TEMPO.CO, Jakarta - Persatuan Menembak Seluruh Indonesia (Perbakin) berharap Kementerian Pemuda dan Olahraga bisa memfasilitasi pembinaan atlet muda menembak dalam penyusunan Grand Design Olahraga Nasional.
Sekretaris Jenderal Perbakin Firtian Judiswadarta berharap menembak bisa dimasukkan dalam kurikulum di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) atau sekolah khusus olahraga. "Agar pembinaan usia dini sudah dimulai, apalagi kalau persiapannya untuk 2032," kata Firtian saat dihubungi, Rabu, 27 Mei 2020.
Menurut dia, masih ada waktu 12 tahun untuk mempersiapkan atlet menuju Olimpiade 2032. "Harapan kami di usia 25 tahun peak performance atlet ada di situ. Kalau 25 dikurangi 12 tahun berarti 13-14 tahun, umur sekolah di SMP sudah mendapatkan pembinaan," kata dia.
Selain itu, Firtian berharap menembak bisa masuk ke dalam cabang olahraga yang dipertandingkan di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas), sehingga setiap provinsi secara otomatis ikut membina atlet usia dini secara mandiri.
"Selama ini belum pernah padahal menembak itu salah satu cabang olahraga dengan medali terbanyak setelah atletik, panahan, dan renang. Menembak di Olimpiade saja ada 15 medali yang diperebutkan," ungkap Firtrian yang menyebutkan bahwa menembak telah dimasukkan juga sebagai 10 cabang prioritas Olimpiade oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Saat ini Kementerian Pemuda dan Olahraga sedang menyusun Grand Design Olahraga Nasional. Menpora Zainudin Amali mengatakan grand design itu bakal mencakup pemetaan situasi dan kondisi olahraga sekarang serta harapan ke depan.
"Contohnya, kalau dengan situasi dengan kondisi olahraga seperti saat ini jangan harap punya prestasi yang spektakuler karena memang tidak punya pondasi, tidak punya dasar yang kuat untuk membuat prestasi itu," kata Zainudin dalam konfrensi pers secara virtual, Selasa, 26 Mei 2020.
Ia menyebutkan selama periode menjabat tidak menargetkan prestasi olahraga yang muluk-muluk. "Selama lima tahun, mungkin tidak banyak prestasi, tapi kita akan senang kalau di periode saya ini ada pondasi yang kuat dalam pembinaan olahraga ke depan, bukan hanya secara prestasi tapi juga pembudayaan olahraga," ujarnya.
Ia menyebutkan grand design akan meliputi pembinaan atlet usia muda. Mulai dari usia 6-12 tahun serta 12-18 tahun diatur konsep pelatihannya. "Dari youth ke elite bagaimana. Nutrisinya harus bagaimana," ucap Zainudin.
Menurut dia, keinginan membuat grand design dan road map karena Kemenpora melihat olahraga selama ini hanya dilakukan untuk memenuhi pencapaian serapan anggaran.
"Contoh jangka pendek, kalau jadi tuan rumah Olimpiade 2032, apa yang disiapkan? Anak-anak 10-13 tahun harus didesign untuk bisa capai peak performance di saat usianya 23-24 tahun," katanya.
IRSYAN HASYIM