4 Cerita Kecil yang Sayang Dilewatkan dari Olimpiade Tokyo
Reporter
Antara
Editor
Nurdin Saleh
Minggu, 1 Agustus 2021 05:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Arena Olimpiade Tokyo banyak cerita menarik, baik di dalam atau di luar arena. Sepanjang Sabtu, 31 Juli 2021, ada sejumlah berita yang sayang untuk dilewatkan.
Inilah empat di antaranya:
Akreditasi Atlet Georgia Dicabut
Panitia Olimpiade Tokyo 2020 mencabut akreditasi dua atlet Georgia peraih medali perak judo karena melanggar protokol kesehatan dengan meninggalkan Perkampungan Atlet, kata seorang pejabat Komite Olimpiade Georgia, Sabtu.
Ini adalah kasus pertama sejak Olimpiade dimulai di mana para atlet dihukum akibat melanggar aturan anti-infeksi yang ketat yang melarang anggota delegasi meninggalkan akomodasi mereka kecuali untuk berlatih dan bertanding.
Vazha Margvelashvili (27) dan Lasha Shavdatuashvili (29) keluar dari kompleks untuk bertemu "salah satu kenalan baik mereka" yang tinggal di Jepang, kata pejabat NOC Georgia, yang menolak disebutkan namanya.
"Ketika mereka pergi ke luar Perkampungan Atlet, tidak ada yang menghentikan mereka di pintu keluar. Jadi mereka mengira mereka boleh pergi ke luar," kata pejabat itu kepada AFP.
"Mereka cuma ingin merasakan sedikit ruang terbuka, untuk bersantai setelah seharian berkompetisi, seusai periode penguncian yang sulit."
Kedua atlet tersebut masing-masing kalah dari atlet judo Jepang dalam pertandingan perebutan medali emas pekan ini.
Pejabat NOC Georgia mengatakan akreditasi kedua atlet tersebut dicabut pada Jumat, namun mereka sekarang telah meninggalkan Jepang untuk kembali negaranya.
Panitia Tokyo 2020 Sabtu mengatakan bahwa mereka telah mengambil tindakan disipliner pada Jumat terhadap setidaknya satu peserta Olimpiade, tanpa mengungkapkan berapa banyak orang yang terlibat atau identitas mereka.
"Dengan akreditasi dicabut, (mereka) tidak bisa lagi mengakses fasilitas Tokyo 2020," kata juru bicara panitia penyelenggara Masa Takaya kepada wartawan.
"Seseorang tidak boleh keluar dari Olympic Village untuk jalan-jalan," tambahnya.
Margvelashvili berhadapan dengan Hifumi Abe pada Minggu, sementara Shavdatuashvili kalah dari Shohei Ono pada Senin.
Para atlet dites covid setiap hari saat berada di Jepang di mana mereka tinggal dalam 'gelembung' biosecure dan harus meninggalkan negara itu 48 jam setelah selesai bertanding.
Jepang sedang berjuang melawan rekor jumlah infeksi selama Olimpiade 2020 dan memperpanjang keadaan darurat virus pada Jumat.
Selanjutnya: Dua sprinter Nigeria Dicoret
<!--more-->
Dua Sprinter Dicoret
Sprinter putri Nigeria, Blessing Okagbare, dan pelari Kenya, Mark Odhiambo, dikeluarkan dari Olimpiade Tokyo setelah hasil tes menunjukkan mereka kedapatan doping.
Okagbare yang seharusnya berlari dalam semifinal atletik 100m putri Sabtu, dinyatakan positif menggunakan hormon pertumbuhan.
Okagbare (32 tahun) yang peraih medali perak lompat jauh Olimpiade Beijing 2008, gagal tes doping pada 19 Juli atau empat hari sebelum upacara pembukaan Olimpiade Tokyo.
Odhiambo seharusnya berbaris untuk pemanasan lari 100m putra tetapi diskors setelah dinyatakan positif menggunakan steroid anabolik, kata Badan Tes Internasional (ITA).
"Atlet itu sudah diberitahu soal kasus ini dan telah ditangguhkan sementara sampai penyelesaian masalah sesuai dengan Kode Anti-Doping Dunia dan Aturan Anti-Doping IOC," kata ITA seperti dikutip AFP.
Odhiambo yang berusia 28 tahun dan memiliki waktu terbaik 10,05 detik itu menggugat hasil tes doping tersebut dan kasusnya kini sudah dirujuk ke divisi anti-doping Mahkamah Arbitrase Olahraga yang berkantor pusat di Lausanne.
Kenya masuk kategori 'A' dari daftar pantauan Badan Anti-Doping Dunia terhadap negara-negara yang dianggap memiliki risiko doping tertinggi dan para atletnya harus menjalani tes ketat agar memenuhi syarat bisa berlomba dalam Olimpiade dan kejuaraan dunia.
Sekretaris utama olahraga Kenya Joe Okudo mengatakan kementeriannya telah menerima laporan resmi mengenai temuan analisis yang merugikan pada sampel yang dikumpulkan dari sang atlet pada 28 Juli ketika berada di Desa Olimpiade.
"Kementerian masih menunggu kesimpulan dari banding yang diajukan oleh sang atlet dan menekankan tekad pemerintah dalam memerangi doping," kata Okudo.
