TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok-kelompok suporter sepak bola, termasuk Jakmania (Persija Jakarta), Bonek (Persebaya Surabaya), dan Bobotoh (Persib Bandung), selalu memberi warna dalam kompetisi di tanah air. Hubungan di antara kelompok-kelompok itu pun kerap diwarnai ketegangan dan geserkan.
Lalu, menjelang bergulirnya Liga 1 2018, bagaimana situasi terkini antara ketiga kelompok itu? Tempo berusaha mendapatkan gambaran dari Ketua Jakmania, Ferry Indra Sjarief. Ia mengakui, hubungan kelompok suporter yang dipimpinnya dengan kelolompok lain tak selamanya berjalan harmonis.
Baca: Setelah 17 Tahun, The Jakmania Haus Gelar Juara Liga dari Persija
Menurutnya, kondisi itu bukannya tanpa alasan. Seperti hubungan antara Jakmania dan kelompok suporter Persib misalnya. "Bagaimana Viking (bagian dari bobotoh) bisa menjadi musuh besar itu kan sebenarnya butuh proses. Awal-awal benturan, kami tetap bisa berkomunikasi. Dua, tiga kali benturan, sampai lima kali benturan sudah mulai susah berkomunikasi lagi," ujar Ferry saat ditemui di Jakarta pada Senin, 5 Maret 2018.
Awal masalahnya, kata Ferry, bermula pada Februari 2001 silam, kala Persija harus melakoni laga tandang ke markas Persib yang kala itu bertempat di Stadion Siliwangi, Bandung. Kala itu, kata Ferry, sejumlah Jakmania turut datang ke Bandung untuk menyaksikan dan mendukung Persija berlaga.
Baca: Ketua Jakmania Jelaskan Perusakan GBK di Final Piala Presiden
"Kami datang ke sana, tapi kami enggak diterima (oleh suporter Persib). Bus kami hancur. Dua anggota kami geger otak karena dihajar sewaktu habis solat ashar. Terus kami tidak mendapatkan tiket, padahal kami sudah koordinasi dari dua hari sebelumnya," kata Ferry mengisahkan.
Ferry mengaku tidak tahu persis pangkal penyebabnya. "Mungkin saat itu, di sana unit suporternya masih banyak. Jadi susah koordinasi. Jadi mungkin dari Viking sudah menerima, tapi yang lain belum," ujarnya. "Dan waktu itu, belum ada satu pun suporter tamu yang bisa masuk ke sana (Stadion Siliwangi)."
Sejak kejadian itu, kata Ferry, hubungan antara Jakmania dengan suporter Persib belum pernah benar-benar akur hingga saat ini. Belum lagi, kata Ferry, karena wilayah antara Jakarta dan Bandung yang cenderung bersebelahan, maka usaha untuk dapat mendamaikan dua kelompok tersebut kerap menemui halangan.
Baca: Persija Sudah Dapat Investor Stadion
"Anggota kami ada yang di Jawa Barat, dan anggota mereka ada yang di Jakarta. Otomatis gesekan bakal ada terus. Agak berat memang mendamaikan, tapi bukan berarti enggak bisa," ujar Ferry.
Menurut pria yang juga menjadi salah satu pendiri dari Jakmania itu, segala sesuatu yang menuju kebaikan, seperti mendamaikan kedua kelompok tersebut, pasti bisa tercapai. "Selama itu diridhoi sama Allah, pasti bisa. Gue yakin," kata dia.
Hal itu, kata Ferry, terbukti dari mulai cairnya hubungan antara Jakmania dan kelompok suporter Persebaya, Bonek, belakangan ini. Ferry mengatakan, hal tersebut dapat dilihat dari mulai diterimanya anggota The Jak oleh Bonek saat mereka berkunjung ke Jawa Timur.
Baca: Mengenal Flower City Casual, Bobotoh Persib Bandung Bergaya Beda
"Awalnya waktu kami ke Malang beberapa tahun yang lalu, itu kami ditampung di sana. Pada awalnya masih banyak yang kontra, tapi begitu kami ke Madura, lebih banyak lagi anggota kami yang mereka tampung," ujar Ferry. "Dari situ, kami lihat bahwa Bonek memang serius untuk ngajak damai."
Ferry menambahkan, secara pribadi, dirinya sudah bertemu dengan para petinggi Bonek sebagai rasa terima kasih dari The Jakmania untuk bisa disambut dengan baik saat mereka berkunjung ke Jawa Timur. Dari pertemuan itu, Ferry mengaku bahwa dirinya disambut dengan baik oleh kelompok suporter tersebut.
"Sekarang tinggal bagaimana sosialisasi masing-masing dari para anggotanya, karena pasti masih banyak yang pro dan kontra," kata Ferry. "Ibaratnya, korengnya itu harus kering dulu baru kami bisa ngomong lebih lanjut untuk bisa berdamai. Karena kalau korengnya belum kering, itu susah."