TEMPO.CO, Jakarta - Kemunculan klaster Covid-19 di sebuah hotel Jepang, tempat puluhan anggota kontingen dari Brasil menginap, menimbulkan kekhawatiran baru penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2021. Sepekan sebelum upacara pembukaan Olimpiade yang tertunda ini, tujuh staf pejabat tinggi penyelenggara Olimpiade di hotel di kota Hamamatsu di barat daya Tokyo, dinyatakan positif Covid-19.
Akan tetapi, delegasi Olimpiade Brasil yang beranggotakan 31 orang, termasuk atlet judo, yang berada dalam hotel itu tidak terinfeksi. Mereka terpisah dari tamu-tamu lain.
Pakar-pakar medis mengkhawatirkan gelembung Olimpiade yang diberlakukan oleh pejabat Olimpiade Tokyo 2020 dalam upaya mencegah COVID-19 tidak berjalan. Ketentuan yang kurang ketat membuat pergerakan staf yang melayani Olimpiade bisa menciptakan infeksi baru.
Olimpiade Tokyo semakin kehilangan dukungan publik di Jepang karena dikhawatirkan memicu gelombang infeksi meskipun tidak ada penonton yang dibolehkan masuk ke semua venue Olimpiade. Padahal, sebelumnya, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach memuji kemampuan penyelenggara dan masyarakat Jepang yang menggelar Olimpiade di tengah pandemi.
"Ini akan menjadi Olimpiade bersejarah untuk cara rakyat Jepang mengatasi begitu banyak tantangan dalam beberapa tahun terakhir, gempa besar di Jepang timur dan kini pandemi virus corona," kata Bach kepada wartawan setelah bertemu Perdana Menteri Yoshihide Suga.
Ketika Jepang dinyatakan menang menjadi tuan rumah Olimpiade ini pada 2013, Olimpiade ini diharapkan menjadi perayaan atas pemulihan dari gempa bumi, tsunami dan kecelakaan nuklir mematikan pada 2011. Ketika ditunda tahun lalu, para pemimpin Jepang berharap Olimpiade menjadi perayaan kemenangan dunia atas virus corona, tetapi perayaan itu tertunda karena banyak negara sedang berjuang melawan gelombang infeksi baru.
Kota tuan rumah Olimpiade, Tokyo, melaporkan 1.149 kasus COVID-19 pada Rabu yang merupakan angka kasus harian tertinggi dalam hampir enam bulan. Minat dunia mengikuti Olimpiade Tokyo dikabarkan juga meredup di tengah kekhawatiran terhadap Covid-19 di Jepang. Mundurnya sejumlah atlet terkenal serta negara tuan rumah menjadi indikatornya.
Jajak pendapat yang dirilis Selasa itu menyimpulkan rata-rata minat dunia mengikuti Olimpiade adalah 46 persen, tetapi kegairahan bermacam-macam di berbagai pasar yang di Jepang mencapai kurang dari 35 persen. Hal ini bisa membuat Olimpiade kehilangan dukungan publik karena masih adanya kekhawatiran terhadap risiko infeksi dan keadaan darurat yang diumumkan di Tokyo.
Penonton dilarang menghadiri semua acara olahraga Olimpiade Tokyo dan wilayah sekitarnya. Sedangkan para pejabat Jepang meminta warga menonton Olimpiade lewat televisi untuk meminimalisasi pergerakan manusia. Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengungkapkan kecukupan jumlah rumah sakit yang berkombinasi dengan percepatan vaksinasi COVID-19 lansia membuat kota itu bisa menyelenggarakan Olimpiade dengan aman dan terjamin.
Baca juga : Olimpiade Tokyo: Cabang Panahan Incar Medali Emas di Sektor Beregu Putra
Baca juga : Kembali Bidik Juara Umum, Amerika Serikat Kirimkan 613 Atlet ke Olimpiade Tokyo