.
Kekhawatiran Eko itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, peraih perak Olimpiade 2016 Rio de Janeiro itu akan tampil di Olimpiade Tokyo tahun depan.
Dihubungi secara terpisah, Sesmenpora Gatot S Dewa Broto mengatakan sudah mempertimbangkan masalah kemungkinan doping yang terkandung dalam vaksin. Namun Kemenpora bersama Kementerian Kesehatan akan memastikan terlebih dahulu bahwa yang disuntikkan nanti terbebas dari zat-zat terlarang.
“Kami sudah pertimbangkan baik-baik. Kekhawatiran Eko Yuli dapat dipahami. Kami sudah koordinasi dengan Kemenkes dan nanti akan kami intensifkan bahwa vaksin yang ada itu akan seperti yang sudah dilakukan MUI yang menyatakan soal kehalalan vaksin,” kata Gatot.
“Kalau kami nanti akan koordinasi dengan Kemenkes, jangan sampai ada unsur doping.”
Selanjutnya: Penyataan Badan Anti-Doping Dunia (WADA)
<!--more-->
Terlepas dari kekhawatiran itu, Badan Anti-Doping Dunia (WADA) sebetulnya telah mengeluarkan pernyataan yang meminta para atlet untuk tak memusingkan dengan kemungkinan apakah mereka akan melanggar aturan anti-doping jika menerima vaksin Covid-19.
WADA menyebut bahwa “tak ada alasan untuk meyakini” vaksin Covid-19 akan melanggar aturan anti-doping dunia.
Dalam sebuah pernyataan, WADA memberikan penjelasan bahwa terlalu dini untuk menentukan status vaksin virus Corona aman dari daftar zat dan metode terlarang yang termasuk doping, mengingat ada beberapa vaksin yang sudah didistribusikan atau masih dikembangkan.
“Kesehatan atlet adalah perhatian utama WADA selama pandemi ini, dan mereka tak perlu khawatir jika vaksin dapat menyebabkan kemungkinan pelanggaran aturan anti-doping,” tulis WADA dalam sebuah pernyataan.
“Kami akan memastikan vaksin tidak bertentangan dengan prinsip anti-doping.”
Untuk memastikan hal tersebut, WADA bahkan telah menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan farmasi, termasuk Pfizer dan Federasi Internasional Produsen dan Asosiasi Farmasi (IFPMA). Mereka akan terus berkomunikasi terkait komposisi vaksin yang tersedia saat ini.
“WADA akan terus berkomunikasi dengan para atlet dan pemangku kepentingan lainnya saat kami sudah mendapat informasi yang relevan,” kata WADA.
Lebih dari 11 ribu atlet diperkirakan akan ambil bagian pada Olimpiade Tokyo. Selain itu, ribuan pelatih, ofisial, penonton, dan media juga kemungkinan hadir dalam pesta olahraga empat tahunan yang berlangsung pada 23 Juli-9 Agustus 2021 itu.
Pembicaraan soal vaksin sebelumnya sempat menuai perdebatan yang menyebut jika para atlet akan melompati antrean untuk mendapat vaksin sebelum olimpiade mendahului orang-orang yang lebih membutuhkan vaksin.
Namun Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengatakan para atlet tidak akan “dipaksa” disuntik vaksin Covid-19 sebelum Olimpiade.
Tindakan tersebut hanya perlu dilakukan sebagai bentuk “demonstrasi solidaritas” kepada Jepang selaku tuan rumah.