TEMPO.CO, Jakarta - Petenis Indonesia, Christopher Rungkat, yang telah kenyang pengalaman tampil pada berbagai turnamen, masih menganggap berlaga di turnamen beregu seperti Piala Davis lebih berat ketimbang bertanding pada turnamen-turnamen perorangan.
"Pasti kalau turnamen beregu lebih berat. Apalagi bawa nama negara. Ekspektasi orang-orang harus menang, harus menang. Otomatis bebannya jadi lebih besar," kata petenis yang akrab disapa Christo itu saat dijumpai setelah pengundian Piala Davis, di Stadion Tenis Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis, 5 Maret 2020.
Christopher akan tampil pada pertandingan perdana kategori tunggal Piala Davis Grup 2 melawan Kenya, Jumat ini. Pada pertandingan itu ia akan berhadapan dengan pemilik peringkat tunggal 1382 dunia Sheil Kotecha.
Pada beberapa tahun terakhir, Christo lebih banyak tampil pada kategori ganda. Meski demikian ia tetap merupakan salah satu petenis tunggal terbaik Indonesia. Hal itu terbukti dengan keberhasilannya menjuarai BNI Tennis Open 2019 pada nomor tunggal, November silam.
Meninjau kekuatan calon lawannya yang berasal dari Afrika, Christo beranggapan atlet-atlet dari benua tersebut memiliki kekuatan fisik yang lebih baik ketimbang atlet-atlet Asia Tenggara.
"Dilihat dari postur badan, kita (petenis Indonesia) ya kalah. Tapi kan kita sudah pintar mengompensasi kelebihan kita. Mungkin mereka lebih besar, tapi kita lebih efisien bermainnya," kata petenis 30 tahun itu.
Christo memang belum pernah melihat secara langsung para calon lawannya bertanding. Sejauh ini ia hanya melihat permainan lawannya tersebut saat latihan atau melalui rekaman video.
Tetapi dari pengamatannya, pemenang medali emas ganda campuran Asian Games 2018 itu yakin mampu mengamankan kemenangan. "Target saya pasti menang straight set," katanya di Piala Davis kali ini.