TEMPO.CO, Jakarta - Pembalap rookie tim KTM Brad Binder menikmati kemenangan MotoGP perdananya setelah menjadi juara seri balap MotoGP Republik Cek di Brno, akhir pekan lalu. Ia mengungkapkan perasaannya setelah berhasil mengungguli pembalap unggulan dari tim Petronas Yamaha SRT Fabio Quartararo. "Ini sulit dipercaya, saya rasa tidak akan pernah merasakannnya. Sejujurnya, ini adalah sesuatu yang selalu saya impikan dan hari ini menjadi kenyataan," kata dia, dikutip dari Crash, Selasa, 11 Agustus 2020.
Pembalap asal Afrika Selatan itu datang ke MotoGP Republik Cek setelah gagal memacu kecepatan motornya pada dua seri awal MotoGP di Sirkuit Jerez. Namun, setelah membuat kejutan pada sesi kualifikasi, ia berhasil menemukan gaya balapan dengan menunjukkan performa yang terkontrol dan sempurna. Binder sendiri mengakui dirinya sempat terkejut setelah berhasil memimpin balapan. "Ini sulit dipercaya. Tidak ada satupun yang berpikir bahwa ini akan datang di grand prix ketig. Saya tidak tahu harus mulai dari mana," ujarnya.
Berkaca pada balapan tersebut, KTM tampak mampu mengelola penggunaan ban belakangnya lebih baik daripada para pesaingnya, terutama dari tim Petronas SRT Yamaha yang memimpin pada awal balapan. Binder mengatakan telah melihat Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli mulai menggeliat. Hal itu memberinya kepercayaan diri untuk terus maju dan meminimalisasi kesalahan seperti yang dilakukan pada balapan di Sirkuit Jerez.
“Sebelum saya datang ke Brno, saya berkata pada diri saya sendiri bahwa saya harus mundur dalam balapan karena saya mengacaukannya. Saya menjadi sedikit lebih cemas. Pada awalnya saya tidak melakukan sesuatu yang gila, saya melihat peluang saya dan bergerak dan untungnya tidak ada kontak atau kesalahan yang saya lakukan," kata Brad Binder.
Ia meneruskan, “Pada awalnya, saya mengikuti Fabio dan melihat dia berjuang lebih keras dari saya, jadi saya mencoba untuk melewatinya dan mengejar Franco. Kemudian saya melihat Franco benar-benar mulai kesulitan dengan ban belakangnya dan ban saya masih terasa cukup baik, jadi saya mencoba bertahan di belakangnya untuk satu putaran dan kemudian mencoba untuk melihat apa yang bisa saya lakukan. Sejak saat itu saya pikir itu adalah 10 lap paling gila dalam hidup saya."
"Saya melakukan semuanya dengan lembut dan setenang mungkin karena ban belakang sudah cukup mati. Setiap kali saya mencoba sesuatu yang agresif, saya mengalami gangguan yang gila-gilaan. Ketika saya berada di posisi pertama, saya berpikir 'astaga, saya memimpin balapan MotoGP' dan ketika saya melihat celah muncul, saya bahkan lebih terkejut. Di tiga lap terakhir, bahkan tanpa seorang pun berada di belakang saya, saya mempertahankan jarak untuk berjaga-jaga,” kata pembalap bernomor 33 itu.
Kemenangan tersebut menandai puncak karier Binder yang lebih awal dari yang diharapkan melalui program pembalap KTM. Runner up Moto2, di bawah Alex Marquez, tahun lalu, pada awalnya siap untuk bergabung dengan Tech 3 KTM sebelum kepergian Johann Zarco, membuatnya mendapatkan promosi. Dengan KTM RC16 yang memiliki performa lebih baik, Binder mampu meniru gaya balap Pol Espargaro yang berhasil mencapai kecepatan maksimal pada motornya. “Ketika melakukan tes pertama, saya pikir itu memberi saya semangat ekstra untuk bekerja keras dan mencari tahu masalah MotoGP ini," ujarnya.