Nazara Cahyaningrum, 11 tahun, teman Indah berlatih di PB Sinar Mas, tak mau ketinggalan. Zara juga ikut audisi berbarengan dengan Indah, diantar kedua orang tuanya, Sudiro Setyadi dan Siti Hadiningrum. “Selalu ditemani ayah,” kata siswi SD Negeri 3 Lebakwangi Banjarnegara ini.
Zara yang mengidolakan pebulutangkis Jepang Akane Yamaguchi juga telah mengoleksi delapan piala di berbagai kejuaraan hingga tingkat provinsi. Mempunyai motivasi yang sama, keduanya mengadu keberuntungan di Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis yang digelar oleh PB Djarum.
Sebelumnya sempat ada kabar bahwa Audisi Umum PB Djarum akan dihentikan. Mengenai hal ini, Indah merasa sedih khawatir kalau tidak ada seleksi atlet muda yang menjadi gantinya.
Selain PB Djarum, kata dia, PB Jaya Raya juga mengelar seleksi ke daerah tapi hanya di Kota Solo. Sehingga harapannya pemerintah bisa turun menangani atlet bulu tangkis ke daerah. "Perbanyak audisi di daerah," kata dia menyampaikan harapan ke Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Presiden Joko Widodo.
Dalam konferensi menjelang pembukaan Audisi pencarian atlet tepok bulu di Purwokerto, Djarum Foundation menyatakan akan menghentikan Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis. Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, mengatakan audisi bulu tangkis tahun 2019 menjadi yang terakhir kalinya digelar.
Menurut Yoppy, dihentikannya audisi badminton Djarum karena atas permintaan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menyebutkan terjadi eksploitasi anak dalam ajang seleksi atlet olahraga tepok bulu. "Pada audisi kali ini kami menurunkan semua brand PB Djarum. Karena dari pihak PB Djarum sadar untuk mereduksi polemik itu kami menurunkannya," kata Yoppy, Sabtu, 7 September 2019.
Tulisan Djarum yang masih terpasang pada nomor punggung peserta Audisi Umum Besiswa Bulu Tangkis 2019 di GOR Satria, Purwokerto, Ahad, 7 September 2019. TEMPO/Irsyan Hasyim
Pilihan itu diambil setelah KPAI memanggil Djarum Foundation ihwal Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2019. KPAI menegur penyelenggara karena dinilai telah mengeksploitasi anak. Unsur eksploitasi tersebut ditandai dengan pemasangan logo Djarum selaku perusahaan rokok di kaus peserta. Hal ini menjadi alasan Djarum Foundation menghentikan audisi umum bulu tangkis pada tahun 2020.
Rangkaian audisi umum Djarum Foundation 2019 dijadwalkan berlangsung di lima kota, yakni Bandung, Purwokerto, Surabaya, Solo, dan Kudus. Proses seleksi dilakukan untuk dua kelompok usia, yakni di bawah 11 tahun dan di bawah 13 tahun. Pemenang bakal mendapatkan beasiswa berlatih bulutangkis bersama PB Djarum.
Polemik mengenai seleksi atlet itu berawal dari surat KPAI pada tanggal 29 Juli 2019 tentang permintaan pemberhentian audisi oleh produsen rokok itu. Surat itu dikirimkan setelah KPAI melakukan investigasi dalam ajang Audisi di Kota Bandung yang digelar 28-30 Juli 2019.
Komisioner KPAI bidang Kesehatan dan NAPZA Sitti Hikmawatty mengatakan eksploitasi terhadap anak dalam acara itu terlihat dari pemasangan logo Djarum di seragam peserta dan atribut lainnya. Menurut dia, pemasangan logo rokok di acara anak-anak melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan produk tembakau yang mengandung zat adiktif. Salah satu poin dalam aturan itu melarang mengikutsertakan anak-anak dalam iklan rokok. “Anak-anak harusnya dijauhkan dari simbol rokok,” kata dia.
Berdasarkan pemantauan kegiatan Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis di Purwokerto, meski tidak lagi memakai nama Djarum, masih terdapat beberapa nama Djarum yang tersebar di arena seleksi pebulutangkis muda itu. Nama Djarum masih terdapat pada nomor punggung peserta yang berusia anak.
Logo Djarum Foundation antara lain masih terpasang kaos panitia pelaksana. Selain itu, kaos yang dikenakan legenda bulu tangkis yang berada menghadiri audisi itu juga masih ada tulisan Djarum Foundation. Papan sponsor yang berada di dalam GOR Satria masih terlihat ada tulisan Djarum Foundation.