Doping sangat mempengaruhi cabang olahraga paling sukses di Kenya di mana lebih dari 60 atlet diskors dalam lima tahun terakhir karena pelanggaran yang mencakup kegagalan mengungkapkan keberadaan mereka kepada penguji anti-doping.
Dua pelari yang tidak memenuhi syarat telah dikeluarkan dari skuad Kenya sebelum berangkat ke Tokyo.
Di antara atlet top yang akan dikenai sanksi karena pelanggaran doping adalah juara maraton putri Olimpiade 2016 Jemima Sumgong, peraih medali emas 1.500m putra Olimpiade 2008 Asbel Kiprop dan mantan juara maraton Boston tiga kali Rita Jeptoo.
Selanjutnya: Pengacara Berikan Medali Kedua San Marino
<!--more-->
Pengacara Berikan Medali Kedua San Marino
Jika Gian Marco Berti enggan menjadi atlet menembak profesional yang menghabiskan seluruh waktu untuk cabang olah raga ini sekalipun setelah merebut medali perak Olimpiade Tokyo, maka itu karena dia lebih mencintai profesinya sebagai pengacara di San Marino.
Atlet putra berusia 38 tahun itu berpasangan dengan atlet putri Alessandra Perilli guna mewakili San Marino untuk merebut medali perak dalam nomor baru pada cabang menembak, trap beregu campuran, di Asaka Shooting Range, Tokyo, Sabtu.
Itu adalah medali Olimpiade yang kedua bagi negara mini tersebut setelah medali perunggu persembahan Alessandra Perilli dalam nomor trap putri dua hari sebelumnya.
Sekalipun menyebut medali yang dia peroleh itu "spesial", Berti tak mau menjadi petembak profesional karena tidak bisa menjamin gaya hidup nyamannya.
"Tidak saya mesti menjadi pengacara karena saya mesti menjalani hidup saya," kata warga San Marino itu seperti dikutip Reuters.
"Menjadi petembak profesional tidak akan membuat saya memperoleh uang untuk menjalani hidup yang layak. Jadi yang pertama sekali saya ini pengacara, dan setelah itu dalam waktu senggang adalah petembak profesional."
Berti berlatih tiga hari dalam satu pekan sampai satu bulan sebelum Olimpiade dan setiap hari sebelum berangkat ke Tokyo.
"Berat sekali menyeimbangkan kerja dan latihan," kata dia.
Dia tidak bisa menandingi konsistensi Perilli rekan mainnya dalam final. Dan Berti tahu alasannya.
"Saya tidak fokus kepada menembak," kata dia. "Saya bukan petembak profesional. Saya pengacara dan segala hal soal ini sungguh asing bagi saya."
Ditanya apakah medali perak Olimpiade ini bakal meningkatkan statusnya di lingkaran pengacara di San Marino, mantan juara Piala Dunia nomor trap ini berseloroh, "pengacara itu orang yang pecemburu, jadi mereka mungkin tak akan ngomong apa-apa soal itu."
Selanjutnya: Baru Juara di Olimpiade, Annemiek van Vleuten Juara di San Sebastian
<!--more-->
Annemiek van Vleuten Juara di San Sebastian
Annemiek van Vleuten mengabaikan jet lag perjalanan sejauh 10.000 km dari Jepang untuk menjuarai San Sebastian Classic pada Sabtu atau cuma tiga hari setelah merebut medali emas Olimpiade.
"Mengingat jet lag, saya merasa agak lebih lelah," kata bintang Belanda berusia 38 tahun yang dinobatkan sebagai juara time-trial Olimpiade Tokyo, Rabu lalu.
Dia kemudian masuk penerbangan selama 12 jam menuju Eropa di mana dia menghormati komitmen untuk turun membalap bersama tim Spanyol Movistar yang berbasis di wilayah Basque.
Pebalap sepeda tangguh itu melesat sendirian dari jarak 10km untuk menang hampir selisih satu menit.
"Ini txapela pertama saya," kata dia merujuk baret tradisional Basque yang diberikan kepada juara lomba balap sepeda ini yang baru dua kali melombakan nomor putri.
"Saya lelah sekali dan mengalami jet-lag, saya tidak bisa tidur banyak selama dua hari terakhir," aku dia tentang perjalanan pulang jauhnya dari Tokyo.
Namun, dia dan timnya memiliki waktu untuk melewati jalur tersebut lebih dulu.
"Ini lebih merupakan kemenangan luar biasa seluruh Tim Movistar," kata dia seperti dikutip AFP.
Van Vleuten bisa saja memenangkan dua medali emas Olimpiade Tokyo jika bukan karena kesalahan mengenaskan dalam nomor road race.
Melewati garis finis dia mengira sudah memenangkan emas seraya merayakannya dengan mengepalkan tangan ke udaraa.
Yang terjadi justru pebalap sepeda amatir dari Austria Anna Kiesenhofer yang lebih dulu finis dan terlupakan. Tetapi dia secara meyakinkan menjuarai nomor time trial di Fuji International Speedway.
Van Vleuten menampilkan performa dominan untuk menyelesaikan hampir satu menit di depan Anna Kiesenhofer.