TEMPO.CO, Jakarta - Asian Games 2023 akan ditutup hari ini, Minggu, 8 Oktober. Indonesia dipastikan finie di urutan ke-13 klasemen perolehan medali dengan koleksi tujuh emas, 11 perak dan 18 perunggu.
Tim Merah Putih berangkat ke Hangzhou, Cina, dengan target serealistis mungkin yaitu merebut minimal 12 medali emas dan finis di posisi 12 besar.
Sebenarnya peluang untuk menutup defisit itu sempat hadir di sejumlah cabang olahraga unggulan. Hal itu terlihat dari 11 perak yang diraih para atlet, yang karena satu-dua hal mereka harus puas mendapati hasil latihan keras mereka berujung sebagai yang terbaik kedua.
Selama kurang lebih dua pekan penyelenggaraan Asian Games, faktor x terbukti menjadi salah satu variable yang menentukan kemenangan atau kekalahan tim.
Sepanjang perjalanan mereka di Hangzhou, tim Indonesia mendapati sejumlah kejutan dan juga drama di arena seperti yang akan dibahas berikut ini.
Menembak, BMX, dan Wushu Buat Kejutan
Cabang olahraga menembak membuat kejutan dengan dua medali emas yang dipersembahkan oleh Muhammad Sejahtera Dwi Putra pada nomor 10m running target tunggal putra dan 10m running target beregu campuran.
Tera telah mengobati rasa penasarannya menjadi yang terbaik di Asia, setelah pada Asian Games 2018 ia hanya merebut perak nomor beregu campuran.
Dua emas yang dikawinkan dengan tiga perunggu menjadi peningkatan prestasi cabang olahraga menembak di Hangzhou setelah pada hanya mendapat satu perak di Jakarta.
Cabang wushu juga membuat kejutan lewat medali emas yang didapat Harris Horatius di nomor kombinasi nanquan-nangun diikuti gebrakan pebalap Amellya Nur Sifa yang memenangi BMX putri untuk emas keempat Indonesia.
Di arena angkat besi, Rahmat Erwin Abdullah memecahkan rekor dunia 201kg angkatan clean and jerk kelas 73kg putra sebelum bergaya memamerkan otot-otot lengannya bersama sang ayah, yang juga menjadi pelatihnya, saat merebut medali emas kelima untuk Indonesia.
Capaian Rahmat itu, sayangnya tak bisa diikuti oleh lifter-lifter andalan Indonesia seperti Windy Cantika Aisah yang kandas pada persaingan kelas 55kg.
Cantika, yang peraih perunggu kelas 49kg Olimpiade Tokyo itu, mencatatkan angkatan snatch 85 kg setelah gagal pada upaya ketiganya menambah beban menjadi 88kg, satu kg lebih berat dari catatan terbaiknya.
Kemudian dari clean & jerk, lifter 21 tahun itu tak meraih angka setelah tiga kali gagal mengangkat beban 100 kg yang ditargetkan.
Peluang medali emas juga lepas dari Indonesia saat Eko Yuli Irawan berlinang air mata setelah gagal mengeksekusi tiga angkatan 175kg clean & jerk kelas 67kg putra.
Kegagalan di Hangzhou itu sekaligus memutus tradisi Eko merebut medali pada pesta olahraga terbesar di Asia itu setelah sebelumnya ia mendapat emas di Jakarta-Palembang 2018, perunggu di Incheon 2014, dan perunggu di Guangzhou 2010, ketiganya ia raih di kelas 62kg.
Karena satu dan dua hal yang menjadi pertimbangan tim pelatih, Cantika dan Eko Yuli bermain di kelas yang bukan spesialisasi mereka sehingga berdampak pada performa kedua atlet, ungkap pelatih Muhammad Rusli
Ke depannya, dua lifter itu akan disiapkan untuk kualifikasi Olimpiade pada nomor 49kg putri dan 61kg putra.
Selanjutnya: Terpeleset di Panjat Tebing