TEMPO.CO, Jakarta - Irene Kharisma Sukandar atau dikenal juga dengan nama Irene Sukandar salah satu Grandmaster Wanita Catur Indonesia sebelumnya mengirimkan surat terbuka kepada Deddy Corbuzier terkait kasus Dadang Subur atau pemilik akun bernama Dewa Kipas.
Surat ini ditembuskan ke beberapa pihak seperti Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Komite Olahraga Indonesia (KOI), serta Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi). Surat terbuka dikirimkan Irene pada Sabtu, 14 Maret 2021.
“Kalau itu istilahnya menjadi panggung terakhir buat beliau, atau nanti bahkan dimuat di media lainnya, itu akan menjadi preseden buruk bagi Indonesia,” kata Irene di Podcast Deddy yang diunggah pada Kamis, 18 Maret 2021.
Ia tidak menyangkal bahwa Dewa Kipas berbohong, jika melihat dari data yang ada. “Sesuai data, yes.”
Data yang ada menyatakan bahwa Dewa Kipas melakukan kecurangan, dengan persentase 95%. Ketika Deddy bertanya 5 persen kemungkinan lagi, Irene Sukandar menegaskan bahwa catur adalah sebuah ilmu yang perlu dipelajari. Ia mengibaratkan seperti seorang pendekar dari gunung turun ke kota, lalu tiba-tiba saja menjadi pandai bermain catur. “Ini bukan komik,” lanjutnya.
Podcast kala itu juga terhubung dengan Levy Rozman, pemilik akun Gothamchess yang dikalahkan oleh akun Dewa Kipas. Ia mengaku menerima banyak kecaman dari netizen Indonesia. Tetapi katanya, ia tak sepenuhnya menyalahkan mereka.
Levy Rozman menceritakan kembali bagaimana mula ia dan Dewa Kipas beradu kemampuan bermain catur. Ketika itu tanggal 2 Maret 2021. Levy memilih pertandingan 10 menit untuk melawan akun lain. Bertemulah ia dengan Dewa Kipas.
Levy Rozman mengatakan bahwa ia selalu memeriksa akun lawannya sebelum bermain. Namun, ia melihat bahwa peringkat akun Dewa Kipas mengalami peningkatan 900 point hanya dalam waktu 2 minggu.
Pertandingan keduanya kala itu disiarkan oleh Levy melalui live streaming dan mendapatkan sekitar 12 ribu penonton. Di tengah permainan, Levy menemukan beberapa hal, hingga berujung pada rasa curiga. Levy merasa akun Dewa Kipas menggunakan semacam bantuan saat bermain. Ia melaporkan hal ini ke akun Chess.com. banyak pihak lain yang kemudian juga melaporkan akun tersebut. Akhirnya, akun Dewa Kipas ditutup.
Menurut Levy, chess.com tidak akan menutup sebuah akun yang menang mengalahkan seseorang, jika ia bermain secara normal. Chess.com akan memeriksa algoritma dari akun tersebut. Levy mengingat kembali cerita Ali, di mana bapaknya Dadang sudah bertanding di berbagai turnamen catur di perusahaannya. Dadang kemudian mencatatnya di buku catatan. Jika diperhatikan, yang menjadi lawannya adalah shredder. Shredder merupakan semacam mesin catur yang bisa digunakan untuk Latihan. Dadang berlatih dengan shredder, mempelajari pola dan cara kerjanya.
Untuk bermain dengan shredder sangatlah mudah. Jika bermain dengan shredder, komputer akan merekomendasikan Langkah apa yang harus dilakukan berikutnya. Tetapi, pemain akan tetap berada dalam ruang permainan. “That’s why it sometimes take 10 seconds to the person to make a move,” jelas Levy.
Levy menegaskan bahwa akun Dewa Kipas ditutup bukan hanya karena bermain dengan dirinya. Jika menilik rekam jejaknya, Dewa Kipas telah memenangkan 27 kali pertandingan secara berturut-turut.
Akurasinya mencapai 98, 99, 97, dan 98. Menurut Levy, tidak ada satupun pemain catur yang bisa melakukan hal itu. Bahkan, juara dunia catur sekalipun tidak bisa melakukaknnya. Misalnya Hikaru Nakamura yang merupakan Grandmaster Catur terbaik tidak bisa.
Ia juga menyebut bahwa Daniel Rensch Chess Officer di chess.com mengatakan bahwa kasus Dewa Kipas adalah benar merupakan kecurangan. Kecurangan dilakukan dengan bantuan mesin. Menurut Irene Sukandar, bila melihat algoritma tersebut, seharusnya Dadang Subur alias Dewa Kipas sudah menjadi juara.
ANNISA FEBIOLA
Baca juga: Irene Sukandar Beberkan Alasan Sempat Tolak Tanding Catur Lawan Dewa Kipas