TEMPO.CO, Jakarta - Dua pertandingan sudah dijalani Timnas U-23 Indonesia dalam turnamen sepak bola PSSI Anniversary Cup 2018 yang berlangsung di Jakarta hingga Rabu, 2 Mei 2018. Belum ada kemenangan yang diraih Timnas. Setelah dikalahkan Bahrain 1-0 di laga pertama, tim asuhan Luis Milla itu ditahan Korea Utara tanpa gol.
Berikut sejumlah catatan yang bisa ditarik dari dua pertandingan tersebut:
1. Timnas sulit juara
Karena gagal menang dalam dua laga awal, Timnas U-23 akan sulit juara di turnamen empat tim ini. Penentuan tim terbaik didasarkan pada poin tertinggi. Sejauh ini Bahrain menjadi penghuni puncak klasemen dengan nilai 4. Uzbekistan dan Korea Utara menyusul di bawahnya dengan nilai 2. Indonesia sendiri baru memiliki nilai satu.
Dengan satu laga tersisa yang dihadapi, yakni melawan Uzbekistan pada Kamis malam, Evan Dimas cs maksimal hanya bisa meraih 4 poin. Itu tak akan cukup untuk menjadi juara. Bahrain akan menjadi juara bila meraih hasil seri dari Korea Utara. Korea Utara juga bisa juara bila menang atas Bahrain.
2. Masih perlu kerja keras untuk Asia Games 2018
Tiga peserta lain di turnamen ini semuanya berasal dari Asia. Artinya mereka juga akan jadi pesaing Indonesia di Asian Games 2018. Bisa dilihat bahwa betapa beratnya persaingan yang dihadapi Indonesia. Padahal selain ketiga negara itu masih ada tim-tim kuat lain yang akan tampil termasuk Korea Selatan, Jepang, Arab Saudi, Iran, serta Irak yang punya tradisi bagus di level dunia.
Pelatih Luis Milla memilih optimistis dengan hasil kurang maksimal yang diraih timnya. "Pertandingan tadi adalah gambaran pertandingan level yang akan ada dihadapi di Asian Games mendatang. Saya ingin mengucapkan selamat kepada pemain saya, karena telah menunjukkan permainan yang baik," kata dia seusai pertandingan melawan Korea Utara, Senin.
Milla mengatakan timnya mendapat pelajaran berharga. "Tim ini sedang tumbuh berkembang. Namun saya yakin Dalam 4 bulan tim saya akan lebih baik lagi," kata pelatih asal Spanyol itu.
3. Ada Problem Ketajaman Lini Depan
Gagal menang dalam dua laga secara beruntun mengindikasikan ada banyak hal yang harus diperbaiki di Timnas U-23. Tapi, yang paling kentara adalah problem di lini depan. Tak ada gol yang bisa dicetak Timnas di kedua laga itu. Padahal Luis Milla sudah memanggil dua pemain senior yang cukup menonjol di Liga 1, yakni Lerby Eliandri dan Ilija Spasojevic.
Problem lini depan ini adalah masalah mendasar timnas di berbagai level. Hal itu sudah terasa di level klub, sehingga mereka lebih banyak menyandarkan diri pada pemain asing. Ini akan jadi pekerjaan rumah berat bagi Luis Milla.
4. Ada fenomena Egy Maulana Vikri
Tumpulnya lini depan itu menjadi ironi dengan kehadiran Egy Maulana Vikri di Timnas U-23. Pemain ini dianggap salah satu aset berharga timnas setelah tampil brilian di Timnas U-19. Ia juga dinilai sudah membuat lompatan besar dengan bergabung bersama klub Eropa, yakni Lechia Gdansk di Polandia.
Tapi, Luis Milla jarang memainkan pemain muda ini. Alasannya? "Teman-teman harus mengerti kondisi Egy. Dia tak berkompetisi, dia masih berumur 17 tahun, dan saya juga melihat dia adalah salah satu talenta pemain terbaik yang dimiliki Indonesia," kata Milla. "Kalau dia tak berkompetisi, dia akan sangat sulit untuk bersaing di empat bulan ke depan."
Artinya, peran lebih besar tampaknya belum akan diberikan Milla pada Egy. "Idenya dia datang ke timnas adalah dia datang untuk berlatih," kata Milla. Jadi, penggemar timnas mungkin masih harus bersabar menunggu Egy mendapat panggung dan menunjukkan sihirnya di Timnas U-23, seperti yang pernah dia lalukan di Timnas U-19.
Baca: Anniversary Cup: Tahan Korea Utara 0-0, Timnas U-23 Dapat Bonus