TEMPO.CO, Jakarta - Kasus pengaturan skor di Liga Bola Basket Indonesia (IBL) 2017 diduga melibatkan lima pemain asing. Hal itu dikatakan Ketua Bidang Hukum Persatuan Bola Basket Indonesia (Perbasi) George Fernando Dendeng.
"Ada lima orang, asalnya dari Amerika Serikat, Kanada," ujar George ditemui di kawasan Pasar Minggu, Jakarta, Rabu, 22 November 2017, tanpa menyebut lebih rinci.
Dia melanjutkan, itulah alasan Perbasi tidak menerbitkan letter of clearence (LoC) bagi kelima pemain tersebut, yang menyebabkan mereka tidak masuk draf IBL untuk musim 2017-2018.
"Perbasi merekomendasikan kepada IBL bahwa pemain impor itu tidak bisa bermain di Indonesia," ucap George.
Hal tersebut dibenarkan Ketua Umum PP Perbasi Danny Kosasih. "Ada juga pemain asing diduga terlibat pengaturan skor. Mereka tidak masuk draf lagi untuk musim 2017-2018," tuturnya.
Adapun kasus pengaturan skor di IBL 2017 mencuat setelah PP Perbasi mengeluarkan surat resmi bernomor 508/XI/PP/2017 bertanggal 21 November 2017, yang berisi tentang sanksi kepada sembilan nama yang disebut secara sah dan meyakinkan terlibat dalam match fixing tersebut.
Kesembilan orang itu merupakan para pemain JNE Siliwangi Bandung, yaitu Ferdinand Damanik, Tri Wilopo, Gian Gumilar, Haritsa Herlusdityo, Untung Gendro Maryono, Fredy, Vinton Nollan Surawi, Robertus Riza Raharjo, dan Zulhilmi Faturrahman.
Mereka dihukum dengan sanksi tidak boleh terlibat di semua kegiatan bola basket Indonesia dengan durasi lima tahun (diterima Ferdinand Damanik), empat tahun (Tri, Gian, Haritsa, Untung), tiga tahun (Fredy, Vinton, Robertus), dan dua tahun (Zulhilmi).
Perbasi juga menyebut ada 13 orang lagi yang diduga kuat terlibat di pengaturan skor di IBL 2017.
Para pemain basket ini masuk ke pengawasan ketat Perbasi dan akan segera dihukum jika ditemukan bukti keterlibatannya.