TEMPO.CO, Jakarta - Untuk ketiga kalinya dalam empat edisi terakhir Piala Sudirman, Jepang harus puas menjadi runner-up di kejuaraan bulu tangkis beregu campuran itu. Hasil itu menjadi fakta yang sulit untuk ditelan oleh pelatih kepala tim bulu tangkis Jepang, Park Joo Bong.
Ia berusaha mencari jalan keluar untuk timnya setelah pada edisi 2015 dan 2019, timnya kalah 3-0 dari Cina. Kepada BWF, Park berbicara tentang penampilan anak asuhnya di Piala Sudirman, soal kembalinya Kento Momota, dan kekhawatiran cedera pada tim Piala Uber. Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana Anda melihat performa Jepang di Piala Sudirman?
Kali ini tim kami tidak memiliki beberapa pemain terbaiknya. Banyak dari mereka yang cedera setelah Olimpiade, seperti Nozomi Okuhara, di ganda ada Yuki Fukushima dan Sayaka Hirota. Wakana Nagahara juga cedera, jadi tim kami menunjukkan performa yang bagus saat pemain absen. Terutama Akane Yamaguchi, dia tampil sangat baik melawan juara Olimpiade, Chen Yu Fei.
Hasil ini pertanda baik untuk turnamen Piala Thomas dan Uber di Denmark dan Prancis Terbuka. Tim tidak diisi dengan pemain terbaiknya, tetapi kami mencapai final. Jadi saya senang dengan hasil itu.
Kento Momota tampak kehabisan tenaga melawan Shi Yu Qi di final. Apa yang sebenarnya terjadi?
Setelah kekalahannya di Olimpiade, Momota sempat terkejut. Tim kami juga kaget. Bagaimanapun dia sudah kembali ke pelatihan. Kami tidak punya pilihan, Momota harus bermain melawan Cina. Dia telah memainkan banyak pertandingan secara terus-menerus. Setelah Olimpiade, dia bermain bagus di dua pertandingan melawan Lee Zii Jia dan Chou Tien Chen, tetapi setelah itu, dia kelelahan.
Kento Momota took time to find his game against Torjussen. Doc. BWF.
Sebelum final melawan Cina, kami bertanya apakah dia bisa bermain atau tidak setelah kondisi fisiknya. Dia adalah kapten kami, jadi dia memiliki tanggung jawab itu. Saya pikir, dia lelah tetapi dia ingin bermain. Kami pun memasukkannya ke dalam skuad. Shi Yu Qi juga tahu Momota lelah. Di gim pertama, dia bermain dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga Momota merasa sangat sulit untuk mengikutinya.
Apakah Anda melihat Kento Momota bisa kembali ke bentuk terbaik sebelum mengalami kecelakaan?
Saya pikir dia semakin baik. All England adalah turnamen pertamanya setelah kecelakaan. Dia kalah di perempat final. Di Olimpiade, ada terlalu banyak tekanan dan dia tidak bisa bermain dengan baik. Dia kalah di babak penyisihan grup. Dia shock dan kepercayaan dirinya turun.
Tentu saja, dia ingin terus berjuang. Di Piala Sudirman, saat melawan Lee Zee Jia, dia tertinggal 0-6. Saya bisa melihat wajahnya bahwa dia tidak cukup percaya diri. Setelah itu, dia kembali dan mengalahkan Lee Zee Jia dan Chou Tien Chen. Saya pikir, secara fisik, dia lelah tetapi dalam hal kepercayaan dirinya dia harus kembali. Di level teratas, di sisi fisik, untuk bermain setiap hari selama 4-5 hari, itu jelas sangat sulit baginya.
Apakah dia harus mengubah gaya permainannya?
Sepertinya sekarang setiap lawan tahu Momota adalah targetnya dan mereka telah menganalisisnya dengan baik. Jadi dia harus mengubah taktik dan rencana permainannya.
Kali ini Shi Yu Qi dan Chou Tien Chen adalah rival berat, dan tentu saja ada Viktor Axelsen dan Anders Antonsen juga. Heo Kwanghee dari Korea juga menunjukkan semangat juang yang baik, jadi sepertinya ada lebih banyak persaingan sekarang. Dibandingkan dengan mereka, Momota masih belum dalam kondisi terbaiknya seperti dulu.
Jepang adalah juara bertahan di Piala Uber. Bagaimana pembentukan tim?
Ini sangat berat bagi kami. Okuhara terluka, Hirota tidak ada, Nagahara tidak ada, jadi sangat rumit. Chiharu Shida juga akan merasa cukup sulit untuk memainkan Piala Uber. Shida dan Matsuyama bermain bagus dan mereka akan mendapat kesempatan, tapi Shida cedera dan mungkin dia tidak bisa bermain di Piala Uber.
Baca juga : Ini Jadwal Tim Indonesia di Piala Thomas dan Uber 2020