TEMPO.CO, Jakarta - Petenis remaja Polandia, Iga Swiatek, membuat kejutan dengan mencapai final Grand Slam pertamanya di ajang French Open 2020. Dalam perjalanannya, dia mengalahkan mantan petenis nomor satu dunia sekaligus unggulan pertama kompetisi itu, Simona Halep.
Darah olahragawan mengalir deras di tubuh perempuan berusia 19 tahun itu. Lahir di Warsawa, Polandia, Iga Swiatek merupakan putri dari Olimpian Tomasz Swiatek. Sang ayah merupakan atlet olahraga mendayung yang pernah membela Polandia di ajang Olimpiade 1988.
Sejak kecil, Swiatek sudah diperkenalkan berbagai olahraga oleh sang ayah. Awalnya Tomasz berharap si anak akan menjadi penerusnya sebagai pendayung. Tetapi Iga Swiatek rupanya memiliki jalannya sendiri.
"Saya takut dengan air saat kecil, jadi Tenis pilihan yang lebih baik bagi saya," kata Swiatek dalam wawancara saat mengikuti ajang Australia Open awal tahun ini.
Piotr Sierzputowski pelatih yang menangani Swiatek menyatakan bahwa anak asuhnya itu awalnya tak menjadikan tenis sebagai prioritas utama dalam hidupnya.
Tak seperti petenis muda yang pernah dia temui, Iga Swiatek lebih mementingkan sekolah ketimbang karirnya di lapangan. Padahal, menurut dia, untuk menjadi petenis profesional dibutuhkan latihan keras sejak kecil dan sedikit mengesampingkan sekolah seperti anak-anak pada umumnya.
"Awalnya sangat sulit bagi dia. Saya menilai dia sebagai petenis semi-pro atau semi amatir karena dia bersekolah. Dia belajar seperti anak-anak pada umumnya," kata Sierzputowski.
"Saya selalu menjadi hal kedua dalam hidupnya. Seakan-akan tenis bukanlah hal terbesar dalam hidupnya. Saya terpaksa harus menjadwalkan latihan pada pukul tujuh pagi karena dia harus berangkat sekolah."
"Pada suatu hari, dia datang latihan dan merasa lelah dan saya bertanya,'Kenapa kamu lelah? Apakah kamu tidak tidur dengan nyenyak?' Dia kemudian menjawab,'Tidak. Saya belajar hingga larut malam'."