TEMPO.CO, Jakarta - Valentino Rossi, pembalap asal italia, tak hanya piawai memacu roda dua di arena MotoGP. Ia juga jago adu balap dengan kendaraan roda empat. Dia baru saja membuktikannya dalam Monza Rally Show dengan mengukuhkan gelar juara untuk ketujuh kalinya pada akhir pekan lalu.
Reli ini digelar selama tiga hari dan berakhir pada Ahad lalu. Rossi menjadi pemenang gelaran tahun ini setelah menorehkan total waktu terbaik. Pembalap asal Italia itu berhasil melewati rekor lima kemenangan milik Rinaldo Capello dan pembalap legenda lain, seperti Sebastien Loeb dan Robert Kubica.
Dengan kemenangan terakhir ini, Rossi telah menjadi pembalap tercepat empat kali berturut-turut. Dia telah mengumpulkan gelar juara dari 2006, 2007, 2012, 2015, 2016, 2017, hingga 2018 selama mengikuti reli ini sejak 1998.
Rossi, yang dalam MotoGP musim ini hanya finis di posisi tiga klasemen akhir, justru berjaya dalam balap reli dengan mengungguli Teemu Suninen—pembalap profesional Kejuaraan Reli Dunia (WRC)—yang harus puas berada di posisi kedua. Juara dunia tujuh kali MotoGP itu menggunakan mobil yang sama seperti edisi sebelumnya, yakni Ford Fiesta WRC dengan mesin turbo 1,6 liter.
Rossi bukan satu-satunya pembalap roda dua yang mengikuti kejuaraan ini. Ada juga juara dunia MXGP sembilan kali, Tony Cairoli, dan legenda Supercross, Chad Reed. Kedua pembalap top itu mengendarai Hyundai NG i20.
Kehadiran Rossi dalam balapan ini tentu menyedot perhatian penggemarnya. Terlebih, dia sedang menjadi sorotan karena prestasinya yang merosot dalam kompetisi MotoGP 2018. Kesuksesan dalam Reli Monza mungkin sedikit melupakan keterpurukannya di MotoGP 2018, yang tanpa kemenangan dalam 25 balapan pada musim ini.
Rossi mengatakan, musim depan tetap masih berat. Dalam tes di Valencia dan Jerez, Rossi dan rekan setimnya, Maverick Vinales, telah menjajal dua spesifikasi mesin berbeda dari Yamaha. Baik Rossi maupun Vinales akhirnya memilih mesin dengan keunggulan engine brake, sama seperti spesifikasi mesin 2016.
Hanya, Rossi tampaknya masih belum puas dengan performa kendaraan barunya. “Saya rasa masalah yang kami miliki saat ini adalah mesin baru tidak mengubah karakteristik sepeda motor. Kami harus meningkatkannya,” kata pembalap 39 tahun itu.
Bos Yamaha, Massimo Meregalli, menuturkan kekalahan Rossi memang cukup culit diterima meski tim Yamaha masih bisa berharap pada rekan satu timnya, Vinales, yang sempat naik podium tertinggi di Phillips Island, Australia.
“Ini sulit untuk semua orang di Yamaha. Seperti yang saya katakan sebelumnya, kami benar-benar bekerja keras dan mungkin lebih dari apa yang dapat Anda lihat,” ujarnya. "Kami selalu berusaha memberi pembalap sesuatu yang terbaik, dengan sesuatu untuk memenangi balapan.”
Masalah Rossi dan Vinales berasal dari mesin yang agresif dan sistem elektronik sepeda motor yang belum bekerja dengan benar. Kondisi itu, menurut Meregalli, memberikan ganjalan bagi dua pembalap tersebut dalam memacu kendaraannya.
Berbicara tentang kendaraan untuk musim depan, YZR-M1, Meregalli menyebutkan telah memperbaiki masalah "fundamental" dalam kendaraan mereka dan berharap bisa mengujinya pada tes pramusim di Sepang tahun depan. “Kami pikir, elektronik bukan satu-satunya titik di mana kami menghadapi kesulitan, tapi juga karakter mesin akan lebih mulus tahun depan.”
AUTOSPORT | CRASH | MOTOGP | NUR HARYANTO