TEMPO.CO, Jakarta - Diego Maradona meninggal karena serangan jantung pada usia 60 tahun setelah beberapa tahun terakhir mengalami masalah kesehatan. Legenda sepak bola Argentina itu akan selamanya dikenang sebagai salah satu pesepakbola terhebat dalam sejarah. Namun, kehidupan pribadinya yang bergejolak menyebabkan kesehatannya menurun secara bertahap di tahun-tahun terakhirnya.
Maradona meninggal dua pekan setelah operasi pada pendarahan otak. Laki-laki yang berusia 60 tahun pada 30 Oktober lalu itu menghabiskan delapan hari di bangsal rumah sakit setelah dia dirawat karena pembekuan darah di otaknya. Pengacaranya, Matias Morla, menggambarkan peristiwa itu sebagai keajaiban dan menganggap dua pekan itu adalah momen tersulit dalam hidup sang legenda.
Pada November lalu, laki-laki yang terkenal dengan gol tangan tuhan itu menyangkal bahwa dia sedang sekarat dalam sebuah pidato video yang dirilis kepada para penggemar. Pesan itu muncul setelah putrinya, Gianinna, meminta para penggemar untuk mendoakannya. Maradona saat itu berada dalam pengaruh obat penenang.
Baca juga : Diego Maradona, Kisah 'Tangan Tuhan' dan Inspirasi Bertabur Kontroversi
Namun, Maradona mengatakan bahwa, "Saya ingin memberi tahu Anda bahwa saya sama sekali tidak sekarat, bahwa saya tidur nyenyak karena saya sedang bekerja. Yang saya tahu adalah bahwa seiring bertambahnya usia, orang lebih mengkhawatirkan apa yang akan Anda tinggalkan daripada apa yang Anda lakukan."
Mantan penyerang Boca Juniors dan Napoli ini telah mendokumentasikan pergumulan hidupnya saat berada dalam pengaruh narkoba dan alkohol. Para fans semakin khawatir pada 2018 setelah Maradona tampil di Piala Dunia di Rusia. Setelah terlihat menyaksikan kemenangan Argentina atas Nigeria, Maradona terlihat pingsan.
Diego Maradona bersorak dari atas tribun saat laga Argentina lawan Nigeria dalam Piala Dunia 2018, di Stadion St. Petersburg, Rusia, Selasa, 26 Juni 2018. REUTERS/Sergio Perez
Sebuah gambar menunjukkan residu putih di pagar kaca di depan ruang penonton VIP. Penampakan itu membuat banyak orang mengira dia telah menggunakan kokain. Tapi, Maradona meyakinkan media setelah pertandingan bahwa dia terlalu memanjakan diri dengan meminum anggur. Setelah pertandingan itu, rumor menyebutkan bahwa Maradona menderita serangan jantung.
Karier sebagai Manajer
Maradona pernah bermain untuk Boca Juniors, Barcelona, Napoli, Sevilla dan Newell's Old Boys. Dalam film dokumenter pada 2019 berjudul "Maradona" dikisahkan kariernya di Napoli selama periode 1984 dan 1991. Setelah gantung sepatu, Maradona masuk ke manajemen.
Baca juga : Kesaksian Keponakan: Diego Maradona Mengeluh Tidak Enak Badan Sebelum Wafat
Dia menghabiskan dua tahun sebagai pelatih Argentina antara 2008 dan 2010 sebelum bekerja dengan klub medioker di seluruh dunia. Pada 2011, dia mengelola klub Al-Wasl yang berbasis di Uni Emirat Arab sebelum kembali ke Buenos Aires pada 2013 dan menjadi asisten bos di Deportivo Riestra hingga 2017.
UEA kembali menelepon dan Maradona mengambil alih Fujairah antara 2017 dan 2018. Pada 2018, ia memulai kariernya di klub Meksiko Dorados de Sinaloa. Namun, ia akhirnya terpaksa mundur dari peran tersebut pada 2019 karena masalah kesehatan. Ia membutuhkan operasi pada lutut dan bahunya.
Penolakan atas Kematian
Setelah pulih, Maradona kembali ke Argentina untuk memimpin Gimnasia de la Plata yang berbasis di Buenos Aires. Namun, kesehatannya segera menjadi masalah lagi. Pada Juni lalu, ia terpaksa menyangkal bahwa ia menderita penyakit Alzheimer yang tidak dapat disembuhkan. Melalui akun Instagramnya, ia mengklarifikasi bahwa ia tidak sekarat dan tidak mengalami gangguan otak.
Diego Maradona. REUTERS/David Gray
Ia berbicara setelah surat kabar Argentina, Chronic, menyatakan bahwa Maradona menderita masalah neurologis dan Alzheimer. Maradona berkata, "Mereka berbohong, mereka berbohong. Mereka berbicara tentang Alzheimer dan mereka tidak tahu apa artinya. Kata Alzheimer adalah kata yang buruk. Orang dengan Alzheimer pasti meninggal. Saya tidak sekarat."
Pengacaranya, Matias Morla, mengatakan, tidak ada laporan medis yang menyebutkan bahwa Diego Maradona menderita serangan Alzheimer. "Tidak ada tes medis yang dia jalani menunjukkan hal semacam itu." Maradona kemudian menjalani operasi lutut di sebuah klinik swasta Buenos Aires dan sesumbar, "Hari ini saya berjalan lagi seperti yang saya lakukan ketika saya berumur 15 tahun."
Terlepas dari banyak masalah dan warna kehidupannya yang jenaka di luar lapangan sepak bola, legenda sepakbola Argentina itu akan selalu dikenang sebagai salah satu pemain paling jenius dan berbakat yang pernah memainkan sepakbola.
THE SUN