TEMPO.CO, Jakarta - Cina sudah diakui sebagai salah satu kiblat bulu tangkis dunia. Berbagai prestasi mendunia berhasil dicetak oleh para atlet mereka. Mereka juga memiliki deretan pebulutangkis hebat seperti Lin Dan, Shi Yuqi, dan Chen Long.
Namun, fenomena "pembelotan" pemain juga terjadi di negara itu. Ada sejumlah pemain yang memilih membela negara lain, antara lain karena kecewa atau ingin mendapatkan karier yang lebih mentereng.
Dua dari pemain itu adalah Zhou Mi dan Pi Hongyan. Zhou Mi pernah menjadi pebulu tangkis Cina yang kemudian pindah ke Hong Kong dan menjadi bagian dari negara tersebut namun tidak berganti kewarganegaraan.
Kepindahannya sempat mendapat komentar dari pelatih Li Yong Bo yang mempertanyakan rasa nasionalismenya. Bersama dengan Cina, ia meraih gelar World Grand Prix 2000, medali silver Kejuaraan Dunia 2001, medali Emas Asian Games 2002 dan lain sebagainya.
Zhou Mi juga sempat menyatakan bahwa meninggalkan Cina bukanlah hal yang mudah, namun ia tetap bertukar bendera Hong Kong dan sukses kembali bersinar di sana.
Setidaknya gelar juara Korea Open yang berhasil diraihnya di tahun 1999 bersama dengan Cina, kembali sukses diulangnya di bawah bendera Hong Kong pada tahun 2008 dan sejumlah prestasi lainnya.
Selanjutnya adalah Pi Hongyan, pebulutangkis Cina yang pindah ke Prancis dan pindah kewarganegaraan.Bersama Prancis, ia berhasil melaju ke final All England Super Series, meskipun akhirnya kalah oleh pebulutangkis Cina, Xie Xingfang, dengan skor 6-21 dan 13-21.
Selain itu, selama bendera Prancis, ia juga pernah mengukir sejarah apik dengan mengalahkan unggulan kedua, Zhang Ning (Cina) di semifinal Olimpiade Athena 2004 dengan skor akhir 21018, 21-23 dan 24-22.
Bersama Prancis, ia berhasil meraih gelar Singapura Open dan Juara Nasional Prancis serta menjadi semifinalis Swiss Open, Indonesia Open, dan All England. Prestasi puncak dia adalah meraih medali emas di Olimpiade Beijing 2008.
INDOSPORT