Petinju Putri Ini Yakin Bisa Rebut Emas SEA Games
Editor
Nurdin Saleh TNR
Jumat, 27 Februari 2015 02:58 WIB
TEMPO.CO, Jakarta: Berdiri di sudut ring pelatih tinju nasional Adi Suandana memukul-mukul bel yang terbuat dari logam besi. Ketika Adi memukul bel dengan gerakan yang cepat, 10 petinju yang berdiri melingkar melepaskan pukulan straight. Jenis pukulan berubah menjadi jab dan upper cut saat bunyi bel melambat. Selama sekitar 15 menit bel terus berbunyi tanpa henti. Wajah para petinju pun langsung dipenuhi oleh bulir-bulir keringat.
Pemandangan itu seolah mewakili slogan dari spanduk yang menempel di dinding kantor Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Indonesia di komplek Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. "Lebih baik mandi keringat dalam latihan daripada mandi darah di pertandingan." Begitu bunyi spanduk berukuran 2 x 4 meter.
Beatrichx Suguro, salah satu petinju putri, mengamini kalau olahraga tinju identik dengan kekerasan. Oleh sebab itu, masa persiapan dan latihan amat penting dijalani. "Tinju memang olahraga keras tapi itu hanya berlaku di atas ring saja," kata dia, Rabu lalu. Kendati harus saling jual beli pukulan demi meraih poin,namun olahraga tinju amat memperhatikan keselamatan atletnya. Faktor itulah yang membuat Beatrichx nyaman ketika sedang menjalani pertandingan.
Ada kalanya, Beatrichx merasa belum bertanding jika tidak mendapatkan luka lebam di wajah. Sambil tersenyum ia mengatakan, "Kalau muka tidak bengkak gak asyik. Itu namanya bukan petinju."
Dalam pertandingan tinju amatir, petinju putri masih menggunakan pelindung kepala. Berbeda dengan petinju putra di mana aturan memakai pelindung kepala sudah ditinggalkan. Beatrichx menyebutkan meski masih mengenakan helm, potensi wajah mengalami luka lebam tetap ada.
Selanjutnya: Prestasi Sudah Menyapa
<!--more-->
Cara Beatrichx menilai olahraga tinju amat bertolak belakang dengan orang tuanya. Ketika Beatrichx berlatih tinju pertama kali bersama Donald Patras, sang ibu Dominggas Tjiono dengan keras melarangnya. Waktu itu ia masih duduk di kelas I SMPN 3 Manado. "Awalnya dimarahi. Tapi lambat laun orang tua mengizinkan juga," kata dia.
Dukungan penuh dari ibunya terus diperoleh ketika Beatrichx sukses menjadi juara pertama di Kejuaraan Nasional di Jambi pada 2007. Gelar perdananya itu membuat motivasi Beatrichx makin bertambah. Setahun kemudian, juara pertama kembali ia rebut kala turun di Kejuaraan Sarung Tinju Emas Bali.
Penampilannya yang konsisten membuat ia ditarik masuk pemusatan latihan nasional menuju SEA Games 2013 di Myanmar. Tampil perdana di pentas Asia Tenggara, hasilnya tak mengecewakan. Ia membawa pulang medali perak ketika bertanding di kelas 48 kilogram.
Kembali memperkuat tim nasional di SEA Games Singapura 2015, Beatrichx kali ini membidik medali emas. Ia punya modal besar mengincar target menjadi nomor satu di kelasnya pada SEA Games Juni nanti. Berhasil masuk ke babak perempat final di Kejuaraan Dunia Wanita November lalu di Jaeju, Korea Selatan, membuat Beatrichx optimistis bisa menyabet medali emas. "Semoga saja bisa," ucapnya.
Pelatih nasional Husni Ray menyatakan Beatrichx punya peluang besar menyumbangkan medali. Di babak 16 besar Kejuaraan Dunia kemarin ia tanpa diduga menyingkirkan petinju dari Amerika Serikat. Sejauh ini, kata Husni, baru Beatrichx yang bisa bertanding sebanyak dua kali di kejuaraan dunia. "Biasanya petinju Indonesia sudah gugur sejak babak pertama atau hanya sekali bertanding," ucapnya.
ADITYA BUDIMAN