TEMPO.CO, Jakarta – Egan Bernal menorehkan sejarah dengan menjuarai Tour de France 2019. Ia menjadi orang Kolombia pertama yang menjuarai balapan sepeda paling bergengsi di dunia ini dan sekaligus juara paling muda dalam kurun 100 tahun terakhir.
Siapakah Egan Bernal? Pembalap 22 tahun itu lahir dan dibesarkan di Zipaquirá, sebuah kota yang terletak di Kolombia Tengah. Ayahnya, German Bernal, dulunya adalah seorang pesepeda yang kemudian bekerja di Katedral Garam, salah satu objek wisata besar di Kolombia.
Egan memulai kiprahnya sebagai pembalap sepeda pada umur delapan tahun, saat beberapa temannya mendaftarkannya untuk berlomba yang diselenggarakan di kotanya. Ia saat berhasil menjadi juara.
Sepanjang masa mudanya, ia mendominasi banyak balapan di Kolombia pada berbagai tingkat umur. Ia juga mampu bicara di tingkat internasional. Pencapaian masa kecil terbesarnya adalah saat berhasil meraih medali perunggu pada Kejuaraan Dunia Junior untuk kategori cross country pada tahun 2014 dan 2015.
Begitu banyak yang pernah ia raih sehingga pembalap muda ini tidak ingat secara pasti apa saja yang pernah ia raih. “Saya tidak ingat secara jelas apa saja yang pernah saya raih, tapi yang jelas dalam dua tahun terakhir saya hanya mengikuti setidaknya tiga balap sepeda,” ungkapnya.
Karier Egan, seperti yang dilansir dari cyclingtips.com, berlanjut ke taraf profesional saat Gianni Savio pada 2016 menawarinya untuk menjadi salah satu pembalap sepeda dari Tim Androni Giocattoli – Sidermec mereka.
Sejak itulah Egan banyak mengikuti kejuaraan sepeda profesional, meskipun ia sendiri belum memiliki pengalaman yang banyak, karena ia tidak terlebih dahulu menjalani karier pada tingkat junior.
Kurangnya pengalaman sempat membuat Egan mengalami beberapa masalah, seperti saat sepedanya mengalami permasalahan mekanis di salah satu etape di Perlombaan Sepeda Profesional The Giro del Trentino yang membuatnya harus puas mencapai garis finis pada urutan ke – 43.
Ia juga sempat terjatuh saat mengikuti Balap Sepeda Settimana Internazionale di Coppi e Bartali yang membuatnya gagal mencapai garis finis. Meski begitu, ia menganggap permasalahan yang ia hadapi sebagai bagian dari pembelajaran.
“Saya banyak mendapat pengalaman dari balapan yang saya jalani. Adapun jatuhnya saya disebabkan oleh kurangnya pengalaman. Saya pikir lebih baik hal – hal seperti itu terjadi pada awal karir saya, daripada nanti ketika hal – hal yang lebih penting dipertaruhkan,” kata Egan Bernal.
CYCLINGTIPS | RIDWAN KUSUMA AL-AZIZ