“Mimpi telah menjadi kenyataan sampai di sini (final) lagi dan peluang untuk kembali mempertahankan gelar,” ujar Venus. “Partai yang paling keras belum datang untuk menghadapi Serena (Williams).”
Bagi Venus dan Serena, pertemuan di final Grand Slam kali ini adalah pertemuan untuk kedelapan kali. Sedangkan di Wimbledon, sejarah mencatat Serena yang menjadi unggulan kedua tahun ini, mengalahkan Venus yang menjadi unggulan ketiga, di Wimbledon tahun 2002 dan 2003.
Dalam dunia tenis putri, Richard Williams, yang menerapkan gaya tenis speed and power bagi kedua anaknya ternyata cukup berhasil. Keuatan servis dan kecepatan pengembalian bola menjadi andalan dua putrinya yang sudah mengumpulkan puluhan juta dolar dari tenis profesional ini.
Terbukti, dalam partai semifinal lalu, Serena memenangi pertarungan dengan andalan servis kerasnya. Setidaknya 80 persen poin yang diperoleh dari servis As nya sebanyak 20 kali. “Kemenangan saya kali ini benar-benar dari servis saya,” aku Serena. “Satu kemenangan dramatis saya. Saya merasa seperti memiliki seluruh permainan ini.”
Serena butuh tiga set, dalam waktu hampir dua jam untuk menundukkan Elena Dementieva 6-7 (4-7), 7-5, 8-6. Pertarungan ketat ini merupakan terlama sepanjang sejarah semifinal putri Wimbledon.
Sedangkan Venus hanya butuh 51 menit untuk menutup mimpi unggulan pertama Dinara Safina dengan 6-1, 6-0. Venus justru diuntungkan oleh lawannya, Safina, yang banyak melakukan kesalahan sendiri. Safina, yang menjadi unggulan pertama tercatat membuat 16 kali kesalahan sendiri dari servisnya.
BERBAGAI SUMBER| NUR HARYANTO