Adlington Menolak Memakai Baju Renang Teknologi Mutakhir
Minggu, 19 Juli 2009 12:13 WIB
Namun, kecepatannya mulai diragukan seiring penolakannya menggunakan baju renang baru yang mampu meningkatkan kinerja atlet renang. Dia lebih memilih tetap mengenakan baju lama dari Speedo, yang digunakannya di Olimpiade Beijing, saat memenangi nomor 400 meter dan 800 meter gaya bebas.
Dia mengklaim bahwa kostum baru adalah suatu bentuk "doping teknologi". "Saya tidak akan pernah dalam sejuta tahun menggunakan obat-obatan untuk membantu saya, jadi mengapa saya harus mengenakan pakaian yang bisa meningkatkan kinerja?" Katanya. "Itu bukan saya."
Kostum baru ini bekerja seperti pakaian selam yang bisa menekan otot dan menambah daya ekstra di dalam air -oleh perangkap udara, hal ini pula yang menimbulkan kritik, yang dianggap melanggar peraturan. Produsen, termasuk adidas dan Jaked, menyangkal bahwa mereka telah rusak peraturan. Fina, organisasi renang dunia, membatalkan pelarangan baju renang ini bulan lalu setelah ada ancaman tindakan hukum.
Pakaian yang dapat dikenakan selama 40 menit lamanya ini, terbuat dari 100 persen Polyurethane, sebuah bahan yang kedap air dan mampu mengurangi halangan di dalam air dan memberikan dorongan lebih maju saat berenang. Sedang, Adlington memakai Speedo LZR yang dibuat dengan bahan tekstil.
Kontroversi ini dapat membayangi kejuaraan, yang akan digelar Minggu depan. Para kritikus percaya bahwa mereka akan menjadi prosesi yang lucu dalam catatan dunia. Pada bulan April, Frederick Bosquet, atlet renang Prancis yang memakai Polyurethane Jaked 01, mampu mencapai catatan terbaik hanya selisih 0,34 detik dari rekor dunia 50 meter gaya bebas putra. Padahal, sebelumnya ia tidak pernah mencapainya di final Olimpiade.
Bulan lalu, atlet Jerman Britta Steffen memecahkan rekor dunia di nomor 100 meter gaya bebas dengan baju Hydrofoil dari Adidas. "Pakaian ini dari dunia yang berbeda," katanya. "Terasa seperti speedboat dalam air dan tidak pernah dalam hidup saya akan percaya bahwa manusia dapat meluncur seperti itu."
Tahun lalu ada kontroversi di Beijing, dari 25 rekor dunia dalam cabang renang, 23 tercatat adalah perenang yang memakai pakaian yang baru diperkenalkan LZR.
Jo Jackson, kawan Adlington tim Inggris, akan memakai pakaian Hydrofoil Adidas di Roma, saat nanati mereka akan bersaing di nomor 400 meter dan 800 meter gaya bebas. Sementara Federica Pellegrini, dari Italia yang menjadi pemegang rekor dunia 400 meter, akan memakai Jaked 01.
Melihat hal ini, Adlington keukeuh dengan prinsipnya, meskipun dia harus mengorbankan kesempatan menang. "Saya berenang karena saya mencintai renang dan bekerja sekeras yang bisa saya lakukan saya rasa saya bisa berprestasi, tetapi saya tidak ingin berdiri di sana dan meningkatkan kecepatan hanya dari pakaian yang digunakan," katanya. "Saya ingin meningkatkan kemampuan karena saya sebagai perenang.”
"Saya menyadari bahwa semua orang akan mengadu kecepatan bahkan dengan menggunakan sesuatu yang baru, termasuk Jo. Saya tahu saya akan dirugikan dan saya tahu beberapa orang akan mengkritik saya karena hal itu. Tetapi itu berarti saya akan datang terakhir yang memakai sebuah LZR dan saya telah melakukan terbaik, maka itu cukup adil. "
Adlington mengaku tidak mengritik pesaing lainnya. "Itu keputusan mereka, tetapi saya telah memilih untuk tidak mengenakan pakaian dan yang hanya karena moral saya. Saya pikir ini akan sulit, tapi pada akhirnya, suatu hari saya tidak bisa kompromi dengan kepercayaan saya sendiri dan membuat saya merasa sebagai orang yang lebih baik. "
Michael Scott, direktur asosiasi renang Inggris, mengatakan bahwa banyak perenang dari berbagai bangsa bingung mengenai pakaian utnuk kompetisi pekan depan dan memanggil FINA untuk memperjelasnya. "Renang menjadi cabang yang diatur oleh teknologi, dan ini harus diubah," katanya. "Para perenang yang telah dilatih dengan keras dan yang paling berbakat mungkin tidak menjadi juara dunia karena masalah pakaian renang ini."
Sedangkan Mark Schubert, pelatih kepala dari tim renang Amerika, mengatakan bahwa pakaian renang pada akhirnya membuat catatan dunia tidak relevan lagi, sementara Claude Fauquet, pelatih renang Prancis, menyarankan masalah ini diperdebatkan dalam sebuah "komite etika".
TELEGRAPH| NUR HARYANTO