Flandy Limpele Bicara Kekuatan Bulu Tangkis Malaysia Hingga Tawaran PBSI
Reporter
Irsyan Hasyim (Kontributor)
Editor
Arkhelaus Wisnu Triyogo
Senin, 23 Agustus 2021 13:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Flandy Limpele berhasil mencuri perhatian di Olimpiade Tokyo 2020. Bukan sebagai pemain, melainkan sebagai pelatih. Ia berhasil membawa ganda putra Malaysia, Aaron Chia / Soh Wooi Yik, merebut medali perunggu usai mengalahkan ganda putra senior Indonesia, Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan.
Flandy bukan nama yang asing untuk pecinta bulu tangkis Tanah Air. Ia adalah atlet spelisialis ganda putra Indonesia yang ikut serta dalam Olimpiade Athena 2004. Kala itu, ia berpasangan dengan Eng Hian, yang juga berhasil membawa Greysia Polii / Apriyani Rahayu meraih medali emas Olimpiade Tokyo di nomor ganda putri.
Di Athena, Limpele / Eng Hian terhenti pada babak semifinal setelah dikalahkan Kim Dong-moon dan Ha Tae-kwon dari Korea Selatan, 15-8, 15-2. Mereka pun merebut medali perunggu setelah mengalahkan pasangan Jens Eriksen / Martin Lundgaard Hansen dari Denmark dengan skor 15-13, 15-7.
Kepada Tempo, Senin, 23 Agustus 2021, Flandy bercerita tentang kiprahnya sebagai pelatih di luar negeri, dari alasan, tantangan, sampai kemungkinan kembali berkiprah di bulu tangkis Indonesia. Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana awal mula Anda menjadi pelatih bulu tangkis tim Malaysia?
Coaching Director Malaysia menelepon saya menanyakan apakah saya bersedia untuk bekerja di BAM (PBSI-nya Malaysia), setelah itu sekretaris jenderalnya untuk menindaklanjuti hal-hal mengenai pekerjaan tersebut, sampai akhirnya oke saya terima.
Sebelum ke Malaysia, Anda juga melatih untuk tim bulu tangkis India...
Saya dan pihak India komunikasi dulu mengenai job dari Malaysia tersebut, lalu terjadi pertemuan dengan director coaching, Mr. Gopichand (Pullela Gopichand, pelatih kepala bulu tangkis India) di SEA Games 2011, Jakarta. Saya bicara-bicara dan akhirnya deal untuk pegang tim senior lapis dua. Kemudian, Tan Kim Ter, coach tim senior utama, resign akhirnya saya yang mengganti posisi dia.
Apa yang membuat Anda memilih meninggalkan India?
Saya memilih resign dari India karena kurang cocok dengan makanannya, berat badan saya turun drastis dan keluarga pun kurang cocok dengan lingkungan di sana.
<!--more-->
Apa yang membedakan bulu tangkis di India dengan Malaysia?
Saya rasa bulutangkis India dan Malaysia hampir sama, tingkat popularitasnya sama, prestasi hampir sama, kekuatan juga hampir sama tapi memang untuk nomor tunggal putri dan putra India masih sedikit lebih kuat dan cukup stabil. Hanya saja untuk coaching fasilitas India lebih baik, ada free rumah, free kendaraan dan free income tax, ada health insurance include family.
Anda melatih Aaron Chia / Soh Wooi Yik, bisa menang atas dua wakil Indonesia yang berada di peringkat teratas BWF di Olimpiade Tokyo. Sebelumnya ada juga Satwiksairaj Rankireddy / Chirag Shetty. Bagaimana metode pelatihan yang Anda terapkan?
Metode sebenarnya sama saja, tapi saya memberikan pelatihan berdasarkan kebutuhan pemain masing-masing. Saya berusaha mengembangkan kelebihan mereka berdasarkan data-style mereka sendiri, serta Memotivasi mereka dan menguatkan hati mereka menjadi lebih fighter untuk juara.
Pernah ditawari untuk masuk ke dalam tim kepelatihan PBSI?
Iya dulu pernah ditawari coaching di nomor mix double di PBSI, tapi sayangnya belum berjodoh. Kalau memang benar-benar dibutuhkan dan diberi kepercayaan untuk coaching di PBSI ya tentunya saya bersedia, yang penting saling cocoklah.
Apa yang membedakan kekuatan bulu tangkis Malaysia ketika Anda menjadi pemain dan ketika menjadi pelatih?
Malaysia, Indonesia, Cina dulu memang lebih kuat sebab kekuatan bulu tangkis negara lain belum merata. Kalau sekarang kekuatan badminton sudah cukup merata jadi tidak ada negara yang terlalu kuat atau terlalu mendominasi. Wakil-wakil Eropa juga sudah unjuk gigi, tidak kalah jauh dengan Asia.
Baca juga : Kekuatan Bulu Tangkis Dunia Mulai Merata, Simak Analisis Hariyanto Arbi